21. Penjaga Bumi

115 44 1
                                    

Aalisha melangkah setelah memastikan Kaori kembali tidur hingga lelap. Kaki dan tongkat kayunya mengantarnya menuju ke depan rumah Peere, salah seorang bocah kawan Fya. Rumah Kepala Desa menjadi tempat perawatan dadakan seharian kemarin dan berkali-kali digunakan untuk perkumpulan penduduk hari ini, jadi tim Tentara Langit diistirahatkan di rumah Peere, salah satu rumah yang masih utuh dan selamat dari kekacauan dua hari lalu.

Rombongan pasukan Tentara Langit dan Penjaga Bumi tampak berjalan dari arah hutan. Mereka sudah selesai melakukan inspeksi rupanya.

"Bukankah mereka sangat kontras? Tetapi entah kenapa enak dipandang mata," celetuk Aalisha.

Atreo yang duduk di lincak di dekat pintu sembari memangku nampan makanannya tak menggubris, ikut menatap rombongan yang terus mendekat.

Meski siswa-siswi jurusan Tentara Langit memiliki seragam, tetapi mereka tidak diwajibkan mengenakannya setiap saat. Mereka hanya wajib membawa emblem jurusan ke mana pun mereka pergi.

Berbeda dengan Pasukan Tentara Langit. Mereka selalu memakai seragam kebanggaan mereka; setelan formal berwarna serba putih dengan rumbai keemasan di kedua pundak, serta berbagai lencana sesuai pencapaian masing-masing individu yang disemat di dada. Seragam itu adalah jati diri mereka. Seragam itu adalah identitas mereka. Kebanggaan bagi para Pasukan Tentara Langit adalah dijemput ajal dalam keadaan berseragam.

Bahkan, Aalisha belum pernah melihat Kak Asa, kakak asuhnya sendiri, memakai pakaian lain selain seragam pasukan. Saat bermalam di rumah kepala desa pun Kak Asa tetap memakainya dan terus terjaga sepanjang malam, hanya Aalisha dan yang lain yang bergantian menemani Kak Asa.

Tetapi, bukan itu yang menarik perhatian Aalisha. Bukan Pasukan Tentara Langit yang hampir setiap saat dilihatnya hingga ia terbiasa meski tetap saja rasa kagumnya tak pernah berkurang.

Para Penjaga Bumi.

Ini adalah kali pertama Aalisha melihat mereka secara nyata.

Sosok mereka bagaikan langit dan bumi jika disandingkan dengan Pasukan Tentara Langit. Mereka tampaknya tidak berseragam khusus, hanya mengenakan jubah panjang berwarna hitam dengan sulaman lambang pasukan Penjaga Bumi di punggungnya. Jika pasukan Tentara Langit memesona dan menyilaukan mata, Penjaga Bumi lebih dipenuhi dengan aura misterius.

"Aal, bagaimana yang lain?"

Salah seorang pasukan dari Tentara Langit berlari kecil mendekati pintu tempat Aalisha berdiri. Rambutnya yang keemasan bersinar lembut di bawah cahaya matahari yang perlahan tergelincir.

"Baik, Kak. Kaori sudah sadar, tetapi sekarang tidur lagi setelah makan. Elsi masih lanjut istirahat, tapi kupikir dia sudah cukup sehat," jawab Aalisha. "Kak Dania tidak ikut Kak Asa inspeksi ke sarang naga?" tanyanya.

Perempuan berambut sepunggung itu menggeleng malas. "Aku sangat buruk jika membicarakan tentang hubungan dengan fauna. Aku hanya tertarik dengan Bunga Jisei makanya aku langsung terbang kemari setelah selesai dengan pekerjaanku."

Itu benar. Kak Dania benar-benar terbang dalam artian harfiah.

Aalisha menyeringai. Beberapa hari lalu Kak Asa juga bilang bahwa ia buruk dalam pengendalian fauna. Tapi pada akhirnya, ialah yang berhasil menjinakkan bayi naga kuno bertanduk. Pasukan Tentara Langit memang beda. Mereka punya standar yang sangat tinggi dalam segala hal.

Apakah Aalisha akan bisa menjadi seperti mereka jika bergabung dengan pasukan, kelak?

"Aku akan mengecek keadaan anak-anak." Kak Dania masuk ke pintu di belakang Aalisha.

Sebenarnya, Kak Dania sangat khawatir saat pertama kali melihat keadaan Kaori. Sangat jarang terjadi kasus di mana ada murid yang mengeluarkan seluruh kekuatan hingga hanya tersisa intinya dan masih dapat bertahan. Kasus-kasus itu mungkin terjadi di dalam pasukan, tetapi secara fisik, Pasukan Tentara Langit ada di tingkat yang jauh berbeda. Meski tetap mengkhawatirkan, tetapi kondisinya jelas lebih baik dari yang Kaori alami.

[Kami] Tentara LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang