15. Reuni

157 61 6
                                    

Elsi menghela napas lelah.

"Hai, Elsi. Sudah mendaftar lagi untuk misi yang baru?"

Perempuan itu menoleh ketika suara yang tidak asing menyapanya.

"Hiroki, halo." Elsi mengangguk pada pemuda yang bergerak mendekat, membalas sapaan dengan sopan.

Hiroki terkekeh, "Coba kamu lihat kantung matamu itu. Kapan kamu tidur dengan benar, hmm? Kalau kulaporkan pada Wakil Komandan, beliau akan mengomelimu habis-habisan."

Elsi mengangkat ranselnya yang kumal, tidak peduli.

"Mendaftarkan Atreo lagi?" tanya Elsi.

Hiroki mengangguk. Di papan pengumuman super lebar di hadapannya, Hiroki memasukkan nama Atreo di misi yang masih tersedia. Tak lama kemudian, terdengar suara yang menggema pelan mengumumkan bahwa Atreo terdaftar dalam salah satu misi yang akan datang.

"Ah, misi yang sama denganku," ucap Elsi pelan.

Hiroki menoleh cepat, menatap Elsi dengan antusias. "Benarkah? Kalau begitu, mohon bantuannya ya, Elsi." Ia tersenyum lebar.

Pemuda berambut perak itu adalah kakak asuh Atreo. Meski dibilang kakak asuh, usianya lebih muda dari Elsi (Hiroki yang mengatakannya. Dia mengaku membaca formulir Elsi dan yang lain).

Meski Elsi tidak terlalu percaya, tapi dia juga tidak peduli. Menuruti permintaan Hiroki untuk memanggilnya dengan nama tanpa embel-embel honorifik, Elsi sekali lagi hanya memilih setuju. Meski tidak yakin berapa umur Hiroki sebenarnya, memang lebih nyaman memanggil pemuda itu tanpa honorifik karena wajahnya yang tampak muda.

Elsi mendengkus. "Bukankah sebagai kakak asuhnya kamu terlalu memanjakan bocah itu? Dia pemuda yang sudah mendapatkan berkat."

Senyum lebar Hiroki berubah menjadi seringaian. "Atreo agak sulit diurus. Maksudku, aku dan dia kan seumuran, jadi rasanya aneh kalau aku menegurnya dan sok menggurui. Tapi, aku juga tidak bisa diam saja karena Atreo punya terlalu banyak potensi untuk disia-siakan."

Elsi bahkan tidak tahu berapa umur Atreo.

"Setidaknya, seret dia keluar kamar dan paksa berbaur dengan anak-anak yang lain. Kapan dia akan mulai peduli pada dirinya sendiri dan berinisiatif mengambil misi tanpa harus dipaksa begini?" gerutu Elsi.

Hiroki tersenyum manis tanpa rasa bersalah.

Baik Hiroki maupun Atreo, dua-duanya memang bermasalah.

"Kamu dan kakak asuhmu yang jauh lebih bermasalah. Bagaimana mungkin seorang murid dari angkatan paling muda mengambil berbagai misi berturut-turut tanpa istirahat dan kakak asuhnya bahkan tidak berusaha menghentikan," kata Hiroki masih dengan senyuman manisnya.

"Jangan membaca pikiranku." Elsi melotot.

Lagi-lagi, Hiroki selalu jadi orang terakhir yang ingin Elsi temui ketika sedang lelah setelah menjalankan misi. Dia pemuda yang agak aneh, dan terkadang, terasa agak mengerikan. Bukan dalam artian negatif.

Pasti ada alasan kan kenapa Hiroki bisa tergabung dengan pasukan Tentara Langit di usia yang (katanya) masih cukup muda? Sesekali, Elsi merasa Hiroki menyembunyikan sesuatu yang istimewa di balik wajah polos dan gaya bicaranya yang jenaka.

"Sudah kubilang aku tidak membaca pikiran." Hiroki mengangkat bahu santai. "Semua pikiranmu tergambar dengan jelas di wajahmu, hei, Elsi."

Elsi melotot sekali lagi sebelum kemudian berbalik sembari mencangklongkan ransel di bahu kanan dan berjalan menjauhi papan pengumuman. Ia tak berbalik sama sekali ketika Hiroki menyerukan sampai jumpa di belakang.

[Kami] Tentara LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang