32. Misi yang Kacau (Lagi)

97 43 13
                                    

"Apakah tim peninjau mengatakan tentang makhluk yang mungkin tinggal di tempat ini?!" teriak Elsi.

"Ya, tapi hanya legenda! Dan tidak disebutkan bahwa itu adalah ular naga!" Zeeb balas berteriak.

Suara gemuruh yang mengiringi kemunculan makhluk itu bercampur dengan suara benda-benda yang jatuh di stasiun. Energinya benar-benar luar biasa, begitu pula ukurannya. Ular naga ini mungkin sudah berumur ribuan tahun.

Kaori mengeratkan ransel. Semua obat-obatan yang ia dapatkan dari akademi sebagai bekal terkumpul di sana. Terakhir kali berurusan dengan bangsa naga, kondisi mereka berakhir dengan tidak menyenangkan. Kaori harus melindungi ransel ini bagaimana pun caranya.

"Dari semua makhluk yang ada di dunia, kenapa kita terus berurusan dengan naga?!" teriak Jaac.

Badan ular naga itu begitu panjang. Kepalanya sudah kembali turun ke jurang, tetapi badannya masih terus bergerak tanpa menunjukkan ujung ekornya. Bangunan stasiun bergetar. Tidak, seluruh bukit ini bergetar. Untung saja Elsi, Atreo, dan Aalisha belum jadi masuk ke area tambang. Entah apa jadinya jika mereka terlanjur turun ke gua dan getaran hebat nan lama ini terjadi, pasti kacau balau di bawah sana.

"Ada yang bisa menjelaskan padaku bagaimana ini bisa terjadi?! Kenapa kita bisa bertemu dengan naga lagi?!" Jaac kembali berteriak.

"Berhenti protes dan pikirkan sesuatu!" hardik Elsi. Ia berlari mendekati Kaori diikuti oleh Atreo dan Aalisha.

"Saat aku kembali nanti aku akan menuntut tim peninjau yang selalu salah menakar tingkatan misi!!!" Jaac tetap berteriak meski Elsi baru saja menegurnya. Ia kemudian mengepalkan genggaman kedua tangan, menatap sekitar tampak menilai keadaan.

Kepala naga itu muncul lagi dan bergerak membuat kekacauan, menghancurkan ujung tebing yang ada di seberang. Kaori memasang kuda-kuda kemudian membangun dinding spiritual di atas dinding beton, membuat pelindung agar pecahan batu yang beterbangan tidak jatuh dan menghancurkan stasiun.

Atreo tiba-tiba saja berdiri di depan Kaori, mengangkat kedua tangannya dan membangun pelindung spiritual yang sama. Ah, tidak. Barrier Atreo memiliki energi spiritual yang unik dan memiliki tingkatan yang jauh lebih tinggi dari yang bisa Kaori bangun.

"Biar aku saja," ucap Atreo.

Kaori mengangguk. Jika itu Atreo, pelindungnya jelas lebih bisa diandalkan.

"Kurasa ada yang memicu naganya bangun. Dia sudah tertidur sekian lama hingga hanya dianggap legenda. Tidak mungkin secara tiba-tiba dia bangun tanpa alasan, kan?" ujar Alka.

Kaori mengangguk. Melihat tingkah naganya yang tak karuan, sepertinya makhluk itu gelisah karena sesuatu. Dia terus bergerak tak menentu seolah ingin menenangkan dirinya sendiri dari entah apa.

"Jaac bilang tidak ada buszo sama sekali. Tidak ada tanda-tanda keberadaan la-guh juga. Dibutuhkan energi negatif dalam jumlah besar untuk membangunkan makhluk sebesar itu," kata Aalisha.

"Aku sudah memastikannya dengan sempurna," ucap Jaac tak terima.

"Tidak ada yang sedang menyalahkanmu, bodoh," balas Aalisha.

"Bukankah seharusnya tidak ada makhluk yang bisa kembali jika sudah jatuh ke dalam jurang bersegel permanen itu?" tanya Kaori saat ia mengingat sesuatu.

"Kurasa naga ini berumur lebih lama dari segelnya. Atau mungkin dia yang menjaga segel itu. Sial, bayi naga saja tidak bisa kita tangani, apalagi ular naga sepertinya." Elsi berdecak.

Kaori menatap naga yang masih terus bergerak gelisah itu dengan pandangan gelisah pula. Seiring dengan kemampuan pengendalian floranya yang terus berkembang, ia juga semakin hari semakin memahami fauna karena mereka sama-sama lahir dari alam. Ia bisa sedikit mengendalikan binatang kecil seperti kunang-kunang, tetapi untuk makhluk sebesar ular naga itu, Kaori akan langsung gagal di percobaan pertama.

[Kami] Tentara LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang