43. Pengakuan

106 39 7
                                    

Kenapa teman-temannya lulus tanpa memikirkan yang mereka tinggalkan?

Aalisha dan Zeeb tidak pernah kembali dari misi, sama seperti Atreo. Teman-teman setimnya yakin mereka masih hidup terakhir kali, tetapi tidak dapat menemukan keduanya di mana-mana. Mereka pastinya telah lulus, kan? Sama seperti Atreo.

Jaac, satu-satunya harapan sebagai teman bagi Alka, juga lulus tanpa berpamitan. Tidak pernah ada yang tidak tahu di mana Jaac berada, bahkan ketika ia sedang menjalankan misi, karena Jaac bermulut besar yang selalu mengabarkan hal-hal yang telah dan akan ia lakukan.

Namun, sudah lebih dari lima hari berlalu tanpa ada yang tahu keberadaannya. Hanya Lea yang mengatakan bahwa terakhir kali ia bersama pemuda itu di atap lantai delapan gedung asrama putra. Para murid Tentara Langit tidak melihat Jaac, apalagi murid-murid akademi. Pemuda itu bagaikan hilang ditelan bumi.

Tanpa perlu dipertanyakan lebih banyak, sudah pasti Jaac lulus juga pada akhirnya.

Acacio mendadak menjadi tempat yang terasa sangat dingin dan sepi. Alka dan teman-temannya memang jarang berkumpul setelah menjadi bagian dari Jurusan Tentara Langit, kecuali dua kali saat mereka mengambil misi yang sama terakhir kali.

Namun, memikirkan fakta bahwa Alka tidak mendengar celotehan Aalisha karena ia tidak akan pernah bisa mendengarnya lagi di sisa hidupnya, membuat Alka merasakan kesendirian yang menakutkan. Suara berisik Jaac, tubuh menjulang Zeeb, gerutuan Elsi, bisikan lembut Kaori, serta sikap menyebalkan Atreo.

Alka tidak akan pernah menemukan mereka lagi di dunia ini. Selamanya.

Kenyataan itu menghantam Alka dengan rasa yang berbeda. Ia merasa sendiri di tengah dunia antah berantah yang mendadak terasa menakutkan. Alka tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Ergo, tetapi pria itu juga akan segera meninggalkannya.

"Kau akan pergi?" tanya Alka waktu itu.

"Ya, saya harus pergi."

"Lalu, bagaimana denganku?"

"Anda memiliki banyak teman di sini, Tuan Putri."

Wajah Ergo kala itu masih segar di ingatan Alka, mengatakan kalimat mengandung ironi dengan wajah tanpa dosa, membuat Alka ingin membogem wajahnya.

"Tapi, tidak ada teman-teman penduduk asli dunia ini yang tahu identitasku sebenarnya. Teman-teman Ballardku sudah lulus. Jika kau juga pergi, lantas kepada siapa aku harus kembali?"

"Lalu, kenapa Anda tidak terpikir untuk menyusul kelulusan teman-teman Anda?"

Saat itu, Alka hanya bisa ternganga, tidak bisa memercayai ucapan Ergo yang didengar oleh telinganya.

"Kau mengusirku? Setelah semua ini? Setelah tanpa persetujuanku membawaku kabur dari kastil tempatku dibesarkan dan meninggalkanku bertahan hidup di tempat antah berantah ini?"

"Tempat antah berantah ini bukanlah tempat Anda. Dunia ini bukanlah dunia Anda. Anda harus lulus dan kembali ke tempat di mana seharusnya Anda berada. Jika Tuan Putri bertanya ke mana dapat kembali, kelulusanlah jawabannya."

Saat itu, Alka marah sekali. Ia bahkan mengucapkan sumpah serapah yang ia pelajari dari Jaac dan Lea untuk pertama kalinya. Alka benar-benar marah pada Ergo yang mengucapkan semua itu dengan ekspresi yang tak berubah sama sekali, seolah tak memiliki emosi.

Kenapa? Padahal jika Ergo mengatakan hal yang baik sedikit saja, Alka mungkin tidak akan merasa semenyedihkan ini setelah ditinggal pergi teman-temannya. Tetapi, pria itu, dengan kejamnya menginjak harapan Alka yang tersisa.

Padahal Alka ada di tempat ini karena Ergo. Padahal Alka mendaftar Tentara Langit karena ingin tinggal dengan lama di dunia ini bersama Ergo. Padahal Alka berjuang keras di ujian masuk agar membuat pria itu bangga ketika mendengar namanya diterima.

[Kami] Tentara LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang