09. Pertaruhan

176 68 14
                                    

Bersyukurlah Atreo karena kamarnya ada di sisi timur asrama, jendela kamarnya menghadap ke arah timur. Lapangan tanding yang digunakan untuk ujian masuk Jurusan Kesatria ada di lapangan timur belakang asrama putra. Dari jendela kamarnya di lantai tiga, Atreo bisa menonton pelaksanaan ujian masuk Jurusan Kesatria dengan leluasa.

Awalnya Atreo bersyukur, sampai ternyata ujian yang dilakukan Calon Jurusan Kesatria berlangsung hingga malam, membuat Atreo lelah karena keramaian di bawah sana terdengar dengan jelas di kamarnya. Atreo tidak bisa memejamkan mata barang sekejap sampai kerumunan penonton dan sisa-sisa siswa Calon Jurusan Kesatria diusir oleh Mr. Theo karena jam tidur akan segera tiba.

Omong-omong, Mr. Theo adalah kepala penjaga asrama putra. Namanya mungkin tidak sekaliber Miss Bertha, sang kepala penjaga asrama putri, tapi Mr. Theo tidak kalah tegas dari Miss Bertha.

Atreo belum pernah melihat wujud Miss Bertha. Tetapi, menurut Lea, yang mengaku hampir setiap malam menyusup ke asrama putra dan ketahuan Mr. Theo, Miss Bertha dan Mr. Theo memiliki perawakan yang mirip. Jaac pernah sekali menyusup ke asrama putri, dulu, dan ia juga menyetujui pernyataan Lea tersebut.

Tidak ada yang spesial dari eksistensi Mr. Theo. Beliau kurus dan tinggi, lebih tinggi sedikit dari Jaac. Rambutnya lurus dan berwarna kuning pucat. Kedua matanya berwarna ungu muda dan jika terlalu lama diperhatikan, sorot keduanya tampak kosong. Atreo membayangkan Miss Bertha dengan wajah Mr. Theo hanya saja dengan rambut panjang. Ya, mungkin begitulah wujud Miss Bertha.

Kata Lea, Miss Bertha dan Mr. Theo mungkin saja punya telinga di mana-mana. Ia sering mengeluh karena keduanya mudah sekali memergoki Lea yang melanggar peraturan asrama padahal dia sudah mengendap-endap sedemikian rupa. Tetapi, mungkin Lea hanya membual untuk memuaskan dirinya sendiri dan hitung-hitung, menyebar gosip yang panas untuk diperbincangkan.

Atreo menghela napas. Hidup di sekitar Lea benar-benar melelahkan. Hanya dengan melihatnya terus bersemangat setiap saat saja, rasanya sudah cukup menguras energi Atreo.

Pemuda itu mengalihkan pandangan, kembali menatap lapangan tanding yang masih ramai dan penuh sorak-sorai.

Ujian masuk Jurusan Kesatria memang tidak main-main. Pertandingan satu lawan satu mereka berhasil membuat Atreo meringis beberapa kali. Suara logam-logam yang saling bergesek terdengar nyaring di antara keriuhan penonton—anak-anak yang sudah atau belum menyelesaikan jadwal ujian mereka. Di hari kedua ujian praktik ini, penonton yang datang untung mendukung teman-temannya ada lebih banyak dari hari kemarin, dan terus bertambah seiring waktu berlalu.

Atreo jadi teringat perbincangan antara Aalisha, Elsi, dan yang lain tentang ujian Tentara Langit esok lusa.

Ditonton seluruh penduduk akademi? Atreo tidak pernah membayangkan dirinya sendiri sebagai pusat perhatian. Pikiran itu agaknya membuat Atreo menjadi sedikit gugup.

Awalnya, Atreo tidak khawatir pada apa pun yang akan ia hadapi. Sejak kecil kakak lelakinya selalu mengatakan bahwa Atreo jenius, dan Atreo percaya itu. Meski sudah lama sekali sejak Atreo sekolah, dulu sekali ketika dunianya belum porak poranda, tapi Atreo bisa menyesuaikan diri dengan cepat dan menyerap semua pelajaran yang diberikan dengan baik di akademi ini.

Meski tidak sehebat Aalisha, Elsi maupun Zeeb, Atreo juga menguasai pelajaran praktik seperti bina raga, ilmu bersenjata, dan pengendalian dengan baik pula. Setidaknya, lebih baik daripada Jaac yang terus-menerus mengeluh. Padahal Jaac cepat belajar, sama cepatnya dengan Atreo, tetapi pemuda tak bisa diam itu lebih memilih menghabiskan waktunya untuk mengeluh ketimbang serius belajar.

Ah, lihat itu. Jaac ada di bawah sana, sedang bersorak menyemangati Lea. Lea tampil dengan baik melakukan tanding pedang lawan pedang dengan seorang pria yang memiliki ukuran tubuh dua kali lipat ketimbang gadis itu. Gerakannya kuat dan tegas, postur tubuh Lea benar-benar sangat bagus. Ekspresi wajahnya tampak berbeda 180 derajat dengan ekspresi yang selama ini Atreo kenali. Dengan sorot matanya yang serius dan bibir yang tidak menyunggingkan seringaian, Lea terlihat gagah dan keren.

[Kami] Tentara LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang