24. Hubungan

115 42 8
                                    

Alka berjalan menyusuri lorong gedung akademi. Meski baru dua pekan ia tidak menghidu aroma kastil, tetapi rasanya sudah selamanya. Alka merindukan suasana nyaman, aman, dan tenang di lingkungan ini, suasana yang berbanding terbalik hingga 180 derajat jika dibandingkan dengan ketika ia sedang menjalankan misi.

Apalagi, misi yang terakhir.

Alka benar-benar bersyukur bisa kembali dari misi itu dalam keadaan selamat dan utuh, tak kurang suatu apa pun.

Gadis itu berjalan riang dengan surai ikat kuda yang bergerak seirama, tak sabar ingin segera mengecap lagi makanan kantin akademi. Dua pekan lalu, Ergo sudah berjanji akan mentraktirnya sepulang ia menjalankan misi. Walaupun memang setiap mereka makan, Ergo selalu mentraktir Alka, tetapi tetap saja gadis itu merasa senang. Jika pada kastil akademi saja ia serindu ini, entah bagaimana rasa rindu yang baru ia sadari ketika bertemu Ergo nanti.

Hubungan Alka dan Ergo membaik setelah Ergo menemui Alka sehari sebelum ujian masuk dulu. Semua kemarahan Alka padanya habis tak bersisa. Ergo bukannya tidak memedulikan Alka. Ia bukannya lupa pada Alka yang ia bawa tiba-tiba dari tempat asalnya. Pria itu hanya sedang sibuk dan terbebani karena ia diangkat menjadi kepala Kesatria Penjaga sekembalinya ia ke akademi setelah menjemput Alka.

Intinya, semuanya hanya kesalahpahaman dan salah paham itu sudah diselesaikan.

Memang, Alka dan Ergo sama-sama sibuk. Alka dengan tugasnya di jurusan Tentara Langit dan Ergo dengan kewajibannya di Kesatria Penjaga, lebih-lebih sebagai Kepala Kesatria. Tetapi keduanya menyempatkan diri untuk bertemu barang satu atau dua jam. Dan itu sudah lebih dari cukup bagi Alka. Sejam bercengkerama dengan Ergo, cukup baginya hingga mereka bertemu sepekan kemudian. Dua jam mereka berjalan santai, sudah cukup baginya hingga mereka bersua dua pekan kemudian.

Gadis itu awalnya bahkan tidak menyangka, ternyata ia bukan orang yang berharap banyak. Kebahagiaan Alka ternyata sederhana, sesederhana ia mendapatkan kepastian bahwa Ergo, satu-satunya orang yang tahu identitas Alka sesungguhnya, tidak melupakannya. Alka selalu merasa ia kembali ke rumah setiap ia bersama pria itu.

Kedua kakinya yang ringan melangkah menuju taman di halaman barat gedung akademi, tempat ia berjanji bertemu dengan Ergo. Entah kenapa, detak jantungnya terasa meningkat oleh rasa gembira. 

Alka memelankan langkah ketika sosok Ergo mulai tampak. Ia menekan kuat-kuat keinginannya untuk berlarian mendekat saat mendapati sosoknya tengah berhadapan dengan kesatria lain. Entah apa yang mereka bicarakan, raut wajah Ergo tampak kaku. Rahangnya yang kuat dan tegas membuatnya terkesan dingin. Kedua matanya yang biru segelap dalamnya lautan menatap dengan kebekuan yang tak terkatakan. 

Ergo tampaknya menyadari kehadiran seseorang karena pandangannya kemudian bergeser, membuatnya bertemu dengan mata Alka. Gadis itu melambaikan tangan kecil sebagai respon spontan. Tetapi, Ergo melangkah mendekat tak lama kemudian setelah mengirim bawahannya pergi, membuat Alka sedikit merasa bersalah karena tampaknya mereka sedang serius membicarakan hal penting.

“Kudengar Anda banyak terluka di misi terakhir, Tuan Putri,” kata Ergo sebelum Alka sempat menyapa.

“Sekarang aku sudah baik-baik saja.” Alka menangguk.

Keduanya mulai berjalan beriringan menyusuri sisi halaman barat akademi.

“Anda harus lebih berhati-hati, Tuan Putri.”

Alka mendongak, menatap mata Ergo yang sungguh-sungguh memancarkan kekhawatiran. 

Alka sangat menyukai sepasang mata itu. Mata yang biru gelap dan dalam tak terhingga layaknya kedalaman lautan, yang selalu menatap tajam dan tegas, namun berubah luluh dan melembut bagaikan kapas ketika bersitatap dengan netra Alka, membuatnya tenggelam dalam ketenangan yang ada di dalamnya.

[Kami] Tentara LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang