48th

47 0 0
                                    

Proses rekaman Jana pun mulai mendekati akhir, hampir seluruh track sudah ia rekam, kecuali satu lagu cover yang ingin ia masukkan namun belum mampu ia mainkan, Mathias sudah memberikannya kebebasan untuk merekamnya atau tidak, karena kakak sepupu tertuanya itu tau Jana belum mampu menguasai emosi nya kala menampilkan lagu itu, namun gadis itu tetap mencoba dulu, untuk membuktikan pada dirinya sendiri apakah kali ini ia mampu atau tidak,

"Di coba aja dulu, kalo nggak mampu ya nggak apa apa, lagi juga kan kamu tetep mau pakai bahasa Indonesia juga buat covering lagu ini, khawatirnya nggak terlalu di respon nanti," ujar Mathias saat bicara dengan Jana saat hari sudah beranjak malam dan mereka masih berkutat di studio nya,

"Iya Jan, nggak usah maksa juga sih," timpal Fara realistis,

"Mmmmm, yaudah deh, nggak apa apa nggak dimasukin, kan cuma covering aja ya," gumam nya sambil mencoba berfikir logis,

"Sekarang kamu balik dulu, nggak apa apa kan sendiri?" Tanya Mathias serius pada adik sepupu bungsu nya itu,

"Mbak Fara nya mau ikut mas dulu beresin kerjaan buat buka kedai kopi disini, Jana pulang sendiri nggak apa apa kan?" Sambung Mathias lagi dengan nada yang sedikit kebapakan,

"Oh yaudah, okay," jawab gadis itu singkat sambil merapikan lembaran lembaran partiturnya kedalam sebuah folder plastik dan ia masukkan ke dalam postman bag nya,

"Oke ditinggal ya Jan," pamit Fara sambil menyandang tas ranselnya bergegas menyusul langkah Mathias yang sudah lebih dulu keluar dari ruang studio itu, Jana melambaikan tangannya sekilas setelah kedua kakak sepupunya itu menghilang dari balik pintu, Jana kembali duduk di piano bench nya dan kembali membuka tutup tuts Steinway and Sons yang selalu ia gunakan selama recording di gedung itu, perlahan Jana kembali meregangkan jemari nya untuk kembali memainkan melodi di grand piano itu, ia terdiam sejenak, tertunduk menatap tuts tuts hitam putih itu, teringat kembali pembicaraannya dengan Maya beberapa hari lalu saat gadis Bali itu mengunjungi apartemennya dan Fara selama di Tokyo tersebut,

"Kalo lo bisa bawain lagu ini di wedding gue ya Jan, entah kapan, itu gue anggap sebagai kado pernikahan yang mewaaaah banget," ujar Maya kali itu,

"Ah berat, mending gue beliin mobil aja sekalian, mewah nya juga bakal keliatan," balasnya acuh sambil tetap mengutak atik partitur nya saat itu,

Jana mengingat percakapan itu, terlihat ringan namun sebenarnya ia memikirkannya setelah Maya di jemput pulang oleh Toru, perlahan Jana mencoba memainkan melodi dari intro lagu itu, sebuah lagu dari grup duo yang menjadi idola nya, Banda neira, sebuah lagu syahdu mengenai berakhirnya perjalanan untuk mencari pasangan hidup yang tidak akan terpisahkan walau keduanya sampai jadi debu,

"Badai Tuan telah berlalu
Salahkah 'ku menuntut mesra?
Tiap pagi menjelang
Kau di sampingku
'Ku aman ada bersamamu,"

Jana memainkan melodi itu dan menyanyikannya dengan tulus, ia betul betul menghayati lagu ciptaan idola nya itu,

"Selamanya
Sampai kita tua
Sampai jadi debu
'Ku di liang yang satu
'Ku di sebelahmu,"

Tepat setelah ia menyanyikan potongan kedua dari lagu itu, tak terasa air matanya meleleh, entah kenapa ia selalu berhenti dibagian yang sama saat mencoba membawakan lagu itu, ia tak mampu melanjutkannya, suara nya tercekat, lidahnya kelu, ingatannya pun terulang acak ke berbagai kenangan masa lalu nya, gadis itu pun tertunduk memandangi tuts hitam putih itu dan perlahan kembali menutup cover piano itu sambil mengusap air mata nya sekilas,

"Rese lo May, hadiah yang lo minta bener bener mewah banget, nggak sanggup gue," gumam Jana sambil mulai memasukkan beberapa barang barang pribadinya ke dalam tas hitam nya itu, ia tidak menyadari di luar studio yang pintunya tak di tutup dengan rapat itu, ada juga seseorang yang berdiri mematung mendengarkan permainannya dari sejak bar pertama ia mainkan, pria itu mematung mendengar melodi yang terdengar syahdu itu, ada rasa sedih yang turut campur terdengar dari denting denting piano yang dimainkan Jana, hati nya menduga duga, kesedihan macam apa yang pernah ia lewati sehingga gadis itu begitu terpenjara dalam pikirannya sendiri sampai dirinya sendiri tak mampu menyelesaikan lagu yang ia mainkan itu, Taka memandang langit langit koridor gedung itu, seolah berusaha mencari jawaban disana, ia sadar betul dengan kondisi gadis nya itu, kata kata Jana saat ia meminta gadis itu menjadi kekasihnya masih terekam jelas dalam ingatannya, bahwa ia mengatakan Taka akan bosan karena tak akan menemukan apa apa dalam dirinya, namun tekadnya sudah bulat dan ia tak akan mundur sedikitpun, ia akan tetap bersama dengan Jana, apa pun kondisinya.

Songbirds [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang