44th

46 0 0
                                    

Di hari berikutnya Jana kembali berkutat dengan rekamannya, setelah di hari pertamanya ia sudah melakukan take vocal untuk dua lagunya, di hari berikutnya ia membongkar lagu nya sendiri dan merombak aransemen piano yang dulu juga ia isi sendiri, terlihat ia sedang mencorat coret berlembar lembar kertas manuskrip nya, menuliskan not not balok dengan pinsil yang sedari tadi ada dalam genggamannya, dengan tekun ia menuliskan not itu bar demi bar dan mencoba nya di steinway and sons yang ada di hadapannya, berkali kali ia mengulang sampai ia mendapatkan notasi yang tepat, gadis itu terlihat dingin dengan sorot matanya yang kosong, hanya menatap music sheet nya dan mencoba nya kembali berulang ulang di grand piano yang ada di studio di gedung management itu,

Di hari berikutnya Jana kembali berkutat dengan rekamannya, setelah di hari pertamanya ia sudah melakukan take vocal untuk dua lagunya, di hari berikutnya ia membongkar lagu nya sendiri dan merombak aransemen piano yang dulu juga ia isi sendiri, t...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hari masih cukup pagi dan belum ada staff yang mendampinginya di studio, namun ia sudah memulai harinya lebih pagi, sendiri di dalam studio yang cukup besar itu, berulang ulang ia memainkan notasinya namun ide nya terasa buntu, ia pun berhenti memainkan piano itu, terdiam menunduk memandangi tuts tuts hitam putih itu dengan tatapan kosong, ingatannya kembali saat malam dimana ia tanpa sengaja mendengar pembicaraan antara Taka dengan Ayumi yang membuat dirinya kini merasa asing dengan keberadaannya kini,

"What should I do God, ini sudah terlalu jauh,.." gumam nya, ada selapis air mata yang menghalangi pandangan matanya, dan menetes tanpa bisa di cegah, pikirannya ragu, hatinya luka, ia mengakui bahwa ia cemburu, namun rasa cemburunya tak sebesar rasa takutnya akan kehilangan untuk kedua kalinya, ia belum siap untuk melewati kehancuran hidup dan terpuruk sendiri atas kungkungan rasa takutnya, namun semua dirasa sudah terlambat, untuknya sekarang tak ada lagi jalan pulang, ia hanya harus melangkah lebih jauh dan menyelam lebih dalam, apapun resiko yang ia hadapi di hari kemudian, perlahan gadis cantik itu mengangkat wajahnya, menghapus sisa air mata di pipinya dan kembali menekuni music sheet nya dan kembali mencoba notasi notasi yang ia tulis tadi, dengan sabar ia kembali menyusun aransemen lagu nya sendiri, tanpa peduli sekelilingnya, namun tanpa ia sadar ada sepasang mata yang menatapnya dengan sorot kosong namun terlihat sedih dari balik pintu studio yang tidak ditutup rapat oleh Jana, ia tak tega melihat Jana pagi itu, ia tau bahwa malam saat di rooftop itu, telah terjadi sesuatu antara Jana dengan Taka, namun ia tak mungkin mencampuri itu terlalu dalam, walaupun sesungguhnya ia ingin melindungi gadis itu dari rasa sakit hati, entah apa pun yang terjadi, namun ia bertekad tak ingin membiarkan Jana terluka karena rasa bimbang Takahiro terhadap hubungannya dengan gadis ini, pagi itu, Tomoya menyaksikan sendiri Jana menenggelamkan dirinya dalam pekerjaannya, dalam tiap notasi yang ia ciptakan, yang entah kenapa terdengar sedih saat gadis itu menuangkannya dalam tuts tuts steinway and sons di dalam studio itu, sendiri.

Hari sudah beranjak sore, Jana terlihat sudah menyelesaikan part piano yang ia rombak aransemenya, setelah ia memasukkan lembaran lembaran manuskrip partiturnya ke dalam sebuah map plastik agar tidak tercecer, tiba tiba ia dikejutkan oleh suara seorang gadis dengan logat Bali yang cukup jelas terdengar,

"Dara!" Pekik suara itu dari arah pintu studio yang setengah terbuka itu, Jana pun langsung menoleh ke arah sumber suara itu dan mendapati Maya tengah berdiri sambil memandang ke arahnya dengan tatapan gembiranya,

Songbirds [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang