40th

58 0 0
                                    

Sekembalinya Jana mengantar kekasihnya dan juga ketiga member band rock itu serta segenap staff dan stage crew nya, ia kembali ke apartemennya sendiri yang terasa sepi, Fara terlihat berjalan masuk lebih dulu dan menyalakan beberapa lampu dari saklar yang berada dinsatu sisi dinding apartemen besar itu,

"Jan, gue mau bikin es kopi, lo mau nggak? Tanya Fara menawarkan pada Jana yang terlihat baru saja melepas sepatu nya dan meletakkan travel bag nya di dekat rak sepatu di dekat pintu masuk,

"Boleh," jawabnya singkat sambil mengikat rambutnya yang panjang dan sedikit ikal diujungnya dengan karet rambut berwarna hitam yang sedari tadi melingkar di pergelangan tangan kanannya, jana pun melangkah menuju kamarnya dan melewati area ruang tengah apartemennya yang terisi dengan sofa besar berwarna coklat tua, dan juga semacam rak penyimpanan yang ia pesan khusus ukuran desain dan warnanya, apartemen Jana terlihat simpel dengan perpaduan warna putih hitam dan coklat yang dominan, di salah satu sudut apartemennya tersimpan rapi koleksi buku buku nya yang sudah ia kumpulkan sejak kecil di sebuah rak buku di dekat balkon apartemen itu, terlihat pemiliknya adalah seorang yang tidak terlalu menyukai sesuatu yang terlihat rumit, Jana kemudian membuka pintu kamarnya yang hanya diisi oleh ranjangnya yang berukuran besar dan juga sebuah meja rias simpel serta serta satu buah televisi berukuran lebih kecil dari televisi yang ia miliki di ruang utama unit nya ini, segera Jana melepaskan jam tangan dan juga beberapa aksesoris gelang serta cincin dan rosario yang ia kenakan tadi, namun baru saja Jana melepaskan seluruh aksesorinya suara Fara terdengar memanggilnya,

"Jan udah nih," teriak Fara dari dry kitchen miliknya,

"Iya bundaaa" jawab Jana setengah meledek Fara dengan panggilan Bunda, karena Fara lebih sering terasa sebagai seorang ibu dibanding seorang kakak untuknya, Jana melangkah ke arah dry kitchen dimana Fara baru saja selesai menggunakan coffee maker machine miliknya, yang khusus ia beli untuk Fara apabila sedang bertandang ke kediamannya, yang memang amat menyukai kopi itu, Fara kemudian menyorongkan gelas berisi es kopi itu pada Jana yang disambut Jana dengan gesture nya yang halus, lalu menyesapnya sekilas,

"Lo makin pinter nih bikinnya, nanti kalo gue udah pensiun nyanyi, mending lo buka coffee shop aja Far," saran Jana membuka obrolan ringan di siang hari itu,

"Gue juga mikir gitu sih Jan, cuma masih gue timbang timbang, mending gue disini buka coffee shop atau nyusul Bapak Ibu gue yang masih ada di London ya? Tanya Fara meminta pendapat Jana,

"Pakde Aryo sebentar lagi juga kan mau pensiun Far, ngapain disusulin," jawab Jana mencoba memberikan saran pada sepupunya itu,

"Iya juga sih ya," gumam Fara menimbang,

"Soal perjodohan lo gimana Far?" Tanya Jana penasaran dengan siapa sosok laki laki yang digambarkan Fara berperawakan tinggi tegap berwajah tampan khas pria Jawa santun yang beberapa tahun ini dekat dengannya karena perjodohan dengan salah satu keluarga Keraton Yogyakarta itu, Fara tertegun sejenak mendengar pertanyaan Jana itu,

"Semua gue serahin ke Bapak aja, gue manut, kalau kata Bapak oke ya gue bisa apa?" Ujar Fara datar,

"Kok bisa sih lo mau mau nya di jodohin?" Tanya Jana tak habis pikir,

"Actually bukan di jodohin sih sebenernya, tapi ditemuin," ujar Fara mengoreksi ucapan Jana,

"Yaaa apalah itu," timpal Jana sambil mengibaskan telapak tangannya,

"Setidaknya itu bukti bakti gue buat Bapak Ibu Jan, gue anak tunggal sama kayak lo, kebayang kan kayak apa orang tua kita berharap ke kita?" Tegas Fara yang di aminkan oleh Jana dengan satu anggukan yakin,

"Ah lagian kan lo juga masih lama pensiunnya kan?" Ujar Fara kembali ke topik awal,

"Yah kan namanya orang nggak ada yang tau kan?" Timpal Jana sambil membuka lemari es nya dan mencari sesuatu didalam sana,

Songbirds [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang