35. Sebuah Pengakuan

30.7K 3.5K 676
                                    

Hay Semua♥

Pertama aku mau mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1442 H

Semoga kita semua diberi keberkahan di hari yang mulia ini, semoga semangat berqurban terus bertumbuh dan kita saling mengingatkan akan hal itu🤗

Oke, Budayakan Vote sebelum Membaca yah!!

Absen dulu kalian baca cerita ini jam berapa?

Tandai bila ada Typo, akan Author perbaiki nanti.

Berita kemenangan OSN Acha dan Angkasa langsung menyebar luas di seluruh penjuru Sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berita kemenangan OSN Acha dan Angkasa langsung menyebar luas di seluruh penjuru Sekolah.

Mulai dari menginjakkan kaki di sekolah pagi ini hingga jam pulang kedunya tak henti mendapat ucapan selamat dari para siswa yang bangga akan kemenangan mereka berdua.

Acha merasa sangat bahagia pastinya. Selain karna bisa membawa kemenangan untuk sekolah, gadis itu juga merasa sangat bersyukur karna dengan ini semua siswa Chandrawana sudah tidak ada lagi yang menatap benci kearahnya. Kecuali satu orang - Elvina.

Kini Acha dan Nara sedang di perjalanan menuju kafe. Hari ini mereka akan merayakan kemenangannya bersama Angkasa dan para sahabatnya.

Kurang lebih 15 menit perjalanan, keduanya tiba di kafe. Melangkahkan kaki masuk dan menghampiri Angkasa yang sudah datang lebih awal bersama Kenan, Alaska, Risky dan Bima.

"Sorry. Kita telat," ucapnya tak enak hati.

"Iya, ngga pa-pa. Kita juga baru nyampe kok." sahut Alaska tersenyum.

"Kalian udah mesen makanan?" tanya Nara mendudukkan diri disamping Acha.

"Udah. Kita juga udah pesenin Lo berdua." sahut Kenan menjawab

Nara mengangguk paham.

"Selamat yah Cha, atas kemenangannya. Lo hebat banget dah," puji Risky

"Ini semua juga berkat Asa kok. Kalo ngga dipasangin sama dia, gue ngga akan bisa bawa kemenangan buat sekolah." ujarnya tersenyum.

"Kalo Angkasa mah ngga usah diraguin lagi, kapasitas otaknya emang diatas rata-rata. Makanya dia jadi anak kesayangan guru-guru." imbuh Bima

"Hu'uh bener tuh. Titisan Albert Einsten dia mah, semua jenis rumus gampang digarap oleh Angkasa, jadi ngga heran kalo dia selalu menangin olimpiade tiap tahunnya." tambah Risky

"Lebay Lo pada!" delik Angkasa

"Gini nih ciri orang yang ngga ada syukur-syukurnya. Dipuji bukannya seneng, malah kitanya dikatain lebay." cibir Bima.

Angkasa memutar bola matanya malas, "Pujian Lo berdua terlalu berlebihan, gue ngga pantes dapetin itu semua. Otak gue pinter karna gue mau belajar. Siapupun bisa jadi pinter, tergantung dari dianya mau apa ngga." ucap lelaki itu bijak.

Anastasya's Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang