43 (part 3)

290 27 14
                                    

Ting

From: Joe
To: Azora

Tuan, Arata sedang dalam mode Lordnya. Saat ini saya sedang dalam perjalanan mengantar Arata ke rumah untuk mengambil katana nya, ia memintaku untuk membawanya ke suatu tempat yang saya belum ketahui jelasnya dimana.

Azora menerima pesan yang dikirimkan Joe, ia meremas ponselnya sendiri.

'ini gawat' batinnya.

From: Azora
To: Joe

Untuk saat ini kau ikuti saja kemauannya dan terus lah laporkan padaku, aku akan menyusul setelah kau tau alamat yang ingin dituju Arata.

Perintahnya, dalam hatinya ia tak rela Arata bertindak sebagaimana kewajibannya sebagai Lord. Yang ia inginkan hanya kehidupan normalnya bersama Arata seperti semula dan menjauhkan Arata dari konflik yang mulai memanas ini.

Selain memikirkan apa yang Akan dilakukan Arata saat ini, Azora juga berfikir bagaimana cara melepaskan gelar Arata sebagai Lord, karna meskipun Lord merupakan sebuah takdir namun Azora yakin ada saat nya gelar Lord dapat berpindah tangan atau bahkan lepas tanpa ada penerus dalam suatu keadaan tertentu.

Azora meyakini itu karena berdasarkan informasi dari Joe mengenai Kakek buyut Arata yang merupakan lord terdahulu. Lord terdahulu seharusnya sudah berpindah pada Kakek dan Ayah Arata, namun itu tak terjadi sama sekali karena Kakek dan Ayah Arata sendiri tetap memiliki 1 kekuatan hingga mereka tiada. Bahkan Kakek Buyut Arata pun kehilangan gelar lordnya setelah kekuatan nya mulai memudar diumur ke 5000 tahun dan setelahnya gelar tersebut sudah tak terdengar lagi setelah beribu-ribu tahun lamanya. Itu artinya gelar Lord memang tak datang setelah Lord sebelumnya tiada, tetapi memang takdirlah yang memilih kapan dan siapa lord itu di tujukan.

...

Dilain tempat Zelo masih mengistirahatkan tubuhnya ditemani Jenny yang tengah disibukkan dengan tumpukan beberapa kertas kerjaan miliknya di sofa.

"Noona aku membelikanmu makan siang, istirahatlah sebentar" Chan memasuki ruangan dengan membawa beberapa makanan berat.

"Ah maafkan aku slalu merepotkanmu, kau pulang pergi korea-jepang dan melewatkan waktu sekolahmu untukku" ucap Jenny tampak menyesal.

"Tidak apa-apa, jika aku mau aku bisa menyuruh orang lain untuk menggantikanku menemani noona, tapi aku tak mau melakukannya. Aku bahkan tak perduli dengan sekolahku karna aku akan tetap mendapat nilai tinggi saat ujian"

"Bukan begitu.... setidaknya kau harus punya teman, nikmati masa sekolahmu ini. Aku tau kau genius dan tak membutuhkan pembelajaran sekolah, ayah menyekolahkanmu untuk formalitas dan agar kau dapat banyak teman... Sekali-kali kau harus mengajak temanmu berlibur bersama" nasihat Jenny.

"Yahhh baiklahh. Oh ya, bagaimana keadaannya?" Tanya Chan sambil melirik Zelo yang masih tidur.

"Entahlah, teknologi disini tak dapat dipercaya. Tapi aku juga tak bisa berbuat apa-apa karna kita sedang diawasi. Aku berniat memulihkannya di korea dengan teknologi yang sudah lama kubuat, tapi... Pergi dari RS ini pun kita takbisa."
Didekati nya Zelo, mengusap wajah pucat itu dengan lembut, mendekatkan wajahnya dan mencium lembut bibir Zelo.

Ciuman itu lembut namun menuntut seakan memberi singnal kepada Zelo untuk bangun.

Karna dirasa ciuman dibibirnya semakin dalam dengan benda asing yang bergerak-gerak didalam mulutnya, akhirnya Zelo pun membuka matanya.

Jenny mengakhiri aksinya, tersenyum dan berbusik...
"Kau tidur terlalu lama, bangun.... Waktunya kau minum"

Jenny mengambil pena jarum dari sakunya dan menusukkannya ke bagian lengannya beberapa kali hingga dirasa cukup mudah untuk Zelo hisap darahnya.

Zelo bangkit dan menghisap lengan Jenny dengan sedikit tergesa, mungkin karena banyak energi yang dikeluarkannya.

Jenny memandang Chan yang fokus memainkan ponselnya..
"Apa kau ingat terakhir kali aku memberinya ini?" Tanyanya.

"Sekitar 2 bulan lalu" jawab Chan yang kini beralih memeriksa berkas milik kakaknya itu.

"Hah... Aku melupakan jadwal minummu... Maaf" Jenny mengusap kepala Zelo.

Zelo melepaskan lengan Jenny, ia selesai dengan acara minumnya. Jenny memegang wajah Zelo, memperhatikannya, lalu kembali mencium Zelo dalam dan lembut.
Seperti sebelumnya Zelo hanya menerima dan tidak membalas. Itu karena Zelo tidak pernah berciuman sedalam itu dengan siapa pun sebelumnya.

Itu bukan pertama kalinya Jenny mencium Zelo, namun Zelo tetap tidak tau bagaimana cara membalas sebuah ciuman.

...

Arata...

Aku diam-diam memperhatikan Joe, aku tau Joe sudah menghubungi tuan Azora, namun aku harus Fokus pada masalahku sebagai Lord.

Sampai di rumah, aku berlari ke tempat aku menyimpan katanaku, sempat ku lihat Joe mengejarku.

Kuambil kedua katanaku, seketika kurasakan kekuatan yang mengalir dan menyebar ke seluruh tubuhku. Ku satukan kedua katana itu dan mengingat tempat yang Senpai maksudkan, tubuhku terasa ringan dan aku bisa merasakan kakiku yang tak lagi menyentuh lantai... Ini... Teleportasi...

Tbc...

Pet (First Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang