31

947 81 3
                                    


Azora...

Pagi Ini kami sarapan bersama, tak ada yang memulai pembicaraan, aku memandang Arata yang terlihat murung.

"apa ada sesuatu yang mengganggumu Arata?" tanyaku.

"hmm... Firasatku buruk, Tuan bisakah kita ke RS sekarang?" Arata terlihat semakin cemas.

"RS?" Jenny terlihat bingung. Kurasa dia memang tak tau apa-apa.

"bukan urusanmu" elak ku.

Jenny menunduk, dan terlihat menahan emosi.

"maaf jika aku lancang, tapi... Jika itu menyangkut Zelo.., Kumohon libatkan aku!" Ucapnya dengan penuh emosi, kulihat dia meneteskan air mata.

Merasa kasihan dan dia benar-benar tak ada hubungannya dengan masalah ini, mungkin tak ada salahnya aku menceritakannya.

"ya, ini menyangkut Zelo. Dia dan Yongguk diserang. Aku mencurigaimu, tp ternyata kau tak tau apa-apa" jelasku singkat.

"baiklah, ayo Arata kita berangkat sekarang k-"

"aku ikut!" tegas Jenny.

"untuk apa? kau tak berhasil membunuh Zelo, lalu kau akan melakukannya lagi?"cemooh ku.

"Ak-aku... Hiks aku ingin memperbaiki semuanya hiks.. Kumohon"

"tuan..." Arata menatapku, meyakinkanku bahwa Jenny benar-benar tak berniat jahat.

"hahh.. Baiklah kita pergi sekarang" finalku.

Author...

Azora dan yang lainnya tiba di RS, Arata yang dari awal merasakan firasat burukpun berlari menuju ruangan khusus tempat yongguk dan Zelo di rawat.

Azora mengejar Arata, dan betapa terkejutnya ia saat melihat kain putih yang menutupi orang yang baru saja akrab dengannya.

Azora menatap Arata yang menangis dan mendekatinya. Jenny yang baru sampai bingung apa yang telah terjadi.

"ada apa ini?" tanya Azora pada dokter yang ada di ruangan itu.

"maaf kami sudah berusaha keras,  tapi pasien yang bernama Yongguk seakan menolak untuk hidup" jelas dokter.

"apa maksudmu?!" Azora naik pitam mendengar penjelasan dokter yang tak masuk akal.

Dokter itu membuka kembali kain yang menutupi Yongguk, terlihat senyuban mengembang di wajah Yongguk yang sudah tak bernyawa.

"satu jam yang lalu saya kemari untuk memeriksa keadaan kedua pasien, keduanya membaik, semua dalam keadaan normal. Tapi setelah saya selesai dan akan pergi, salah satu pendeteksi detak jantung memberi tanda bahwa jantung tak lagi berdetak dari pasien ini. Saya dengan sigap bertindak, namun satupun alat medis tak mampu mengembalikan detak jantungnya, dan saya melihat ia tersenyum setelahnya, seakan ia pergi dengan tenang". Jelas dokter panjang lebar.

Azora mendekati Yongguk, "jika itu keputusanmu baiklah.., Sampaikan salamku pada kakakmu" bisiknya d samping telinga Yongguk.

Jenny pun ikut mendekati Yongguk dan menangisinya, "k-kenapa... Aku bahkan belum sempat.. Hiks.. Aku belum sempat, Menyampaikan pesan Yongnam padamu..., Hiks hiks"

"noona, tenangkan dirimu... ia sudah bertemu Yongnam hyung dan tinggal bersamanya sekarang" Chan berusaha menenangkan

"bagaimana dengan Zelo?" Tanya Azora pada dokter.

"kami memindahkan dia ke ruangan lain, karena dia sudah mulai memberi tanda akan sadar. Kami khawatir dia akan mengamuk melihat tuannya tiada jadi kami dengan segera memindahkannya" jelasnya.

Arata memeluk Azora, "tuan.. Ayo lihat Zelo senpai" ajaknya yang mulai berhenti menangis.

Azora mengalihkan pandangannya pada Jenny dan Chan, "kau ingin melihatnya bukan? sebaiknya selesaikan urusanmu dengan Zelo sekarang juga" ucap Azora pada Jenny.

Merekapun menuju ruangan Zelo yang di jaga Jongup dan anakbuah Zelo yg lainnya.

"ah tuan Azora, maafkan saya karena tak memberi tau mu segera, kami terlalu panik dengan Boss, kami takut ia di luar kendali" Jongup menunduk hormat.

"tak apa, aku mengerti"

Azora menatap Zelo yang membuka matanya perlahan.

"s-senpai.."

Zelo memandang sekitarnya dengan lemah, lalu tatapannya berhenti pada satu-satunya sosok wanita di ruangan itu.

"Zelo..." Jenny mendekat.

Zelo hanya menatapnya, tak ada sorotan marah ataupun takut, Zelo menatap Jenny sedih. Entah apa yang dipikirkannya saat ini.

Azora menarik Arata untuk memberi mereka ruang.

Jenny mengusap pipi Zelo dengan lembut, perlahan air matanya terjatuh saat Zelo dengan senang hati menerima elusannya, tanda bahwa ia tak membencinya.

"h-hiks hiks... Zelo... maafkan aku hiks" tangisan Jenny sudah tak terbendung lagi, dia terus menggumamkan kata maaf sambil menciumi pipi Zelo.

Zelo hanya tersenyum, masih enggan bicara, menunggu Jenny tenang dengan sendirinya, dia juga masih terlalu lemah untuk berbicara.

Tbc...

Pet (First Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang