Author..
"Lord?.. a_apa ma_maksudmu" Arata merasa bingung dengan aksi yang di lakukan Shin. Begitu pula dengan Azora dan Suzu. Suzu merasa petnya tidak pernah seperti ini, bahkan kepadanya yang notabennya adalah tuannya.
Tanpa menjawab, Shin mendekat pada Arata dan kembali berlutut. Memegang tangan Arata dengan sedikit bergetar, lalu mencium tangannya, "Lord..." lalu Shin mengarahkan tangan Arata untuk mengelus pipinya.
"Sebuah kehormatan bagiku bisa bertemu dengan anda lord. Maaf, aku baru menyadarinya sekarang" Shin kini melepaskan tangan Arata, dia memperhatikan wajah Arata yang menyiratkan ekspresi kebingungan.
"Shin! Apa maksud perkataanmu itu?!.. kenapa kau memperlakukan Arata seperti majikanmu? Kau bahkan tak pernah bersikap seperti itu sebelumnya, bahkan padaku! Majikanmu!" Suzu terlihat marah, dia menarik Shin untuk menjauh dari Arata. Sedangkan Arata, dia terlihat tidak terima melihat Shin yang di tarik secara kasar.
"Ma_maaf tapi..., dia adalah sang Lord" jawab Shin berusaha terlepas dari tarikan tuannya.
"Lord?" Azora menghampiri ayahnya dan menenangkannya. Lalu Azora meminta Shin untuk menjelaskan maksudnya.
"D_dia Lord, aku melihat dari matanya yang berwarna emas, katana yang di pegangnya, dan... tanda yang hanya bisa dilihat oleh seorang pet yang memiliki darah keturunan murni dari leluhur terdahulu..." Shin menjelaskan dan memberi jeda, untuk menenangkan detak jantunya yang sempat panik.
"D_dia juga bukan Raja biasa yang memimpin klan ras masing-masing dulu. Dia Lord tertinggi, Lord dari para raja dan segala jenis klan. Lord Werewolf Putih itu lah dia, keturunan terakhir dari kaumnya yang telah lama punah". Jelas Shin.
Arata yang ikut mendengarnya hanya diam. Dia masih tidak percaya dengan apa yang di jelaskan shin.
Arata memandang katana yang di pegangnya. Meletakan katana yang lebih besar di lantai, lalu membuka katana yang lebih kecil. Katana itu memiliki ukiran berwarna putih yang indah.
Suzu masih merasa tidak menerima perlakuan shin yang merendah diri pada Arata yang merupakan seorang pet. Bahkan shin tidak pernah berlutut padanya.
Sedangkan Azora, dia sibuk dengan Joe. Dia menyuruh Joe untuk mencari tahu apakah yang dikatakan shin itu benar adanya.
Arata yang di abaykan memilih untuk pergi ke dapur, meletakkan katananya di nakas dan meminta salah satu maid untuk membuatkannya makanan. Ini sudahjam makan siang dan dia bahkan belum makan dan minum dari pagi.
"Tuan Arata, makanannya sudah siap, apa ada yang bisa saya bantu lagi?"
"Aku ingin makan di taman belakang rumah, temani aku makan di sana" pinta Arata.
"Tentu tuan"
"Terima kasih"
Arata pun pergi ke taman belakang rumah bersama maid itu. Dia terlihat menikmati makan siangnya di sana.
Selesai menghabiskan makanannya, Arata memutuskan untuk melihat bunga yang dia tanam sendiri, dengan ditemani maid tadi."Tuan Arata. Apa anda baik-baik saja? Anda terlihat pucat" tanya maid itu khawatir.
"Aku tidak apa-apa. Hanya terasa sedikit lemas"
"Apa anda merasa pusing, mual, dan sakit di beberapa bagian?" Tanya maid itu lagi.
"Tidak, aku tidak merasakannya"
"Sebaiknya kita kembali kedalam, mungkin tuan Azora mencari anda"
"Ya, baiklah"
Setelah mereka masuk ke rumah, benar saja Azora mencarinya. Dia menghampiri Arata yang baru saja duduk di sofa ruang keluarga.
"Dari mana saja kau?" Tanya Azora yang terlihat sedikit panik.
"A-aku baru saja makan di taman halaman belakang. Aku juga di temani salah satu maid." Jelas Arata.
"Kau membuatku panik. Tunggu, kenapa wajahmu pucat sekali. Apa kau sakit?" Azora merasa sangat khawatir.
"Aku tak apa"
"Apa kau mau minum darah? Kau belum meminumnya bukan?"
"Aku sedang tidak ingin meminumnya"
Azora mengangkat Arata dan mendudukkan Arata di pangkuannya.
"Kau yakin? Besok kau mulai sekolah, aku takut kau sakit saat sedang belajar" Azora memeluk Arata dari belakang.
"Ya, aku tak apa. Oh ya, kenapa teman-teman tuan tidak main lagi kemari? Apalagi nona Jenny, biasanya dia kemari paling sering"
"Mereka sibuk Arata. Tolong kau jangan harapkan Jenny untuk datang kemari lagi"
"Tapi..., Dia sudah menyelamatkan aku sebelumnya. Baiklah, jika itu mengganggu tuan. Tuan pasti sedang ada masalah ya dengannya" jawab Arata yang diakhiri dengan senyumannya yang manis.
"Apa? Dia menyelamatkanmu dalam hal apa?" Tanya Azora yang tidak mengelahui perihal itu.
"Dia membe-"
"Tuan, maaf mengganggu. Ayah anda ingin bicara dengan anda" Joe memotong ucapan Arata.
"Ah, baiklah. Bisa kau temani Arata, dia tidak suka sendiri." Azora mengelus kepala Arata, lalu pergi menemui ayahnya.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pet (First Version)
RandomAkihiko arata, itulah nama pemberian kedua orangtuaku yang telah tiada saat umurku 8thn, mereka meninggal karena pembunuhan oleh sekelompok preman yang ingin merampok mereka saat pulang kerja, di perjalanan pulang melewati kawasan yang sepi penduduk...