Titik Terakhir

24 6 2
                                    

Percaya aku takkan ke mana-mana
Setia akan kujaga kita teman bahagia

-Jaz-

•••

Arga menatap langit malam dalam diam. Ini sudah hari kedua setelah pertemuannya dengan Rossa, namun dirinya belum bisa memberi jawaban. Tidak ada satu pun orang yang tahu bahkan Rufina sekali pun tentang percakapannya kala itu.

Setelah Arga menghantarkan Rufina sampai ke rumah, gadisnya hanya tersenyum sambil berkata, "Cerita aja kalau lo udah siap. Gue ga akan maksa." Sebegitu besar Rufina mengerti dirinya. Jika boleh jujur, hal ini bukanlah hal yang berat untuk diceritakan. Entahlah. Arga masih belum siap aja untuk menceritakan ini pada siapa pun.

Kenyataannya sekarang berbeda. Arga ingin menceritakannya pada gadis kesayangannya. Oleh sebab itu, Arga mengambil ponsel di dekat bantal dan segera menghubungi Rufina yang ia yakini 100% masih belajar.

"Halo..."

"Masih belajar?"

"Iya."

Dari telepon ia dapat mendengar suara lembaran buku yang bolak-balik dibuka.

"Kenapa?"

"Gue boleh cerita?"

Tepat setelah itu Arga tidak lagi mendengar suara buku. Yang ia dengar hanya deritan kursi yang didorong.

"Bolehlah. Masa engga."

Tanpa menunggu lama Arga segera memencet logo video di layar ponsel.

"Terima dong!"

Dari seberang sana gadisnya terkekeh. Tak berapa lama wajah Rufina juga ikut muncul di layar ponsel.

"Mama Bella?"

Dengan cepat Arga mengangguk. Tangan kanannya memegang ponsel yang menghadap ke wajahnya. Ia menerawang ke langit-langit kamar lalu kembali menatap gadisnya.

"Nyokapnya Bella minta gue cabut tuntutan ke Bella. Beliau sampe nangis-nangis mohon sama gue bahkan hampir mau sujud. Gue ... gue ga tau harus apa sekarang. Gue takut Bella malah ngelakuin hal-hal yang lebih parah dari ini."

Ada jeda yang cukup lama sampai akhirnya Arga bertanya, "Menurut lo gue harus apa?"

"Ga, I know it's so hard for you. Kalau gue di situasi lo juga gue bingung sih, tapi kan ga ada salahnya nyoba," jawab Rufina dengan tenang.

Dahi Arga mengernyit. "Maksud lo?"

"Mungkin lo bisa coba untuk maafin Bella. Lo coba untuk bebasin dia dari penjara. Setelah itu, jangan ada hubungan apa-apa lagi sama dia. Anggap aja ini pelajaran buat kita."

"Ga ada salahnya kasih kesempatan ke orang meski gue juga ga bisa jamin Bella akan berubah dan ga ngelakuin hal yang sama atau lebih parah. Gue mungkin terlihat naif, tapi maafin orang kan ga ada salahnya."

Arga terenyuh mendengar penuturan dari gadis di seberang sana. Jujur ini salah satu keputusan terberat yang harus diambil.

"Jangan lupa untuk minta saran ke orang tua lo juga."

Arga mengangguk dan tersenyum. Ia memajukkan bibirnya. Rufina yang melihat itu langsung mewanti-wanti sekaligus menatapnya aneh. "Ngapain sih lo?"

Arga mengarahkan telunjuknya pada bibir.

"Ga!"

"Ini cuma dari video call doang," ucap Arga sambil menekuk wajahnya.

RufinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang