We're nothing more than friend.
-Anne Marie-
•••
Setelah menjabat sebagai ketua OSIS, Arga sudah banyak berbincang dengan ketua OSIS sebelumnya. Mereka membicarakan proker-proker umum yang sebelumnya sudah pernah dilaksanakan. Rapat ini adalah yang kedua bagi mereka. Sebelumnya rapat sudah pernah dilakukan untuk membahas perpisahan kelas 12 dan proker-proker dalam jangka waktu dekat.
Ada beberapa hal yang ingin didiskusikan. Semua anggota OSIS sudah berkumpul dalam meja yang dikelilingi kursi. Nada duduk tepat di samping Arga untuk mencatat apa saja kesimpulan dari rapat yang dilakukan hari ini serta Nay -Sekertaris OSIS II- di sebelah kanan.
"Selamat sore semua! Sebelum kita mulai rapat hari ini, ada baiknya jika kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing mulai." Semua mata tertutup. Tak lama Arga menyudahi kegiatan berdoa mereka dan memulai rapat.
"Jadi seperti yang teman-teman tahu bahwa proker yang harus kita jalankan dalam satu periode cukup banyak dan ada satu perayaan yang ingin gue tambahkan, yaitu Kartinian."
Satu orang mengacungkan tangan. "Bukannya Hari Kartini di sekolah kita jarang banget diperingati?"
Arga mengangkat satu tangan. "Sebelum kita bahas Hari Kartini, gue pengen kita bahas proker yang jadwalnya dekat-dekat dulu. Contohnya kaya Hari Musik Nasional dan Hari Persatuan Artis Film Indonesia. Jadwalnyakan cuma beda sehari jadi kita bisa satuin pas Hari Persatuan Artisnya. Bagaimana pendapat kalian?"
"Gue setuju sih soalnya musik sama film ga beda jauh. I mean kan mereka sama-sama dalam bidang seni jadi masih bisa disatuin," jelas Nay yang pro terhadap Arga.
"Berarti waktu kita tinggal sebulan lebih dikit lagi. Gimana? Semua siap kerja atau engga?"
Dari satu anggukan berakhir dengan semua orang yang mengangguk. "Ok masalah lomba. Kita bisa lombain musikalisasi puisi, acting, atau drama. Untuk yang ini kita jangan rayakan terlalu heboh karena lomba ini setiap tahun juga dirayakan. Sekarang lanjut ke Kartininya. Berhubung yang belum pernah dirayakan adalah Hari Kartini, jadi kita lebih fokus ke Kartiniannya dalam arti kita harus buat acara ini mengesankan agar bisa diturunkan buat OSIS selanjutnya," papar Arga dengan sangat percaya diri.
Rufina tidak pernah melihat Arga seserius ini dalam hal apa pun atau mungkin ia yang belum terlalu mengenal Arga. Lelaki yang duduk di sampingnya bukan sosok yang petakilan atau menyebalkan seperti yang ia tahu, tetapi ia adalah Arga yang punya karisma dan wibawa saat memimpin. Mulutnya hanya tertutup rapat mendengar banyak ide yang kemudian mendapatkan masukan ini itu dari para anggota.
"Apa sekolah bakal setuju?"
Arga mengerutkan keningnya. "Kenapa engga?"
"Siapa tahu Kartinian ga pernah diperingati karena sekolah ga pernah setuju."
Arga menggeleng tegas. "Gue yakin sekolah bakal kasih izin karena acara kita tujuannya baik. Selain itu, gue juga bosen melihat hari-hari Kartini yang udah berlalu cuma begitu-begitu aja. Kita harusnya bisa buat perubahan untuk sekolah ini. Lagi, Kartinian bukan hal yang buruk. Justru itu adalah hal yang bagus karena memang sudah seharusnya kita memperingati Kartini yang sangat berjasa bagi seluruh wanita Indonesia."
Alden-Wakil Ketua OSIS II- mengangkat telunjuknya. "Gimana cara kita ngerayainnya? Emang waktunya bakal cukup?"
Arga tersenyum tipis, "Gue udah mikirin matang-matang. Kita bakal bagi dua tim, tapi kita tetap saling komunikasi. Misal seksi acara buat lomba musik sama artis saling kerja sama juga sama seksi acara dari lomba Kartini. Terus ada banyak hal yang bisa dilakukan pas kartinian dan kita bisa ngelakuin beberapa lomba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rufina
Teen FictionAmazing cover by @unicorngraph Karena Arga, Rufina harus terlibat taruhan bodoh dengannya. Bayangkan, dua rival ini harus berada dalam satu hubungan yang bernama jadian. Apa jadinya? Apakah benar pepatah 'Perasaan seseorang berubah seiring berjalan...