Pantai

338 40 5
                                    

But when i saw you, i felt something i never felt

-Trevor Daniel-

•••

Arga memang sudah berniat mengajak Rufina ke suatu tempat hari ini. Jadi, karena niatnya tersebut, sekarang ia sudah tiba di depan pintu rumah setelah Mang Bejo mempersilahkannya untuk masuk.

Baru saja Arga ingin kembali ke Mang Bejo untuk bertanya di mana Tante Rina, seorang gadis yang tingginya hanya sebatas dada berdiri di depannya sembari mengucek-ucek mata.

"Bang Arga ngapain pagi-pagi ke sini? Kakak masih bobo dan Bunda lagi pergi," jelasnya to the point.

"Abang mau ajak Kakak jalan. Bangunin dong," pintanya.

"Ya udah Abang masuk dulu deh biar aku bangunin."

"Jangan cemberut gitu ah mukanya," goda Arga. Adina memeletkan lidah. "Udah sana duduk. Oh iya, Bunda lagi pergi jadi kalau Abang mau minum ambil sendiri aja. Anggap rumah sendiri."

Arga mengangguk. "Oh ya udah. Mana sertifikat rumah?" katanya sambil menengadahkan tangan.

Adina menghentikan langkahnya, lalu menelisik. "Lah buat apa?"

"Katanya anggap rumah sendiri."

Adina memasang wajah ketus. "Bodo amat, Bang!"

***

Tan, anaknya dipinjem bentar ya. Nanti malem sebelum jam 8 moga di balikin :D

Sent.

Meski diawali dengan perdebatan sengit tepat di ruang tamu rumah Rufina, akhirnya Arga berhasil membawa gadis itu ke tempat yang ia tuju. Mereka sudah sampai sekarang, tetapi Rufina tak kunjung bangun.

Arga menepuk-nepuk pelan pipi Rufina."Hei bangun. Kita udah sampe nih," kata Arga pelan.

Rufina tampak menggeliat, tetapi matanya masih tertutup rapat. Tak lama sebuah ide muncul di kepala Arga. Ia memencet hidung Rufina.

Awalnya Rufina tidak bergeming. Lama-kelamaan matanya terbuka seiring bibirnya yang terlihat seperti ikan membutuhkan air.

Sontak hal itu membuat Arga tertawa. "KAGA BISA NAPAS GUE BLOON!"

"Abis ditungguin ampe 20 menit kaga bangun-bangun. Pelor banget lo," jelasnya masih dengan suara tawa yang terselip.

Rufina kesal. Ia mengalihkan pandangan ke depan. Matanya menatap lamat-lamat apa yang retinanya tangkap. Senyumnya terbit. "Demi apa kita di sini?" Walau belum turun, tetapi Rufina tahu mereka ada di mana. Tentu saja karena terlihat dari kaca yang ada di depannya.

Arga ikut tersenyum. "Ayo turun," ajaknya.

Mereka segera turun. Dengan semangat Rufina segera berlari menuju Pantai Sawarna.

"Awas jatuh!"

Rufina menuruti perintah Arga. Ia mulai berjalan santai menuju air. Kakinya terasa dingin saat bertemu dengan air. Pengamatan Rufina berkeliling. Tempat ini adalah tempat baru yang ia kunjungi.

Wajah cantiknya menoleh. "Lo ga bilang-bilang mau ke sini. Tau gitu tadi gue bawa baju gantikan," sesalnya.

"Nanti kita beli."

RufinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang