Siapkah kau tuk jatuh cinta lagi?
-HiVi-
•••
Mereka -Arga dan teman-temannya- berkumpul di kantin yang saat ini sedang gegap gempita. Sembari menunggu pop mie matang, Vino kembali fokus dengan obrolan soal Arga yang mengajak rivalnya jadian.
Sam menggelengkan kepala. Antara takjub juga tak habis pikir. "Seumur hidup lo ga pernah jadian dan sekalinya jadian malah sama musuh lo sendiri?" Sam menatap dramatis sahabatnya. Ia juga memberi tepuk tangan pelan.
Bukan hal baru lagi bagi mereka untuk tahu bahwa Rufina memang tidak menyukai Arga. Untuk alasannya, tidak ada yang tahu pasti, tetapi kemungkinan besar adalah karena saat MOS Arga pernah tidak sengaja merentangkan kakinya karena pegal sehabis berjemur bertepatan saat Rufina lewat sehingga gadis itu terjatuh dan ditertawakan hampir satu angkatan.
Vino membuka kertas penutup makanan. Seketika uap menyeruak disusul aroma yang menyengat. Menggugah selera. "Nih, ya. Cerita semacam Arga tuh banyak banget di novel alay Vina. Ga nyangka aja sekarang gue bisa ngeliat langsung cerminan dari novelnya Vina." Setelah itu Vino menggulung mi dengan garpu lalu menyeruputnya. Ia terlihat menikmati.
Sam menatap Vino dengan pongah. "Lo. Juga. Alay," cibirnya.
Vino mengangkat garpunya tinggi-tinggi, "Minta ditusuk?"
Haidar yang sedaritadi jadi pendengar langsung tertawa. "Itu sendok plastik, bodoh."
Vino mengerucut sebal. Sam yang melihat hal itu memasang wajah jijik. Telunjuknya terangkat. Menunjuk bibir orang di hadapannya. "Nohkan. Bibirnya aja udah alay banget pake manyun-manyun. Berasa cewek lagi foto lo, najis!"
"Bodo amat," cetus Vino.
"Tapi emang Rufina mau?" tanya Haidar sekaligus untuk menyudahi pertengkaran konyol kedua temannya.
"Mau apa?"
"Mau jadian sama lo," ucapnya memperjelas.
Arga tertawa renyah. "Mauinlah."
Sam menelungkupkan tangannya di atas meja. "Lagi kenapa harus sama Rufina coba? Di sini masih banyak cewek yang mau sama lo. Contoh? Sandra ketua saman. Calista anak cheerleader. Dena an--" Penjelasannya terhenti kala Vino memasukkan lilitin mi ke dalam mulutnya.
Sam terbatuk dan mengambil es jeruk entah milik siapa karena sekarang ia tersedak. "Sialan lo!" katanya dengan napas menderu.
Mereka semua tertawa, kecuali Sam tentunya. Vino menolehkan 90° kepalanya ke kanan. Menatap Sam dengan serius. "Dengar ya Sammy Simorangkir anaknya Bapa Simorangkir, terserah Arga dong mau pacaran sama siapa. Mau pacaran ama Cherry adek kelas yang ganjen itu kek atau Rani si bau ketek di kelas lo ya itu terserah dia. So what gitu?"
Kini giliran Haidar yang menatap Arga. Ia juga penasaran kenapa Arga lebih memilih Rufina yang notabenenya adalah musuh untuk menjadi pacarnya. "Jadi, lo kenapa nembak Rufina? Maksud gue, lo kerasukan apa tiba-tiba ngajak dia keluar terus nembak? Atau ...," Haidar mengatakannya dengan gaya slow motion, "lo beneran suka ama dia?"
Arga menggeleng lalu tersenyum. Ia menatap langit-langit kantin lalu menjawab, "Gue bukan suka sama dia. Gue lagi bereksperimen aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rufina
Teen FictionAmazing cover by @unicorngraph Karena Arga, Rufina harus terlibat taruhan bodoh dengannya. Bayangkan, dua rival ini harus berada dalam satu hubungan yang bernama jadian. Apa jadinya? Apakah benar pepatah 'Perasaan seseorang berubah seiring berjalan...