Cukup kau di samping berjalan bersamaku
Pastikan kau bahagia-Rizky Febian-
•••
Tatapan setajam elang itu menginventori ruangan seluas 12 x 16 sudah ditata sedemikian rupa. 5 buah meja di mana 3 meja berkapasitas 4 orang dan 2meja berkapasitas 6 orang sudah dirapatkan di dalam gudang menyisakan sebuahmeja dari kayudengan finishing melamin doff berwarna coklat serta kursikayu dengan finishing clear dan sponsdilapisi oscar warna coklat.
Omong-omong, restoran ini milik Alga sehingga tidak begitu sulit bagi Arga untuk menggunakan tempat ini. Pencahayaan alami melalui picture window dilengkapi cahaya buatan menggunakan downlight kuning bila malam hari. Meski begitu, ruangan ini masih menyisakan dinding polos tanpa jendel yang menjadi alasan terkuat Arga untuk memilihnya.
Mata Arga beralih pada Haidar yang sibuk mengutak-atik laptop. "Foto sama video udah?" Dirinya memastikan agar rencananya tidak gagal. Haidar mengacungkan jempol. Sam sendiri tertawa melihat sahabatnya seperti ini. Jelas bukan Arga yang selama ini ia kenal.
"Hebat ya Rufina bisa bikin lo kaya gini!" puji Sam seraya bertepuk tangan pelan.
"Liat aja noh mukanya tegang banget dari kemarin malam berasa mau ngelamar anak orang. Segala ngumpulin kita ampe tengah malam lagi. Kan dingin, ngantuk mau bobo eh malah diganggu," timpal Vino seperti tidak terima dengan perlakuan Arga.
Setelah mengantar Rufina, Arga memang mengumpulkan sahabat-sahabatnya untuk membantu kesuksesan rencananya. Mereka mengerjakan semua sampai tengah malam dan tertidur di rumah Arga.
Beruntung ada Sam yang mengerti harus dihias seapik apa ruangan ini agar terkesan manis, namun tidak berlebihan. Beruntung ada Haidar yang langsung menangkap apa yang dirinya mau sebagai kejutan bagi Rufina. Vino? Tidak ada untunganya sama sekali berteman dengan Vino! Oke bercanda. Beruntung ada Vino yang bisa memberikan guyonan untuk menenangkan dirinya yang jujur sedikit khawatir.
Arga pernah mendengar, katakanlah dari seorang pujangga tidak ternama, 'Orang bakal sadar sama perasaannya pas ditinggal' dan dirinya setuju. Ia merasa kehilangan ketika gadisnya mengatakan putus saat itu.
"Kira-kira dia bakal suka ga, ya?"
"Suka! Jangan pesimis. Kalo lo udah mikir dia ga bakal suka ya udah berarti nanti dia ga bakal suka," jawab Vino dengan tegas. Vino memang paling anti dengan kata-kata yang menyimpulkan suata keputusasaan.
Arga mengangguk. Kaki penjangnya menjelajahi ruangan yang sudah terhias sempurna. Tambahan bunga yang digantung di setiap sudut ruangan menambah kesan cantik. Bukan hanya Arga yang terkesima, Sam dan Vino pun sama.
"Eh iya," semua orang langsung menatapnya, "Lo nanti jadi jemput Rufinakan, Dar?" tanya Arga sembari menatap Haidar. Lelaki itu menutup laptop dan memasukkan ke dalam tas. "Iya nanti gue jemput."
"Oke." Tatapannya beralih pada Sam. "Lo kan nanti yang monitor laptop?"
Sam mengangguk mantap. "Aman."
Vino melirik arloji yang melingkar di pergelangannya. "Mending sekarang kita balik. Ini udah jam 4," matanya beralih menatap Arga. "Rencana lo jam 7 kan?"
Sam mengangguk setuju terhadap perkataan Vino. "Iya nanti kita balik lagi ke sini buat mastiin semua."
Arga ikut melirik arlojinya. Bibirnya melengkung ke atas, "Thanks, ya. Gue ga tau harus gimana kalo ga ada kalian."
"LEBAI!" teriak mereka bertiga bersamaan lalu tertawa.
Arga mendengus lalu mengambil kunci mobil yang diletakkan di atas meja. "Gue cabut." Tepat sebelum kakinya ingin melangkah turun, dirinya teringat akan sesuatu. Badannya berbalik dan menatap Sam. "Gue liat-liat kemarin lo pergi ama Sarah. Ngapain tuh?" godanya dengan tangan bersidekap di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rufina
Teen FictionAmazing cover by @unicorngraph Karena Arga, Rufina harus terlibat taruhan bodoh dengannya. Bayangkan, dua rival ini harus berada dalam satu hubungan yang bernama jadian. Apa jadinya? Apakah benar pepatah 'Perasaan seseorang berubah seiring berjalan...