You'll be mine and i'll be yours
-Taylor Swift-
•••
"Sar..."
"Hmm?"
"Sar," panggilnya lagi.
Tatapannya masih fokus pada ponsel di tangan sehingga hanya gumaman yang keluar. "Hmm?"
"Sar!"
Barulah Sarah menurunkan benda pipih itu, lalu menoleh sekaligus menatap jengkel sahabatnya. "Apaan dibilang?"
"Kalau orang manggil jawab kek." Perlu diketahui bahwa Rufina tidak suka dengan orang-orang yang menjawab panggilannya hanya dengan deheman.
Satu alisnya terangkat, "Ya emang tadi gue belum jawab?"
Rufina menggeram. "Au ah!" Wajahnya tertekuk. Hidung Sarah mengkerut. "Idih sensi."
Kamar bernuansa biru yang sekarang mereka tempati mendadak hening. Sarah menghela napas, lalu bangkit dari kursi putar dan duduk di dekat Rufina, di atas karpet. Ia memegang pundak sahabatnya. "Kenapa?"
"Ga," cetusnya cuek.
Sarah hampir saja tertawa melihat kelakuan Rufina yang kekanak-kanakkan. "Kenapa sih?"
Semenit kemudian barulah mulutnya angkat bicara. "Gue bodoh banget."
"Bodoh kenapa?" tanyanya bingung.
Tanpa ragu Rufina menceritakan apa yang telah ia putuskan kemudian rasa sesal yang memenuhi benaknya hingga sekarang.
"HAHAHA..." Sarah tak bisa menahan tawa mendengar taruhan konyol yang dilakukan sahabatnya. Bahkan, perutnya sampai sakit karena tertawa. Rufina melempar boneka oval bertuliskan 'Honey.'
Rufina menatap datar gadis di sampingnya. "Dah?"
Sarah menggigit bibir dalam untuk menahan tawa. "Oke-oke sorry. Lagi lo sendiri juga kenapa asal iya-iya aja?"
Rufina bungkam. Mata Sarah menyipit. Telunjuknya bergerak ke atas dan bawah. "Gue tau nih. Pasti gengsi lo mulai lagikan?" Ia setuju dalam hati. "Lo tuh kebiasaan sih. Gengsi lo tuh turunin kenapa. Harusnya biarin aja Arga ngeremehin lo daripada lo stress kaya sekarang."
"Ya iya gue juga tau. Gue juga nyesel kok," ungkapnya lesu. Dengan posisi tengkurap ia meletakkan kepala di atas bantal, dibatasi oleh tangannya yang terlipat.
Sarah menggaruk tengkuknya. "Sekarang yang bisa lo lakuin cuma berdoa. Minta sama Tuhan semoga lo bisa jadi Ketua Osis atau paling engga Si Alden dah...," katanya. "Jangan pesimis!" lanjutnya lagi dengan nada memperingatkan.
Rufina membalikkan tubuhnya, beralih menatap langit-langit atap. "Kalau gue kalah gimana?"
Sarah mengangkat kedua bahunya. "Ya ... lo harus siap-siap jadi pacarnya Arga."
Mendengar itu Rufina jadi kesal sendiri. Ia membayangkan bagaimana nanti ketika Arga menjadi pacarnya. Rufina menepuk-nepuk dahinya dan kepalanya menggeleng kuat untuk semua bayangan yang menari-nari di pikirannya. "Amit-amit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rufina
Teen FictionAmazing cover by @unicorngraph Karena Arga, Rufina harus terlibat taruhan bodoh dengannya. Bayangkan, dua rival ini harus berada dalam satu hubungan yang bernama jadian. Apa jadinya? Apakah benar pepatah 'Perasaan seseorang berubah seiring berjalan...