Kubenci sendiri, harus terus begini.
-Geisha-
•••
Kembali sendiri.
Sekiranya hanya kalimat itu yang mampu menjelaskan keadaannya saat ini. Beberapa bulan telah dilalui bersama Arga dan jujur Rufina mulai terbiasa dengan kehadiran lelaki tersebut. Dari kejadian ini, Rufina sadar bahwa seharusnya ia bisa lebih hati-hati lagi dalam menjaga hatinya.
Namun, Rufina lupa bahwa sebesar apa pun usahanya untuk mencegah Arga masuk ke dalam hatinya, ia tidak bisa. Ia kalah. Ia kalah dalam mengendalikan hatinya sendiri. Arga sudah menjadi salah satu bagian dalam hidupnya, yang saat ini sedang berantakan bak puzzle yang belum tersusun, terpecah belah.
Entahlah. Urusan hati terlalu rumit untuk diselesaikan.
Rufina merapatkan cardigan berwarna pastel, salah satu warna kesukaannya. Malam ini ia memutuskan untuk mengelilingi kompleks perumahannya. Rasanya sudah lama tidak seperti ini. Ia menyusuri jalanan beraspal yang diterangi oleh lampu di sepanjang jalan.
Langkah terhenti ketika ia sadar bahwa dirinya tengah berada di taman, tepat di tengah kompleks perumahannya. Awan yang sudah menggelap tidak membuat keindahan taman ini pudar. Justru terlihat semakin indah karena adanya path lighting pada jalur kaki juga flood light dengan sinar yang menyebar yang semakin mempercantik eksterior taman.
Rufina menginventori taman. Ada beberapa pasangan yang sedang menikmati keindahan taman. Ah, lupa. Ini malam minggu. Pantas saja taman ini lumayan ramai.
Ia menjatuhkan tubuhnya di salah satu bangku taman yang terbuat dari kayu dengan gagang logam berornamen bunga pada pegangannya.
Penerangan di depannya sedikit berkurang, berganti dengan bayangan seseorang yang tidak ia kenal. Tanpa melihat pun Rufina yakin bahwa orang ini sudah duduk di sampingnya sekarang. Sesaat ia terdiam, namun tepukan di bahunya membuat kepalanya berputar 90 derajat ke sebelah kanan.
"Hai, Ruf," panggil orang tersebut.
Kedua mata mereka beradu dalam tatap lalu Rufina mengarahkan telunjuknya pada lelaki tersebut. "Loh, Sam... Ngapain ke sini?" tanyanya bingung.
Sam balik menatapanya bingung. "Harusnya gue yang tanya. Tumben lo ke sini."
Rufina berdehem. "Gue lagi pengen ke sini aja." Ia baru ingat. Samkan tetangganya. "Lo sering ke sini, ya?"
Sam mengangguk. "Setiap malam minggu kalau ga ada acara gue ke sini," ada jeda sebentar, "meskipun gue harus melihat kemesraan banyak pasangan di sini," imbuhnya lagi.
Rufina terkekeh. "Kalau gitu lo cari pasangan jugalah," katanya enteng sembari menaik-naikan alisnya.
Sam berdecak, "Ngomong mah gampang."
Sam meletakkan kantong belanja dan membuka bungkus plastik di dalamnya. Ia menyodorkan pop corn yang sempat ia beli di tempat perbelanjaan terdekat. Rufina mengambil dan memasukkan makanan tersebut ke dalam mulutnya.
Rufina tersenyum geli melihat kelakuan Sam. "Lo mau piknik atau apa? Sampai bawa jajanan begini."
Sam mendengus, "Gue kalau ke sini sering bawa snack soalnya kalau bosen gue harus makan," tukasnya.
"Ya ya ya," ujarnya.
Mereka menikmati pop corn tersebut. Rufina menyenderkan tubuhnya yang berbalut baju tidur dan cardigan pada sandaran bangku taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rufina
Teen FictionAmazing cover by @unicorngraph Karena Arga, Rufina harus terlibat taruhan bodoh dengannya. Bayangkan, dua rival ini harus berada dalam satu hubungan yang bernama jadian. Apa jadinya? Apakah benar pepatah 'Perasaan seseorang berubah seiring berjalan...