I don't even know how to explain this.
-Charlie Puth-
•••
Lelah dan bahagia. Hanya 2 kata itu yang mampu menggbarkan perasaan Rufina saat ini. Terhitung sudah cukup lama dirinya tak menginjakkan kaki di taman rekreasi ini. Ia meneguk cepat air mineral yang tadi sempat Arga belikan sebelum mereka masuk di istana boneka.
Menghilangkan rasa bosan, Arga buka suara. "Jadi sebenarnya lo punya adik?"
Rufina menutup botol sembari mengangguk. "Dan lo punya kakakkan?"
Arga menjawabnya dengan gerakan kepala. "Namanya cakep. Beda tipis ama lo," imbuhnya lagi.
"Lo tau darimana?" tanya Arga disertai kerutan di kening.
"Teman-teman lo. Nama panjangnya siapa kalo boleh tau?"
Arga menggeleng. "Ga ah. Entar lo jadiin bahan santet."
Rufina melotot. "Gue normal."
Arga tertawa. Untuk jujur, Arga suka melihat wajah kesal Rufina. "Alga Trina Bagaswara. Beda tipiskan ama gue?"
Rufina mengangguk cepat. "Berasa anak kembar! Artinya apa?"
Arga mengangkat bahunya cuek. "Ga tau. Gue taunya Alga itu tumbuhan, tapi menurut gue jelek."
Rufina mengangkat telunjuknya. "Durhaka lo."
"Nama lo sendiri artinya apa?" Rufina menatap Arga dengan kepo.
Arga menimang sebentar. "Kata bokap Arga itu artinya gunung yang tinggi. Harapannya biar gue bisa ngejar cita-cita gue setinggi gunung bukan langit. Trino itu ga tau soalnya ngikut nama Ka Alga. Dia Trina dan gue Trino. Kalau Bagaswara itu nama keluarga gue." Rufina hanya mampu ber o ria saja mendengar penjelasan lelaki di sampingnya.
Arga menunduk sedikit dan kepalanya menoleh ke samping. "Kalo lo sendiri? Rufina Fawnia Pradana artinya apa?" Kini giliran Arga yang menatap Rufina.
Tatapan Rufina menerawang. "Kalau Bunda cerita, Rufina itu tokoh animasi kesukaan dia. Bunda bilang artinya rambut merah padahal rambut gue cokelat." Arga mengangguk masih menunggu penjelasan lanjutan dari Rufina. Tadinya ia ingin menimpali beberapa kalimat menyebalkan, namun semua ia tahan karena tidak mau merusak momen.
"Kalau Fawnia itu dari almarhum Ayah. Kata Ayah artinya sangat berharga. Maklum, setelah tiga tahun nikah dan mereka belum dikarunia anak, Ayah sama Bunda jadi cemas ga bisa punya anak. Jadi pas gue lahir mereka bilang gue sangat berharga dan Pradana sama kaya lo. Itu nama keluarga gue."
Arga tidak mampu menahan keterkejutannya saat mendengar kata almarhum. Pantas saja selama beberapa kali ia menjemput gadis ini, tak pernah sekalipun ia melihat sosok lelaki di dalamnya selain Mang Bejo.
"Ayah udah meninggal?" bisiknya sangat hati-hati.
Rufina tersenyum tipis. "Iya."
Tidak mau membahasnya lebih jauh, Arga hanya membalasnya dengan mengangguk-anggukan kepala. Tak terasa kereta sudah berhenti. Mereka berdua turun dan memutuskan untuk kembali memutari Dunia Fantasi yang terasa semakin seru.
Dan hari itu, untuk pertama kalinya mereka menghabiskan satu hari bersama sebagai dua orang yang lumayan akur. Bukan lagi sebagai rival yang saling membenci.
***
Semenjak acara Dufan dadakan beberapa minggu lalu, hubungan mereka jadi lebih dekat. Buktinya sekarang mereka tengah mencari barang-barang yang dibutuhkan lomba Kartini dan 2 lomba sebelumnya walau dibutuhkan perdebatan yang cukup sengit karena Rufina menolak ajakan Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rufina
Fiksi RemajaAmazing cover by @unicorngraph Karena Arga, Rufina harus terlibat taruhan bodoh dengannya. Bayangkan, dua rival ini harus berada dalam satu hubungan yang bernama jadian. Apa jadinya? Apakah benar pepatah 'Perasaan seseorang berubah seiring berjalan...