You don't know what it's like.
-Katelyn Tarver-
•••
Kalau saja salah satu dari mereka mau menurunkan sedikit ego dengan minta maaf, mungkin atmosfer di antara keduanya tidak menjadi sedingin ini. Berada di mobil yang sama pun tidak membuat mereka berbincang atau berdebat seperti biasa. Lantas keduanya saling bungkam.
Sangat mudah bagi Bella untuk menyadari adanya jarak antara pasangan tersebut sehingga tentu tidak tinggal diam. Justru ia semakin terang-terangan mendekati Arga di depan Rufina. Tanggapan Rufina? Membuang muka tidak mau ikut campur. Malas membuat masalah semakin runyam. Toh mungkin Arga sebentar lagi akan memutuskan hubungan dan bertolak kepada Bella.
Rufina tidak mau memperjuangkan apa-apa dari hubungan konyol yang mereka jalankan. Rufina tidak mau mengharapkan apa-apa walau nyatanya ia sudah berharap sebelum ia sadar.
Sarah telah mendengar ceritanya dari Rufina secara langsung, tetapi ia tidak punya peran untuk melakukan apa-apa. Bukannya jahat, ia hanya tak mau terlalu ikut campur urusan orang lain. Sarah mengerti bahwa masing-masing dari mereka membutuhkan waktu. Yang paling menyedihkan adalah ketika semangat Rufina tidak lagi seperti dulu. Setengah dari dirinya seperti pergi begitu saja. Segala sesuatu tentang Rufina berubah menjadi gelap. Jauh lebih buruk sebelum ia dekat dengan Arga.
Dan sekarang Sarah sadar bahwa sahabatnya benar-benar jatuh cinta. Ia simpulkan secara telak.
"Jangan diam aja. Biasanya lo ceria."
Rufina mendesah kesal, "Biasanya gue emang gini. Ga ada yang beda dari gue."
"Kalo ada masalah bisa diomongin baik-baik, Ruf," saran Sarah dengan suara pelan.
"Gapapa. This isn't a big problem kok. Everything's gonna be ok."
***
"Rufina kemana lagi, Ga? Kemarin ga ada kok sekarang juga?" tanya Vino bingung. Ia belum bisa membaca situasi bahwa ada yang janggal antara sahabatnya dengan Rufina.
"Di kelas." Arga memilih duduk di kursi paling pojok.
Yang paling peka di sini adalah Haidar. Namun, ia masih mampu menampung segala pertanyaan yang berputar di otaknya. Ditambah lagi adanya kehadiran Bella yang semakin memperkeruh keadaan. Haidar sadar betul apa yang diinginkan perempuan itu.
"Perasaan baru dua hari lalu lo kasih tau kalo kalian abis makan malam sama keluarga lo, eh sekarang malah jauhan gini," tukas Vino sambil mengaduk-aduk gula yang belum larut pada tehnya.
"Makan malam?" Bella tidak dapat menahan rasa penasarannya ditambah lagi Vino menggangguk.
Sam seakan mengerti keadaan dan juga tatapan dari Haidar. "Bel, lo bisa pergi dulu? Cari tempat duduk lain," pintah Sam sambil menunjuk-unjuk kursi kosong yang berada di tengah.
"Kenapa? Kalian ... ga suka ya gue di sini?" Bella memasang raut wajah sedih dan menatap Arga seakan meminta pertolongan. Namun yang ditatap tidak memberikan respon apa-apa. Justru yang terlihat hanyalah tatapan kosong sambil menatap sepiring siomay di depannya tanpa minat ingin memakannya.
"Ada beberapa hal yang harus kita bahas. Sebaiknya lo ga tau dan emang harusnya lo ga tau sih. Udah sana," perintah Sam telak. Jujur, Sam semakin tidak suka dengan Bella yang seperti memanfaatkan keadaan. Pergerakan yang dilakukan gadis itu terbaca dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rufina
Teen FictionAmazing cover by @unicorngraph Karena Arga, Rufina harus terlibat taruhan bodoh dengannya. Bayangkan, dua rival ini harus berada dalam satu hubungan yang bernama jadian. Apa jadinya? Apakah benar pepatah 'Perasaan seseorang berubah seiring berjalan...