Baby i'm think of you, when i'm all alone.
-Martin Garrix, David Guetta, Brooks-
•••
Seminggu ini seluruh anggota OSIS sibuk menyiapkan acara yang akan diadakan minggu depan lalu disusul dengan perayaan Kartini pertama di SMA Trakarsa. Mereka semua memang sudah sepakat untuk mengurus kedua acara secara bersamaan dengan dibagi menjadi 2 tim agar tidak membuang-buang waktu. Di samping itu waktu yang mereka butuhkan terbilang cukup sedikit sehingga mereka harus bisa memutar otak agar acara dapat berjalan lancar.
"Acara gimana? Udah dibuat?"
Acil yang tugasnya memang untuk mengurus susunan kedua acara bersama Roy -temannya- mengangguk.
Arga mengecek kembali list -yang isinya adalah semua yang mereka butuhkan- dengan seksama. "Lo udah minta Bu Tika buat jadi juri lomba musikalisasi belom, Gin?"
Gina mengangguk. "Dia bilang setuju kok."
"Sama Pa Yusuf jugakan?" timpal Alden.
Gina mengulum bibir dan menepok dahinya. "Mianhae mianhe."
Alden memutar bola matanya jengah. "Ngomong apa sih?"
Beberapa orang yang sibuk mengurus pernak-pernik untuk menghias ruangan tertawa. "Maaf maksud gue," jawabnya diselipan tawa.
Rufina yang baru saja selesai membantu seksi lain angkat bicara. "Mau ngomong kapan, Gin?"
"Entar pas ini selesai. Apa mau sekarang? Tapi takut Pa Yusufnya lagi ngajar."
Nay menoleh dan berteriak dari pojok ruangan -tempat beberapa orang berkumpul untuk menentukan hadiah yang akan diberikan- "Pa Ucup lagi jamkos sekarang. Baru ngajar lagi entar 1 jam sebelum pulang."
"Ya elah tau aja jadwalnya Pa Yusuf," goda Arga sembari mengangkat-angkat kedua alisnya.
"Istrinya ya, Neng?" Kini giliran Alden yang buka suara.
Daffa -salah satu ketua Sekbid- bersiul. "Pake ada panggilan sayang segala. EA PAK UCUP."
Nay memasang wajah galaknya. "BERISIK LO BURUNG BANGAU!"
Mereka semua serempak tertawa. Nay yang merasa terpojoki hanya mengerucutkan bibir dan kembali menyibukkan diri dengan anggota lain yang masih saja menertawakan lelucon garing dari ketua dan wakilnya.
Gina bangun dari duduknya dan menarik tangan Yanti untuk ikut. "Gue ama Yanti ke ruang guru dulu, ya."
Arga mengacungkan jempolnya. "Sukses selalu!"
"Ruf, apa lagi ya yang kurang?"
Rufina berjalan kearah Arga dan Alden lalu mengambil kertas yang berisikan daftar apa saja yang mereka butuhkan. "Det, semua dana udah cukupkan?" Deta mengangguk selagi menghitung kembali semua pengeluaran.
Inilah salah satu keuntungan bersekolah di sekolah swasta. Mereka tidak perlu bersusah payah mencari dana karena sekolah memang akan menyediakan apa yang mereka butuhkan. Di samping itu, pemilik SMA Trakarsa terkenal dermawan. Beliau akan mendukung apa pun yang muridnya lakukan selama itu memberikan dampak positif. Jadi ketika uang pendaftaran tidak cukup menutupi pengeluaran, maka sekolah yang akan memenuhinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rufina
Teen FictionAmazing cover by @unicorngraph Karena Arga, Rufina harus terlibat taruhan bodoh dengannya. Bayangkan, dua rival ini harus berada dalam satu hubungan yang bernama jadian. Apa jadinya? Apakah benar pepatah 'Perasaan seseorang berubah seiring berjalan...