Tell me how you really feel
-Sasha Sloan-
•••
"Ka Alga," panggil Arga dengan melongokkan kepala di depan pintu.
Dari kursi putar yang saat menjadi tumpuan bagi tubuhnya ia hanya berdehem.
"Gue boleh masuk?" Sepertinya itu hanyalah pertanyaan retoris karena kini Arga sudah menutup pintu dan merebahkan diri di satu-satunya kasur yang ada di ruangan bernuansa merah muda ini.
"Kenapa? Tumben banget," sahut Alga yang pandangannya tidak berpindah barang sejenak pun dari laptop di hadapannya.
Arga menyisir rambutnya dengan asal. Oh, sekarang dia gugup. Merasa tak ada jawaban, Alga memutar kursi putarnya.
"Kok diem? Kenapa?"
"Kalo lo nyaman sama orang apa itu bisa diartikan lo sayang sama dia?" tanyanya to the point seraya menatap langit-langit kamar.
Alga terdiam beberapa saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan adik kandungnya karena ini adalah pertama kalinya Arga bertanya hal yang berhubungan dengan perasaan.
"Kamu lagi jatuh cinta sama orang? Kenalin dong ke Kakak," tebaknya dengan mata berbinar.
"Gue nanya," sahutnya malas.
Alga memutar mata dan berdehem sebentar. "Ada 2 kemungkinan. Kamu beneran sayang sama dia atau dia cuma pelampiasan kamu."
Alis Arga saling bertautan. Sekarang ia sudah pada posisi duduk. "Maksudnya?"
"Kamu pernah punya mantan yang sampe sekarang belum bisa kamu lupain?" tanyanya kembali.
Arga menggeleng mantap.
"Ya berarti kamu beneran sayang," putusanya yang membuat Arga semakin bingung dengan perasaannya.
"Seriusan?"
"Kamu gimana sih? Kan kamu yang punya perasaan," gerutu Alga diikuti decakan pelan.
Arga membasahi bibirnya yang terasa kering. "Ya gue sendiri ga tau gimana perasaan gue. Lo tau gue ga pernah jatuh cinta, Kak."
"Mantan kamu banyak, tapi pernah ga kamu ngerasa senyaman ini sama dia? Udah seharusnya kamu lebih berpengalaman daripada aku yang sibuk sama kerjaan," sindirnya dengan senyum miring.
"Ga pernah."
"Ga pernah apa?"
"Ga pernah ngerasain yang namanya senyaman ini sama siapa pun," jujurnya sembari tersenyum. Walau tipis, Alga masih bisa melihatnya. Hal itu membuatnya ikut tersenyum. Dari tatapan hangat yang matanya pancarkan saat ini, Alga bisa melihat jelas bahwa adiknya tersebut memang sedang jatuh hati.
"Kalo emang kamu sayang, bilang aja sama dia. Siapa tau dia juga punya perasaan yang sama. Kalau kamu ga pernah kasih kepastian gimana? Perasaan orang juga ada kedaluwarsanya loh."
Arga terdiam sebentar sebelum akhirnya kembali menjawab. "Ya tapi gue belum tau jelas gimana perasaan gue."
"Kam--"
"Ups! Mama ganggu ya? Kalian lagi bahas apa sih? Kok seru banget."
Suara seseorang yang mereka kenal menggema seiring bunyi derit pintu yang menghilang. Wanita itu memegang segelas teh hijau.
"Makasih, Ma." Pegangan gelas itu kini teralihkan pada Alga. Dena memilih duduk di pojok kasur. Matanya tak tinggal diam, bergantian menatap anak perempuannya kemudian anak lelakinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rufina
Teen FictionAmazing cover by @unicorngraph Karena Arga, Rufina harus terlibat taruhan bodoh dengannya. Bayangkan, dua rival ini harus berada dalam satu hubungan yang bernama jadian. Apa jadinya? Apakah benar pepatah 'Perasaan seseorang berubah seiring berjalan...