I was fallin.
-Ameritz Tribute Tracks-
•••
Persiapan mereka yang hampir sebulan lebih membuahkan hasil yang cukup gemilang. Beberapa hari yang lalu lomba Musar -Musik dan Artis- berjalan dengan baik. Sekarang saatnya mereka merayakan hari Kartini.
Berbeda dari lomba sebelumnya yang dipertanggungjawabkan oleh Daffa -Ketua Sekbid Kesenian- lomba Kartini ini dipertanggungjawabkan oleh Arga selaku Ketua OSIS berdasarkan perintah langsung kepala sekolah.
Acara dimulai dengan sambutan dari kepala sekolah disusul dengan salah satu guru kesenian dan yang terakhir oleh Arga sendiri. Semua yang mereka ucapkan layaknya kata sambutan seperti umumnya. Tidak jauh-jauh, yaitu ucapan terima kasih dan sebagainya.
Semua anggota berpencar untuk mengurusi lomba-lomba yang direncanakan. Terlihat banyak siswa dan siswi yang sangat gembira menyambut hari Kartini. Mungkin karena ini pertama kalinya mereka merayakan perayaan ini di sekolah. Seperti biasa juga, banyak dari mereka yang memilih untuk di kelas atau berfoto-foto karena memakai kebaya dan kain batik. Namun, ada juga yang berada di sisi lapangan untuk menyemangati teman-teman mereka yang menjadi perwakilan Aa-Eneng sekolah.
"Jadi yang tadi ngomong itu namanya Arga?"
"Dih! Kemana aja lo selama ini?" tanya lelaki di sebelahnya, "Lo emang ga lihat dia pas pemilihan Ketua OSIS?" lanjutnya.
Bukannya menjawab gadis itu justru mengulum bibirnya dan tersenyum miring. "Gue suka dia, Raka."
Lelaki yang dipanggil Raka itu melotot. "Jangan gila, Bel! Arga udah punya pacar...," katanya memperingati, "lagi, kenapa bisa lo suka sama orang yang baru pertama kali lihat?"
Bella terkekeh dan melipat kedua tangannya di atas perut. "I can get whatever i want, Ka. Dan sekarang gue percaya kalau love at the first sight beneran ada ternyata."
Raka menggeleng kuat. "Tapi Arga ga bisa lo dapetin. Lo jangan jadi perusak hubungan orang. Apalagi mereka teman sekelas gue."
Bersyukur karena posisi mereka di bawah pohon yang cukup sepi, namun masih bisa melihat jelas panggung utama. Bella mencubit pelan pipi sahabatnya dan tertawa. "Lo mah suka lebay deh. Kita ini masih SMA. Kalau mereka udah nikah baru dah gue ngalah. Lagi juga bagus dong kalau kalian sekelas. Semuanya ga bakal susah-susah amat."
Raka menahan pergelangan tangan Bella. "Ga usah ngelakuin hal konyol yang kelewat batas. Apa pun yang lo minta buat ini gue ga akan bantu."
Bella mengerucutkan bibirnya. "Padahal gue baru aja mau minta tolong. Katanya lo sayang sama gue, tapi kenapa lo ga mau bantuin?"
Lelaki itu menghela napas kasar. "Tapi ga buat ngerusakin hubungin orang. Pokoknya buat yang ini gue ga mau turun tangan," bantahnya sekali lagi.
Bella memasang puppy eyes andalan yang menjadi kelemahan Raka. "Please, Ka. Lo satu-satunya teman dan sahabat yang gue punya. Gue ga pernah senyaman ini temenan sama orang," mohonnya dengan suara bergetar.
Runtuh sudah pertahanan Raka melihat mata sayu sahabatnya itu ditambah suara serak khas orang ingin menangis. Lelaki itu mengusap wajah dan mengalihkan pandangan ke depan. "Lihat nanti."
Bella memeluk Raka dari samping. "Lo emang yang terbaik, Ka."
Bella tahu bahwa Raka akan membantunya untuk mendapatkan apa yang ia mau.
***
Tepat pukul 3 sore acara ditutup. Sekolah masih tampak penuh karena gerbang sekolah yang dikunci. Katanya perintah langsung kepala sekolah. Mereka harus di sekolah sampai acara selesai. Setelah acara penutup dan pemberitahuan bahwa pemenang lomba akan diumumkan pada hari Senin, lapangan secara tiba-tiba kosong melompong. Ketiga sahabat Arga pamit pulang terlebih dahulu. Katanya sudah lelah padahal tidak ngapa-ngapain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rufina
Teen FictionAmazing cover by @unicorngraph Karena Arga, Rufina harus terlibat taruhan bodoh dengannya. Bayangkan, dua rival ini harus berada dalam satu hubungan yang bernama jadian. Apa jadinya? Apakah benar pepatah 'Perasaan seseorang berubah seiring berjalan...