Promise me one thing if this love don't last forever.
-Finding Hope-
•••
"Jadi nanti mau kerja kelompok di rumah siapa?"
"Emm gue di rumah siapa aja ngikut."
Bella ikut mengangguk. "Setuju sama Arga."
Setelah pemilihan acak yang dilakukan Bu Vanya, Bella mendapat kelompok dengan Arga yang membuat hatinya bersorak riang. Iya pikir ini jalan Tuhan agar dirinya bisa lebih dekat dengan Arga.
Rufina tidak sengaja melirik ke arah Arga dan ia mendapati bahwa pacarnya sedang tertawa lebar dengan teman sekelompoknya. Lebih tepatnya dengan Bella. Yang ia tahu, hatinya memanas, tetapi apa yang bisa ia perbuat?
Gue kenapa sih?
Sama seperti Rufina, hati Raka juga memanas melihat gadis yang disayanginya tertawa gembira dengan lelaki lain. Ia bukan pencemburu. Ini pertama kali ia merasa sakit hanya dengan melihat pemandangan yang jaraknya sekitar beberapa meter ke depan.
Rufina dan Raka sama-sama menarik napas, lalu kembali fokus pada tugas kelompok. Kebetulan mereka ditempatkan di kelompok yang sama. Raka memperhatikan Rufina yang terlihat murung. Ia tahu alasannya apa, tetapi tak lama gadis itu kembali fokus pada pembahasan tugas kelompok.
Mau tak mau ia juga ikut memperhatikan Oca yang sedang membagi-bagi tugas. Bukan tidak kompak, mereka sudah memutuskan untuk mengerjakan di rumah masing-masing, lalu mengirimkannya ke email Oca biar Oca yang menggabungkannya menjadi satu.
***
Bel pulang berbunyi. Semua murid lantas siap-siap untuk kembali ke rumah, tetapi tidak dengan kelompok Arga. Setelah diskusi singkat, mereka memutuskan untuk menyelesaikan tugas kelompok hari ini di rumah Bella. Tentu saja karena Bella sendiri yang menawari rumahnya untuk disinggahi.
"Lo temenin gue kerkel ke rumah Bella, ya?"
Tangan Rufina berhenti membereskan buku-bukunya. "Ihh ga ah! Entar gue ngapain di sana? Diem aja gitu? Mending gue balik duluan aja, gapapa kok."
Arga mengulum senyum simpul dan menggeleng. "Entar kita ngobrol. Tenang aja napa. Berasa orang baru aja lo."
Rufina menarik napas, lalu menghembuskannya. "Lo inikan mau kerkel. Harus konsentrasi. Nah, gue di sanakan juga ga bakal ngapa-ngapain. Jadi mending gue balik duluan," terangnya.
Arga ikut membereskan buku dan alat tulis Rufina. "Justru itu! Kalau lo ikut, gue tambah konsentrasi," ceplosnya enteng.
Batin Rufina mengelek untuk senang. Ia cepat-cepat memasukkan semua buku agar tidak perlu bertatapan lagi dengan Arga.
Sarah terkekeh. "Alah lo, Ga, modusnya bisa amat."
Arga mengangkat satu alisnya. "Siapa yang modus? Gue serius."
Bukannya terdiam, Sarah tambah terkekeh. Ia tahu, Rufina pasti sedang menetralisir denyut jantungnya agar kembali seperti semula. Gadis itu luarnya saja galak, nyatanya mudah sekali untuk diluluhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rufina
Teen FictionAmazing cover by @unicorngraph Karena Arga, Rufina harus terlibat taruhan bodoh dengannya. Bayangkan, dua rival ini harus berada dalam satu hubungan yang bernama jadian. Apa jadinya? Apakah benar pepatah 'Perasaan seseorang berubah seiring berjalan...