4. ROSE

5.4K 487 22
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Lucas Point of view

Hujan rintik-rintik air bergelombang.

Kota ku sedang hujan deras sejak aku datang. Sekarang jam 8 malam dan aku masih terjebak macet dalam perjalanan menuju rumah.

Lagu Mistery of love-Sufjan Steven mengalun mengisi keheningan diantara kami. Aku dan Elthan sedang menikmati jajanan drive thru yang kami pesan tadi. Aku membeli banyak kentang dan nuget. Ya, aku memang bocah sekali.

Tidak ada yang bisa kami lakukan di mobil selain mengabiskan makanan. Mengobrolpun rasanya tidak nyambung. Kami berbeda kesukaan, kami berbeda generasi. Aku suka memenangkan game, dia suka memenangkan saham real estate.

Beberapa mobil bodyguard mengiringi di belakang dan di depan. Tetapi hanya kami berdua di mobil. Sebenarnya ada sopir, tapi si gila Elthan bilang ingin mengindari adanya kehadiran orang lain disekitar kami yang mana itu adalah sopirnya sendiri. Bagus, kedua keluarga langsung menyoraki kami.

Sial.

Bunyi nada pesan berdering. Aku kaget sampai hampir terlonjak dari kursi. Elthan tertawa-tawa melihatku kaget. Memangnya aku lucu?!

"Jangan banyak melamun, Luc" usapan ke rambutku lagi. Aku mendengus. Aku tidak melamun aku hanya berfikir terlalu panjang. Tanpa banyak tau raut wajah Elthan berubah serius ketika mendapatkan pesan.

Bosan dengan kentang dan nuget aku ingin bermain game. Baru aku sadar smartphone ku sudah disita Mama seminggu.

"El, pinjam ponsel. Aku mau bermain game."

Elthan tidak langsung memberikannya, masih membalas pesan entah siapa. Setelah mendapatkan ponsel aku langsung menginvansi benda ini. Aplikasi milik Elthan benar-benar membosankan- beberapa aku tidak aku. Aku langsung mendownload 5 game sekaligus yang sering aku mainkan kemudian login. Sama seperti anak lelaki seusiaku lainnya game seperti mobile legend, arena of valor, adalah kesukaanku.

Saat sedang asiknya bermain sebuah nomor menelpon.

Rose is calling..

Shit, mengganggu saja. Aku tertembak. Aku langsung mereject telepon. Lanjut bermain. Namun sepertinya si penelepon tidak kenal lelah. Aku sampai harus mereject 5 kali.

Aku tau ponsel yang kugunakan sekarang adalah ponsel pribadi, bukan ponsel kerja Elthan. Konyol jika koleganya menelpon tersambung dengan ponsel ini. Jadi aku tidak takut mereject Rose siapalah ini dengan alasan pekerjaan.

Tunggu,

Tiba tiba jariku terhenti dan saat itu pula avatarku mati.

Rose is calling...

...

Apakah Elthan dan Rose memiliki hubungan spesial?

Aku melirik Elthan pelan-pelan. Dia juga sedang memandangku. Lagu sudah berganti Audio- LSD. Baru saja aku membuka suara dia sudah menyambar.

"She is not," katanya tersenyum kecil

"Aku gak bilang apapun," aku memalingkan wajah ke jendela. Memandangi tetesan hujan di mobil yang terlihat lebih menarik. Kapan kamu terakhir bermain hujan?

Sepertinya perempuan ini kehabisan daya untuk menelepon- no more distraction again. Aku kembali bermain game dan berusaha fokus namun tidak bisa mengenyahkan siapa sebenarnya si fucking rose ini. Tidak jangan salah sangka, aku tidak cemburu. Hanya saja jika dia punya kekasih lain, kenapa dia menikahiku? Kenapa dia tersenyum seperti orang bodoh di sebelahku?

Aku rasional kan?

"Then, who is she?"

Siaaaaaaal, kenapa aku bertanya? Hey mulut kamu tidak boleh berkata tanpa seizinku tahu?!

Aku bisa merasakan Elthan terkekeh geli. Apa dia menganggapku bodoh?

Bunyi dering kembali terdengar Rose calling itu lagi. Tanpa bisa dicegah aku merengut di samping Elthan yang tertawa seperti kesenangan. Saat itu juga aku tahu Elthan memiliki ponsel yang lain.

Dia menggoyangkan ponsel itu padaku.

Sial. Aku ditipu.

"Yes, I'mma that Rose, hahaha." Aku benci tawanya.

...

Karena macet aku baru sampai di rumah hampir tengah malam. Mama dan Papa belum tidur lalu menyambut kami, mungkin untuk menghormati Elthan. Papa bilang barang-barangku sudah dikemasi beberapa dan akan dikirim kemudian. Teknisnya bagaimana aku kurang tau. Setelah basa basi sejenak mereka pamit tidur kamar.

Aku membimbing Elthan berjalan ke kamarku dengan terkantuk-kantuk. Aku sangat mengantuk hingga aku menabrak tembok. Tidak ini bukan tembok.

Dari bawah aku bisa melihat sepatu Elthan di depanku. Aku terantuk dada Elthan.

"Aku ngaantuuk," setelahnya aku membenci suara yang keluar dari mulutku sendiri.

Aku bisa merasakan kedua tangan hangat Elthan membingkai wajahku. Membagi kehangatan. Menelusuri tengkuk dan rahangku. Aku terpejam suka. Aku tidak bisa lagi menepis tangannya yang melingkar di pinggangku. Kecupan-kecupan kecil aku rasakan di pelipis dan pipiku. Sentuhan, hembusan nafas, dan wangi Elthan menghanyutkanku.

"Eeel, aku ngaantuuk. Mau tiduurr," aku juga tidak bisa berfikir ketika melingkarkan tangan di leher Elthan lalu membenamkan wajah di dadanya. Mendengarkan detak jantung Elthan menggila. Menghirup parfum menenangkan. Berikutnya kurasakan tubuhku terangkat dengan kaki melingkar di pinggangnya. Elthan membawaku ke kamar.

Aku mengeratkan pelukan.

...

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Lucas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang