19. I'M SINGLE

3.1K 303 3
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Author Point of view

Mobil sudah sampai di depan gerbang Universitas tetapi Lucas tidak kunjung keluar. Elthan mengelus dagu berfikir, dia menunggu.

"Teman-temanku mengundangku nonton bola bersama di rumahnya malam ini. Ada pertandingan Napoli versus Juventus. Aku mau pergi," terang Lucas.

Hening. Elthan mengerti.

"Lalu?"

"Hmm boleh tidak?" tanya Lucas mencicit.

Sebenarnya Lucas bisa saja pergi nobar bersama teman-temannya tanpa izin Elthan. Tapi entah mengapa, dia berfikir harus izin kepada Elthan.

"Jika aku mengatakan tidak?"

Lucas langsung memasang wajah kesal pada pria itu. Mudah di baca. Lalu untuk apa kamu meminta izin segala?

"It's up to you" Elthan menengok pada Lucas setelah sekian lama.

Mereka bertatapan sebentar. AC mobil yang dingin terasa semakin dingin. Lucas mencari-cari dimana senyum pria itu yang selalu ada untuknya (kemarin). Entah mengapa sedikit tidak rela mendengar Elthan mengizinkannya.

"Okay,"

"Aku tidak akan pulang malam ini,"

Lucas menutup pintu mobil diiringi tatapan intens Elthan. Remaja itu terus lurus memasuki gerbang tanpa sekalipun menengok meskipun merasakan punggungnya dilubangi.

Elthan mengehela nafas, satu malam tanpa ciuman dan pelukan tubuh Lucas.

🦴

Satu kata saja: ramai.

Halaman belakang rumah Ellio sangat ramai karena orang-orang terus berdatangan untuk nonton bola bersama. Sudah ada proyektor yang dihadapkan pada tembok rata. Pelayan hilir mudik membawakan pesanan.

Namun yang tidak Lucas sangka, ada bir di sana.

"Hei," sapa Eleanor adik Ellio tersenyum manis padanya

"Hei," balas Lucas karena tiba tiba jadi canggung.

Mereka berdua duduk di rerumputan. Agak jauh dari keramaian. Karena rumah Ellio ada di bukit jadi mereka menatap keindahan kota bawah yang gemerlap.

"Aku tidak tau kamu akan datang, tapi.. yah, aku senang kamu datang," balas Eleanor senyumnya manis.

Sungguh, sejak pertama bertemu Lucas, gadis berusia 17 tahun ini langsung tertarik. Aura Lucas, kharisma Lucas, sangat memikatnya. Dia ingin bersandar di bahu lebar dan dada bidang itu.

Namun Eleanor juga melihat ketidaknyamanan Lucas.

"Maaf, apa aku membuatmu tidak nyaman?" Tanya gadis itu pelan

"Tidak, tidak, jangan salah sangka. I'm ok. Aries dan Ellio sedang di dalam mengatur meja dan kursi. Aku gabut tidak punya tugas, terimakasih sudah menemani" kata Lucas rileks

Leanor tertawa mendengarnya.

"Kamu harus hati-hati dengan Aries, dia berbahaya," kata Leanor

"Berbahaya?"

Jika berbahaya yang dimaksud gadis ini menjerumuskannya menjadi pacarnya, maka Aries jelas sangat berbahaya.

"Dia penjual obat. Obat... You know?" Lucas tau apa arti obat itu. Tetapi kerlingan gadis di sampingnya semakin membuat tertarik saja.

"Actually... I don't know," Lucas membalasnya dengan seringai nakal juga lalu menggeserkan duduknya menjadi lebih dekat.

"Dia menjual banyak obat. Drugs, amfetamin, dextro, rohypnol, banyak. Aku saja suka takut di dekatnya," keluh Leanor mulai bersandar di bahu Lucas

Kelap-kelip lampu kota di bawah bukit dan semilir angin malam mulai menghanyutkan.

"Kamu tidak perlu takut. Kalau kamu tidak mau, dia tidak akan memaksa kan?" tanya Lucas dengan suara rendah.

"Benar, dia tidak akan memaksa. Tetapi tetap saja, aku takut dia membawa pengaruh buruk pada Ellio," keluh Leanor bibirnya mencebik lucu.

Lucas kemudian melingkarkan lengannya di bahu Leanor.

"Kakakmu tidak mungkin tertarik pada drugs. Dia wibu, jadi wibu saja sudah gila,"

Mereka tertawa bersama kemudian. Indah sekali, Lucas rasa memang seperti ini seharusnya. Laki-laki dan perempuan.

"Tapi aku lihat, Aries juga tertarik padamu," keluh Leanor, melihat fitur wajah Lucas dari samping

Lucas tersenyum puas lagi. Dia mengerti sekarang. Let's make it clear.

"Kalo dia suka padaku memang kenapa?" Pemuda itu terkekeh pelan, menggoda.

Leanor semakin tertarik. Dia rasa, dia harus agresif kali ini.

"Tidak boleh. Soalnya aku juga suka padamu, kamu single kan?"

Lucas melihat Leanor penuh sekarang. Hembusan nafas saling menerpa. Bagai magnet wajah mereka mendekat.

Lucas tidak memikirkan apapun sekarang. Dia hanya ingin menjadi lelaki seutuhnya.


"Kamu.. apa kamu single?"

Leanor berbisik di depan bibir Lucas. Hanya satu gerakan lagi untuk mereka saling mengecup.

"Ya,"

Bibir mereka menyatu. Mereka mengecup, memagut, dan melumat. Lucas pikir, memang seperti ini seharusnya kan?

Iya kan?

Elthan...

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

26 Desember 2021

Lucas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang