⚠ PART INI MENGANDUNG KEKERASAN, SELF HARM, SUICIDE, DAN GANGGUAN KECEMASAN. JANGAN DITIRU ⚠
Author PoV
''Just handle it, set up everything as usual. Send me Margareth's proposal this afternoon. Do not make deliveries before the second option is ready. I'm still in Indonesia, should be here for a while,''
Elthan berdiri di balkon berbicara dengan seseorang di seberang telepon. Dia terlihat sibuk- sangat sibuk sebenarnya dengan puluhan surel yang masuk ke email yang harus dia cek. Namun demi Lucas, dia harus meninggalkan itu dan menemani pemuda itu di Bali.
Elthan begitu fokus dengan telepon hingga telinganya mendengar suara Lucas yang kembali morning sick. Pria itu menutup telepon bergegas menuju Lucas mendapati pemuda itu tengah berjuang memuntahkan entah apa ke dalam closet.
Jujur, Elthan melihatnya kasihan. Hampir satu bulan ini Lucas selalu morning sick dan kematian orangtuanya beberapa hari lalu mengguncang psikologis pemuda itu. Dia jarang makan, tidak memperhatikan kesehatannya sendiri hingga tubuhnya bertambah kurus.
''Luc, eat something please.''
Entah sudah berapa kali Elthan mengatakan itu, namun Lucas hanya memakannya sedikit. Dia akan berbaring di ranjang sepanjang hari menutupi diri dengan selimut sebelum Elthan melihat bahunya bergetar disusul isakan kecil.
Lalu ketika tidur, Elthan akan diam-diam menyuntikkan vitamin dan nutrisi ke dalam lengannya.
Elthan menuntun Lucas duduk di ranjang yang untungnya tidak ditolak. Pemuda itu kini menatapnya lesu, ada juga kilat benci, dan kecewa.
''Kamu mau apa? Akan aku siapkan,''kata Elthan perhatian.
Bibir kering si sakit bergerak parau,''Just.. can you leave me?''
Kalimat ini lagi, Lucas terus mendorongnya untuk pergi. ''Setiap aku melihatmu, aku merasa sakit.''
''Kamu mengingatkanku pada orangtuaku. Karena kamu menjauhkanku dari mereka dan sekarang aku harus hidup bersamamu,''pundak itu kembali bergetar dan airmata kembali luruh di pipi. Tidak pernah berhenti dan habis.
Elthan menghela nafas berusaha menguatkan diri, setiap kata yang diucapkan Lucas juga membuatnya pedih. Lalu matanya bergulir di sela jari pemuda itu, tidak adanya cincin pernikahan mereka yang membuat Elthan merasa ganjil dan tidak nyaman.
''Just.. can you hear me?'' kini Lucas menyentuh lengan Elthan, sentuhan pertama pemuda itu sejak beberapa minggu terakhir.
Elthan tidak bereaksi namun terus memandangi Lucas lalu mengusap air matanya, Lucas yang cantik tidak boleh menangis. Jahat sekali Elthan membuatnya menangis. Dia lalu menyingkirkan anak rambut Lucas yang mulai panjang menutupi mata.
''Ada yang harus kukatakan padamu,''Elthan menggenggam tangan Lucas, hangat dan erat.
Mata Lucas mengikuti pergerakan Elthan yang keluar kamar. Beberapa menit kemudian pria besar itu masuk kembali membawa sebuah map berwarna merah.
Dia meletakannya di pangkuan Lucas.
''Aku mencintaimu, apapun kamu Lucas,''senyum Elthan tersirat sedih.
Setelah itu Elthan pergi keluar kamar meninggalkan Lucas yang gentar memegang map merah ini. Dia lalu membukanya, dan setetes air mata jatuh ke pipi membaca halaman pertama.
Terbaca kop rumah sakit Farrer Fark International Hospital Singapore, Lucas tahu rumah sakit ini karena dulu saat SMP dia pernah kesana bersama Papa dan Mama ketika ada sesuatu yang aneh dengan tubuhnya.
Lucas sebenarnya tidak mau membaca lagi dokumen itu karena dia tau, dia takut dugaan di kepalanya memanglah benar. Dia takut apa yang dikatakan Papa dan Mama benar tentang dia seorang...
.... The results of the examination of a patient named Lucas Wijaya has a male carrier have an uterus. This case is extremely rare and requires serious attention.
Brakkk
''Nooooooooo!''
''No! No! No! No! Noooooooo! fuck! No!!!!''
Dokumen dalam map dilempar ke lantai membuatnya berterbangan. Lucas menendang dan memukuli selimut dan bantal hingga kacau. Raungan marah, kecewa, dan sakit memenuhi udara. Lalu bayangan terlintas di matanya segala sentuhan Elthan, bisikan seduktif, dan malam-malam panas yang mereka lewati bersama.
Ketika Elthan memenuhi lubangnya dengan sperma, klimaks penuh kenikmatan. Lalu keadaannya sekarang yang selalu morning sickness hampir satu bulan. Lucas menangis, tidak mungkin dia hamil kan?
Diluar, Elthan menatap halaman samping rumah Wijaya sambil menghembuskan asap rokok. Tarikan pelan dan dalam lalu hembusan yang panjang membuat asap mebumbung. Bersama gerimis yang mulai datang, asap itu hilang ditelan kegelisahan.
🦴
Lagi dan lagi Lucas ada di tahap denial. Dulu, dia denial akan perasaannya kepada Elthan dan mengakui dia gay. Sekarang, Lucas denial mengakui dia hamil.
Pemuda itu terduduk di lantai closet menatap nanar test pack yang dibelikan Beni. Benda itu menunjukkan dua garis merah.
Tidak sampai disitu, dia mengecek dengan lima test pack lainnya, hasilnya sama-dua garis merah tertera. Nafas Lucas mulai memburu berkejaran dengan tangan terkepal dia mulai meremasi rambut hingga berantakan.
''Tidak mungkin.. aku tidak hamil!''
Seberapapun dia menyangkal fakta itu, namun kenyataannya Lucas adalah male carrier dan sekarang tengah mengandung. Dia menenggelamkan wajah diantara kedua lutut. Sekarang semuanya jelas, kenapa orangtuanya menitipkannya pada Elthan dan menikahinya dengan seorang pria.
Wajah basah itu mendongak matanya bersitatap dengan pisau cutter dalam gelas di wastafel. Mata Lucas kosong dan hampa.
Pisau itu bagaikan diulurkan malaikat padanya.
Beberapa menit kemudian Elthan menemukan Lucas tergeletak bersimbah banyak darah dengan pisau cutter mengiris nadinya.
''Lucas!''
27 April 2023
Author tersenyum keji hohoho
Mau sad atau happy end nih ^_____^
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucas (END)
General FictionNamaku Lucas. Aku menikahi seorang laki-laki di usiaku yang ke-19. Such a beautiful age right? Tapi aku harus menikahinya untuk menutupi hutang perusahaan, membiayai pengobatan orangtuaku, dan menjadi gay untuknya. Menjadi gay untuk Elthan. Sialan...