8. COUPLE

4.6K 409 38
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Lucas Point of view

9.10

Sulit mengatakannya. Tapi kami berakhir cuddle sekarang. Bukan aku yang menginginkannya, Elthan tentu saja. Dia sama sekali tidak melepaskanku sebagai bentuk kemarahannya karena aku berkata kasar (dan jahat) Kami hanya berbaring menyamping dengan Elthan memelukku erat dari belakang.

Aku masih enggan berhadapan dengannya. Ada rasa malu, canggung, kesal juga. Bayangan ciuman pertamaku berputar putar seperti kaset rusak. Intinya aku mau menjaga jarak tapi dia terus saja mau menempel.

Soal pintu sudah bisa dibuka. Elthan dengan keahliannya (yang tidak aku tahu) membuka pintu itu dengan teknik maling yang aku lihat di film action. Memakai jarum. Aku tadinya ingin memuji tapi gengsi. Setelah itu dia memanggil teknisi rumah keluarga kami untuk membenarkannya.

Elthan membawaku ke kamar lainnya dan langsung menerjangku ke ranjang. Kepalaku sejenak puyeng karena terpantul busa tapi lebih pusing lagi ketika Elthan mulai mencumbu leherku. Mencium cium disana.

"El, please. Jangan kiss mark. " Aku memohon di bawahnya. Aku sedikit takut melihatnya, dia belum tersenyum juga sejak tadi.

Aku mengalihkan tatapan dari mata itu. Aku seperti di laser. Tatapannya mengatakan, " masih mau melawan?" Seperti itu.

"No.." aku mengkerut seperti kucing. Elthan mode beruang seperti ini tidak usah dilawan.

Sial. Sepertinya Elthan ingin menciumku lagi, pandangan matanya kini mengancam bibirku. Melihatnya aku segera mengatupkan bibir membuatnya kecewa.

Kasihan sekali padahal kami sudah menikah tapi aku belum mau sih ya bagaimana.

Sekitar satu jam berlalu dan Elthan (aku pikir) sudah kembali seperti biasa. Ternyata dia tidak kuat marah berlama-lama hehe. Syukurlah.

Hening tidak ada pembicaraan dia hanya memainkan rambutku yang katanya wangi apel. Aku menyernyit, apa dia menghina? Aku pakai shampoo mint! Kata Elthan juga aku berbau apel. Dasar gila. Aku berbau manusia tentu saja.

Aku teringat pertemuan pertama kami. Sepulang kuliah lelah, lesu, dan berantakan, jam 5 sore di trotoar jalan raya. Dia sedang joging sore-menggunakan earphone. Aku yang gabut ikut berlari disampingnya. Tersenyum menyapa seperti orang konyol. Berfikir kami tidak akan bertemu lagi.

Malam harinya Mama dan Papa mengajakku dinner dengan kolega bisnis. Pikiranku langsung saja pada perjodohan. Sepanjang perjalanan aku tidak bisa menyembunyikan senyum excited karena akan bertemu gadis cantik. Tapi senyum dan khayalanku buyar. Aku bertemu Elthan, pria dewasa yang gagah.

Iya.

Pria-dewasa-yang-gagah.

Dari semua itu bermula hingga sekarang. Bagaimana aku terjerat.

Aku hampir terkantuk-kantuk jika saja tidak ingat jam setengah sebelas nanti harus keluar. Aku menjunjung tinggi on time tidak mau membuat orang lain menunggu. Semua orang punya waktu yang berharga. Untungnya Leon (walau gila) jenis orang yang sama.

"El, aku masih boleh keluar kan?" Tanyaku pelan. Hatiku dag-dig-dug sejenak. Dia marah tadi, dan aku sudah memulai pertengkaran lagi.

Aku mendengar Elthan mengerang di belakang. Dia suka sekali menggesekkan wajah di tengkukku. Merasakan pelukan bertambah erat. Apa ini artinya permintaanku ditolak?

"Is he important?" Tanyanya

"Bisa dibilang dia temanku satu satunya. Aku tidak memiliki banyak teman. Lagipula aku akan pergi jauh kan. Setidaknya aku meninggalkan salam perpisahan. Jika tidak, dia mungkin berfikir aku menghilang ditelan hiu," jelasku panjang.

Hening beberapa lama, aku sampai hampir terlelap.

"Okay."

Mataku langsung membuka dan berkilat.

🦴

"

Anjayy duhai senangnya pengantin baru tralalalala~" Beni duduk di sofa bagai raja sambil menyetel televisi begitu Lucas dan Elthan turun dari kamar.

"Kok Lo ada di rumah gue?" tanya Lucas heran

"Aku panasin mobil dulu," Elthan mencium pipi Lucas sebelum beranjak ke garasi. Pemandangan itu ditangkap Beni yang pasti akan menjadi bahan ajar. Dia cekikikan melihat sepupunya tersipu dicium suaminya.

"Anjayy pagi-pagi cium mulu lengket banget kaya sendal ama tai ayam," Lucas menimpuk bantal sofa ke kepalanya lalu duduk.

"Ngapain Lo di sini gue tanya,"

"Gue mau diangkat anak sama Om dan Tante gantiin Lu," selorohnya

"Becanda mulu hidup Lo kayak spombob,"

"Anjayy wkwk gue kan kuliah di sini Luc keterima pengumuman kemarin. Daripada ngekos kata Om mending tinggal di sini," jawab Beni tumben lagi normal.

"Bagus Lo numpang di sini nanti bisa kali bersihin kolam sama kebun," kata Lucas, enak sekali dia numpang gratis di rumahnya baik sekali Mama dan Papa.

"Iya, iyaaa. Eh, gimana kabar pantat Lo, masih aman gak? Kayaknya Elthan sangean mulu deket Lo. Ditusbol sekali gak akan selamat Lo anjayy,"

Masih pagi ini ya Beni. Kamu bahasnya pantat-pantat melulu.

"Tusbol aja tuh pantat Lo," aku memukulnya dengan bantal

"Dih gue mah seme,"

Seme itu apa?

"Nih, nih, kata gue mah ukuran Elthan tuh large. Dia bule terus juga tinggi, udah jelas inimah. Gue yakin pas ditusbol, Lo gak akan bisa jalan seminggu Luc. Run, cuma Lo yang bisa selametin diri Lo sendiri bro,"

Sumpah ya mulut Beni pengen Lucas cor pakai semen. Dia dapet pengetahuan begini dari mana coba kayak berpengalaman aja. Tidak ada yang berfaedah dari mulut Beni ini, bikin Lucas takut aja.

Bunyi klakson mobil terdengar menandakan Elthan sudah selesai memanaskan mobil. Lucas beranjak berdiri tapi dongkol melihat Beni menatapnya menyeringai.

"Siapin pantat Lu," katanya pelan.

Sialan.

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Lucas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang