Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih
Lucas Point of view
6.30
Bangun pagi, aku langsung senewan. Pusing. Seingatku kemarin memakai pakaian lengkap jeans hitam dan hoodie abu kenapa aku sekarang memakai baju tidur kuning?!
Elthan pasti yang menggantikannya. Aku bertambah kesal ketika dia juga mengganti benda segitiga ku. Itu artinya dia sudah melihat seluruh tubuhku. Itu privasi sialan! Dia pasti memiliki banyak kesempatan semalam. Dasar lelaki tua kurang belaian!
Aku meminum air putih yang pasti juga disiapkan Elthan. Dia pasti akan bertanya jika gelas ini tidak kosong. Aku berdecih, dia membawaku ke gaya hidup sehat?
Kamarku,
Sebelumnya aku memang tidak memiliki banyak barang di kamarku. Selama menjadi anak aku memang tidak banyak meminta barang-barang. Aku pikir aku sudah punya semua yang aku butuhkan. Sekarang kamarku semakin lengang. Beberapa baju dan barang pribadiku sudah di kemas dan ada di ruangan sebelah.
Memikirkan akan meninggalkan ruangan ini jujur saja aku sedih. Banyak kenangan yang tertinggal. Dari lahir sampai sebesar sekarang aku tidur dan bernafas di kamar ini.
Di luar masih hujan deras. Pantas saja aku mellow sekali.
Aku segera mandi dan berpakaian. Aku mendesah lega ketika tidak menemukan satu kekurangan atau tanda aneh pada tubuhku. Tidak ada tanda merah, lebam, dan paling penting jalanku masih normal-tidak sakit. Itu artinya dia gentlemen kan. Huh, Mr. Gentlemen.
Tapi tetap saja aku kesal. Dia sudah melihat seluruh tubuhku. Dia mencuri start!
Hari ini aku akan sedikit bersantai sebelum dini hari besok akan terbang ke Italia bersama Elthan. Rencananya hari ini aku akan bertemu Leon-temanku mengabari aku akan pindah. Dia harus tahu seminggu ini aku dipingit dan sekarang sudah menikah. Menikah dengan seorang pria.
Mungkin dia akan memukulku karena tidak memberikan kabar sama sekali.
Menapaki anak tangga, aku bisa melihat Papa dan Elthan sedang mengobrol: bisnis. Rasanya jika tidak mengobrol tentang bisnis mungkin mereka akan stroke. Mama sedang merapikan meja makan dan aku langsung menuju ke sana membantunya (mencicipi makanan).
Kami memang memiliki pembantu rumah tangga. Tapi Mama lebih suka melayani sendiri suami dan anaknya. Mencuci pakaian, membersihkan dan merawat rumah, dan membantu Mama memasak adalah job desc Pembantu.
Menyadari keberadaanku, Elthan tersenyum hangat. Aku melengos tak acuh. Malas melihatnya.
Sop ayam, kornet, tempe orek, terong balado, gurame balado adalah makanan utama pagi ini. Jujur saja aku sudah ngiler. Di pagi yang dingin makan kornet dan susu hangat adalah kesukaanku.
"Pagi Mas Lucas," sapa Ibu Maryam pembantu di rumah ini. Usianya sudah separuh abad dan sangat keibuan sekali. Ibu Maryam adalah ibu keduaku. Sudah bekerja di rumah ini sebelum aku lahir.Dulu aku lebih akrab dengan Ibu Maryam dan membuat Mama cemburu.
"Pagi juga Ibu, Ibu sehat?" Tanyaku ramah karena sudah seminggu tidak melihat beliau.
"Ibu sehat Mas Lucas, terimakasih." Jawab beliau. Lalu aku menuju Mama yang sedang mengentaskan kornet. Mataku menyala nyala.
"Cuci tangan dulu!" Mama menampik tanganku yang hendak mencomot kornet. Aku mengiyakan lalu mencuci tangan dan hendak mengambil kornet lagi.
Mama memblokir tanganku lagi, "Panggilin Papa sama Elthan buat makan, Luc,"
Aku mendengus tapi juga mengiyakan. Mama terkekeh geli di belakang.
"Papa. El. Makan." Kataku dingin dan berbalik ke meja makan. Tidak usah beramah-tamah dengan orang yang mengganggu privasimu.
Aku bisa mendengar Papa berbisik pada Elthan, "Dia lagi ngambek,"
Kemudian mereka cekikikan geli. Aku bertambah-tambah sebal mendengarnya.
Mama duduk di sebelah Papa sementara di seberang aku duduk dengan Elthan. Mama mengambilkan lauk pauk dan minum untuk Papa. Elthan? Aku tidak peduli. Tapi tendangan kaki di bawah meja dan fake smile dari Papa memaksaku.
Aku mengambile piring untuk Elthan ogah- ogahan.
"What you want?" Kataku dingin. Ketiga orang di meja itu serempak menatapku. Aku tengsin.
Aku berdehem dan kembali bertanya dengan lebih baik,"Which one do you prefer El?"
"Apa aja. Kalo kamu yang pilihan aku pasti makan," kata Elthan
Dan aku mendengar uwow-uwow dari pasangan tua di seberang.
Aku mengambil piring dan menambahkan nasi 3 centong dan 1 kornet. Menyerahkan piring kepadanya.
Sungguh hati aku ini.
Aku bisa merasakan Mama dan Papa menganga di tempatnya.
"Lucas," Papa menegurku menyorot tajam.
"It's Okay. No problem." Kata Elthan menengahi dan tersenyum pada Mama dan Papa.
"Maaf ya Elthan. Luc masih baru menjadi istrimu. Dia masih butuh banyak belajar. Tolong maklumi dia," Mama mencomoohku. Dia menambahkan sayur sop, ikan gurame, dan terong balado di piring Elthan.
Aku menebalkan muka. Menyendok beberapa suap nasi dan membuat mulutku penuh. Sebelum kurasakan elusan diakhiri cubitan entah gemas entah kesal pada pipiku.
Aku menatap sengit Elthan. Dia seperti biasa tersenyum dan menunjukkan raut bertanya yang sangat ingin aku cakar sekali. Ok, aku mulai boros kata. Maaf.
Setelah makan aku menemui Mama di teras untuk menanyakan ponsel yang sangat aku rindukan. Walaupun aku yakin tidak akan ada banyak notifikasi disana.
"Ma, ponsel aku mana?" Aku bertanya pada Mama yang sedang minum teh bersama Papa menghadap halaman. Hujan sudah berhenti meninggalkan basah dan lembab.
Mama malah bergeming dan hanya menatapku.
"Kenapa? ada cabe di gigiku ya," aku mengabaikan tatapan Mama dan mengecek gigiku lewat kaca. Mustahil, aku sikat gigi ulang tadi.
"Duduk dulu Luc," kata Papa menunjuk kursi di kosong di sebelahnya.
Pasti aku akan diberi wejangan. Aku menghela nafas dan menurut duduk.
...
Dukung aku dengan Vote ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucas (END)
General FictionNamaku Lucas. Aku menikahi seorang laki-laki di usiaku yang ke-19. Such a beautiful age right? Tapi aku harus menikahinya untuk menutupi hutang perusahaan, membiayai pengobatan orangtuaku, dan menjadi gay untuknya. Menjadi gay untuk Elthan. Sialan...