Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih
Author Point of view
Juventus menang. Unggul 3-1. Pukulan menyakitkan.
Malam itu, Lucas menjadi kekasih Eleanor. Semalaman seperti di mabuk cinta. Aries yang melihatnya hanya menatap datar. Berdenyut-denyut mengerikan ulu hatinya. Panas.
"Yeayy Juventus menang Luc," Eleanor ambruk di dada Lucas yang segera ditangkap gembira pemuda itu.
"Aku sudah menduga tau, Juventus akan menang, permainan tadi aku yakin Ernesto (please ini ngarang aja pemainnya) mencetak gol, firasatku benar," Lucas, sebenernya dia hanya mengarang-ngarang ingin tampil keren pada pacar barunya.
Dia memeluk pinggang Eleanor erat.
"Hihihi jangan bohong, aku tau kamu tadi mendukung Napoli," sanggah gadis itu mencolek colek pipi bolong Lucas
"I'm not, sure not,"
Aries menatap semua tingkah laku mereka dengan getir. Lalu menatap sebungkus obat di tangannya. Nafas Aries menderu-deru. Akhirnya dia memasukkan sedikit ke minuman sirup hijau.
"Kamu yang membuatku seperti ini," Aries menatap datar gelas itu.
Dia langsung menuju ke pasangan baru jadian tadi.
"Wow selamat Luc, akhirnya kamu jadi pacar si gadis bebal ini," sapa Aries dengan senyum melengkung
Lucas agak terkejut sebenarnya dengan kedatangan Aries. Apalagi mengingat pemuda itu suka padanya. Lucas memberi jarak menengahi antara Aries dan Eleanor.
"Ini, minumlah bir. Ucapan selamat dariku,"
"Whoa whoaa, tunggu dulu jangan diminum. Lucas bisa ambil sendiri minumannya," kata Eleanor mengambil minuman itu dari tangan Lucas.
Gadis itu menatap tajam Aries yang tertawa geli.
"Kamu curiga aku menaruh sesuatu di minuman itu?"
"Of course jerk, 'cause I know you so well," Eleanor balas menatap tajam
"Luc, lihat pacarmu, baru jadian sudah cemburuan, curigaan, kamu yakin bersamanya?" tanya Aries membuat api
"Hey dia menghinaku! Manipulatif sekali,"
Lucas menatap keduanya jeri. Lalu langsung mengambil alih. Dia mengambil gelas sirup hijau tadi dari tangan pacarnya. Langsung meneguk layaknya pria sejati.
Eleanor menatap horror.
"It's okay El, ini hanya minuman biasa. Lihat, aku tidak mati kan hehehe," canda Lucas tetapi setelahnya terdiam.
El?
Elthan?
Eleanor?
Kenapa banyak sekali nama El di hidup Lucas. Lidahnya jadi terasa pahit dan dia mulai pusing.
"Kamu kenapa? Pusing? Mual? Panas? Ini pasti gara-gara kamu!" Eleanor panik melihat pacarnya diam mematung.
"Hey, kok aku? Kenapa selalu menyalahkan aku?!" kesal Aries dan berlalu pergi.
Dia tersenyum senang.
Dini hari itu restoran Leanor menjadi ajang pesta kemenangan Juventus. Di dominasi pemuda-pemudi, pesta itu tidak terkontrol orangtua.
Bahkan keluarga Ellio saja sampai mengungsi ke hotel. Karena rumah mereka di sewa. Eleanor sendiri karena masih minor, ditarik paksa ayahnya masuk ke mobil. Tidak boleh ikut pesta.
"Berjanjilah kamu tidak akan mabuk Ok? Ya? Please, Please," Elenaor memperingatkan pacarnya yang sebenarnya sia saja. Pesta bebas tidak mabuk? Lebih baik main rumah-rumahan saja.
Lucas hanya tersenyum mengangguk-angguk saja.
"Ellio tolong jaga pacarku, aku tidak rela ada jalang lain yang menyentuhnya," kata Elenaor memelas pada kakaknya.
"Kenapa sih aku tidak boleh ikut? Aku kan sudah tujuh belas tahun!" Keluh gadis itu dan setelahnya Ellio menutup pintu mobil. Meringis karena punya adik cerewet.
"Jangan khawatirkan Eleanor, Luc. Kamu mabuk saja sana tidak apa-apa" kekeh Edwin pada pacar putrinya.
Mobil meluncur menjauh membelah jalanan Santorini.
"Kamu benar-benar jadi pacar adikku?" tanya Ellio skeptis
"Soal itu.. ya kami pacaran,"
"Bantu aku menjaganya ya? Dia adikku satu-satunya, aku sayang dia. Walaupun kamu temanku, kalau sampai kamu menyakitinya-"
Ellio membuat gestur memotong leher membuat Lucas menatap ngeri. Mereka tertawa canggung kemudian.
Ellio hanya bercanda kan?
🦴
Dentuman musik EDM menghentak. Beberapa pasangan sudah ambruk dan bercumbu di sofa-sofa rumah Ellio. Suasana remang dan temaram. Banyak orang bergeletakan meracau dan mabuk.
Lucas pusing. Dia pernah mabuk-mabukkan tentu saja. Tetapi toleransi alkohol nya rendah, intinya dia payah dalam minum.
Aries di pojok sedang menyedot ganja dengan piper menyeringai senang mangsanya lengah.
"Luc? Kamu mabuk? Mau aku bantu" tiba tiba Aries sudah ada di sisinya meremas bahu Lucas.
"Y-ya I guess," Lucas lemah dia sudah tidak bisa berfikir bahkan ketika Aries membawanya ke kamar Eleanor dan pria itu meletakkannya di ranjang pink pacarnya.
"Hahahaha kamu pikir kamu siapa? Siapa kamu? Kamu siapa? Heyyyy"
"Andaiii saja kita tidak pernah bertemu ya, lihat deh aku sudah punya pacar cantik. Pacarku perempuan hehehehe,"
"Hidupku-milikku El, look at me! I'm very stright! Straight! Stright!"
"Haduuh pusing banget, ini di mana sih? Mau beli jeruk Bali deh,"
"Kamu sangat mabuk," kekeh Aries melihat Lucas meracau dengan bahasa yang tidak dia mengerti.
Aries mulai mengukung remaja itu di bawahnya. Lucas yang mabuk sangat indah. Wajahnya memerah panas dan keringat menghiasi pelipis serta lehernya.
Dia ingat pertama kali melihat Lucas. Tatapan berbinar yang polos melihat keramaian stand Bazaar. Dia ingin senyum dan binar itu juga jadi miliknya.
"Be mine,"
Aries mengecup bibir yang terbuka itu menghentikan racauan yang keluar dari sana.
Efek ganja membuat semuanya semakin indah-terbang-dan melayang. Bibir Lucas nikmat sekali. Teksturnya kenyal dan rasa sirup manis tersisa di sana.
"Emmmh"
"Elthan, please," racau Lucas
"Elthaan, Elthan... Ahh,"
Aries sudah tidak memperdulikan nama siapa yang keluar dari bibir Lucas. Dia hanya ingin Lucas malam ini. Sekali ini saja, untuk selamanya.
"Lucas... Lucas..."
Aries meninggalkan kiss mark di leher Lucas. Meninggalkan tanda kehadirannya.
"Please, be mine."
Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih
27 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucas (END)
General FictionNamaku Lucas. Aku menikahi seorang laki-laki di usiaku yang ke-19. Such a beautiful age right? Tapi aku harus menikahinya untuk menutupi hutang perusahaan, membiayai pengobatan orangtuaku, dan menjadi gay untuknya. Menjadi gay untuk Elthan. Sialan...