Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih
Lucas Point of view
Aku sampai 10 menit lebih awal dari jam yang kujanjikan. Dia yang katanya akan mencari arwahku ke dukun karena lost kontak seminggu belum juga datang.
Elthan memang mengantarku ke cafe tempat bertemu tetapi tidak jadi menungguku bertemu Leon. Dia ditelepon sekretaris sedang ada masalah serius soal tender atau apalah. Harus penanganan Elthan langsung.
Dia terlihat tidak rela meninggalkanku begitu saja sedangkan aku berusaha sebisa mungkin tidak tersenyum atau terkikik senang. Melihatnya kesal adalah hiburanku.
"Akan akan menjemputmu Luc. Kita akan pulang bersama. Jangan coba-coba pulang sendiri. Kabari aku" Elthan mencium keningku dan berlalu pergi tergesa.
Elthan keluar dari pintu. Saat itulah aku tidak bisa menahan senangku.
Yes!
Elthan selalu melarangku makan pedas seperti aku bayi usia setahun. Makanan seperti seblak, rujak, berbumbu sambal terpantang. Maka kali ini aku memesan semuanya. Aku memesan seblak level 4, sosis pedas, hot wings, hot corn dog, dan esteh manis. Paduan yang sempurna untuk memicu magh, tifus, dan kemarahan Elthan.
Sudah lewat 20 menit tapi Leon belum datang. Tumben sekali dia terlambat, berangkat dari Hawai kah?
"Eee maap dah nyetor dulu beneran," dia sekonyong-konyong datang dan mencomot hot wings ku.
"Cebok apa kaga?"
"Lu ga ketemu seminggu nambah babi aja perasaan ye guk," dia menempeleng aku katanya bukti sayang.
"Gua babi lu temen babi dong,"
"Kagak. Lo babi, gue mah Chris Evans," aku menghela nafas, dibully mulu perasaan gada enaknya.
Aku tidak menggubris dan mulai menyantap makanan setan pesananku. Gaspur adalah tempat nongkrong andalanku dan Leon. Bisa dibilang hidden gems. Suasananya enak sejuk hijau tidak terlalu ramai walaupun harga makanan sedikit mahal. Aku masih menyanggupi.
"Seriusan dah lu abis kemana? masa liburan kek orang diculik," tanya Leon
Aku diam sebentar menghela nafas.
"Etdaaa nafas aja susah, berat amat hidup lu kek naruto wkwk"
"Gue kemarin nikah Yon," aku menunduk mengaku.
"Hahahahahaha lucu," Leon santai memakan hot wings.
Aku menunjukkan cincin.
"Wwuuuiih temen gue nikah, hebat.. hebat. Cewe mana yang merugi itu yahahaha," Leon meneguk es teh tetap tidak tertarik pembicaraan masih mengira aku melawak.
Aku menatapnya mantap untuk serius,"Gue nikah sama cowok Yon,"
"Ngapa muka lu? Serius banget," dia hendak mengambil satu potong wings tapi aku tahan.
"Gue serius tolol," aku berbisik tajam
"Lu serius, monas roboh Luc yahahaha,"dia tetap lanjut melahap wings.
"Yaudah kalo lu ga percaya. Tapi gue besok mau pindah ke Italia. Gue bakal menetap di sana, gatau balik kapan," kataku jujur dan melahap sosis pedas.
"Hmmm mmm karangan yang bagus wehehehe," Leon acuh tak acuh.
Sumpah tertawanya bikin kesal sekali.
"Gue serius begoo," aku menggebrak meja, kesal menghadapi bocah bebal ini.
"Demi Tuhan!" aku bahkan sampai demi Tuhan.
Dia seketika berhenti makan. Kami walaupun tidak alim atau soleh amat tapi masih menghormati dan percaya Tuhan. Maka membawa nama Tuhan berarti serius.
"Demi Tuhan gue nikah kemarin sama cowok terus besok pindah ke Italia," aku menatapnya sengit.
Leon hanya diam mematung menatapku. Keju mozzarella corn dog di tangannya meleleh ke bawah.
"Lo.. serius?"
"Seriusan Lo?"
"Aslina wa?"
"Terus gue harus bilang wow gitu? Nih wow gede banget, WOW.. WOW.. WOUW,"
Bocah gemblung.
"Kurang gede wow nya?"
Aku malu sekali mengajak titisan firaun ini nongkrong. Ingin sekali aku membengapkannya ke rawa-rawa.
Aku bergerak scroll ponsel memperlihatkan foto pernikahanku di grup keluarga. Leon terdiam, tidak ada lagi kata WOW sebiji otaknya.
Foto aku dan Ethan mengucapkan janji suci di altar.
Foto Elthan menciumku di altar.
Foto kami sekeluarga berfoto di altar.
Setengah jam kemudian kami habiskan dengan hening. Sebenarnya hanya Leon yang diam aku sih sibuk mengabiskan makanan. Dia menduduk entah terpukul, entah mules atau bagaimana.
"Gue ke toilet dulu," dia beranjak pergi
Aku puas dan kekenyangan. Pedas selalu bisa mengobati stress ku. Walaupun yakin setelah ini akan sakit perut tapi aku tidak pernah kapok pada makanan pedas.
Sekarang sudah lewat tengah hari. Aku hanya punya setengah jam lagi sebelum Elthan menjemput. Dulu aku bisa seharian di sini bersama Leon mengerjakan tugas, galau, atau nonton anime. Pemilik cafe sampai akrab denganku, tapi dia sedang di luar.
"Lucas," aku seketika menengok untuk mendapati wajah bodoh Leon terlihat serius berdiri di sebelahku.
"Gue..."
Dia mau pinjam duit kah?
Tatapan matanya tidak santai.
"Sebenarnya gue suka sama Lo,"
Chuu
Selanjutnya kurasakan bibir Leon menabrak bibirku disertai lumatan kecil disana. Aku terdiam, shock. Hanya berlangsung 3 detik Leon menarik bibirnya.
Aku seperti perawan yang baru melepas cery menatapnya seperti penjahat kelas berat.
"Sebenarnya gue suka sama Lo," ulangnya lagi.
gue suka sama lo..
suka sama lo..
sama lo..
Berdengung di telingaku.
"Gue cuma mau bilang gitu doang. Ehm selamat buat pernikahan lo. Sialan jadi gini ya rasanya sakit," Leon menjambak rambut hidungnya memerah seperti biasa dia emosi atau sedih.
"Harusnya gue confess dari dulu. Tapi gue pengecut, gue.. takut kehilangan Lo.." Leon menatapku sakit
"Luc, I just wanna say, happy life. Kalo dia sakitin Lo, telpon gue aja oke?" Aku bisa melihat dia menahan getar suaranya.
"Yon.." aku berhasil menemukan suaraku
"Muka Lo biasa aja bego," Leon terkekeh sambil mengusak rambutku dan tersenyum lembut padaku. Baru kali ini dia tersenyum begitu.
"Dah ya.." Leon berlalu pergi.
🦴
Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucas (END)
General FictionNamaku Lucas. Aku menikahi seorang laki-laki di usiaku yang ke-19. Such a beautiful age right? Tapi aku harus menikahinya untuk menutupi hutang perusahaan, membiayai pengobatan orangtuaku, dan menjadi gay untuknya. Menjadi gay untuk Elthan. Sialan...