"Rolyy ini daginya makan dulu" Lisya menyodorkan daging ke arah Roly yang sedang bermain bola di kamar Lisya.Lisya menyisir bulu Roly dengan tangannya "Mama tinggal dulu bentar, kamu nanti sama oma ya, jangan nakal! Kasihan omanya udah tua"
Roly meloncat ke pangkuan Lisya dan ia mendusel duselkan kepalanya di leher Lisya, namun Lisya kembali menurunkan Roly, bukan tak mau bermain bersama tapi kali ini ia buru-buru.
"Udah ya Mama berangkat sekolah dulu" Lisya menepuk kepala Roly pelan.
"Babbay Rolyy" Lisya melambaikan tangannya dan ia dengan cepat berlarian menuruni tangga.
"Lisaaa gausah lari lari!" omel Meisy ketika melihat Lisya berlari menuruni tangga
"Maa Roly diatas udah aku kasih makan, nanti tinggal mandi sama berjemur. Makasih mamaku cantik" Lisya mencium pipi Meisy dan bergegas pergi.
"Lisya buru buru maa, pak Adi udah nungguin tuh" fyi pak Adi adalah sopir pribadi keluarga Lisya. Ia kapok naik motor sendiri, jadi ia meminta diantar saja oleh supir.
"MAKAN DULU LISS, ishh anak ituu" Meisy menggerutu kesal karena teriakannya hanya diabaikan oleh Lisya, Abian sendiri sudah berangkat kerja sejak tadi.
"Dek lo gak berangkat? Udah jam tujuh tuh!" ujar Lisya ketika ia melewati Cia.
"Nggak, gue mau rebahan bentar, lo duluan aja"
"Yaudah kalo gitu"
"Kenapa ma?" tanya Cia yang melihat sang Mama berjalang menghampirinya. Ia sedang tiduran santai disofa ruang tamu sambil menonton acara kartun pagi, ia sudah berseragam lengkap dan sudah sarapan pula hanya tinggal berangkat saja namun remaja satu ini memang tak pernah berangkat sekolah tepat waktu.
Meisy merebut remot tv yang ada pada genggaman tangan Cia, membuat gadis cantik itu terlonjak kaget.
"Berangkat se-ka-rang!" Meisy menatap tajam Cia sambil menekan setiap suku kata terakhir yang ia ucapkan.
"Ish remotnya mana maa?! masih kepagian ini!" Cia memandang jam yang melingkar ditangannya sejenak "10 menit lagi deh"
"Mama hitung sampe 5 kalo masih belum berangkat besok gausah sekolah!"
"Satu"
"Dua"
"Tiga"
"Empat"
Cia masih tak bergerak dari posisi awalnya
"Empatt setengah" Meisy menggeram marah diakhir kalimat.
"Ciii--"
"Hm berangkat" Cia berjalan lunglai keluar rumah, entah kenapa ia tidak suka berangkat terlalu pagi. fyi Cia menduduki bangku kelas 9 SMP dan ia biasa berangkat sekolah menggunakan motor listrik miliknya.
▪︎▪︎▪︎
Setelah 10 menit menempuh perjalanan akhirnya Lisya sampai di depan sekolah, ia menghela nafas lega karna berhasil mendarat dengan selamat namun kebahagiaannya itu sirna setelah ia melihat gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.
Lisya menggedor-nggedor pagar memberitahu satpam bahwa ada satu murid yang tertinggal, namun sepertinya satpam yang sedang merokok diposnya sembari mengobrol dengan guru olahraga tersebut tak mendengarnya.
Lisya mencondongkan kepalanya untuk masuk ke celah celah gerbang, ia melihat sekitar, lingkungan sekolah nampak sepi tak ada satupun siswa yang berkeliaran untuk bisa ia mintai tolong.
Ia mulai mondar mandir didepan pagar, tak tahu harus bagaimana, pulang nanti dimarahin, bolos juga mau bolos kemana, diem didepan sekolahan nungguin satpam buka pagernya juga sepertinya berat, atau coba manjat pagar aja? Ah tidak ia tak mempunyai kemampuan untuk bisa melakukan hal gila seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSALAN
Teen FictionAurella Allisya Damaldrich, gadis berparas cantik dengan hidup yang bisa dikatakan hampir sempurna, keluarga yang harmonis dan sangat berkecukupan, teman yang asik dan prestasinya yang bukan main-main. namun semua harus hilang ketika sebuah insiden...