Arsa sekarang sedang berada di jet pribadinya, bukan milik keluarga Sarfaraz. Ia sengaja pulang sendiri dengan istrinya supaya dia bisa menghabiskan waktu selama perjalanan dengan Lisya, Lisya sendiri terpakasa ikut karna dorongan dari orang tua dan juga mertuanya.
"Lis"
Lisya yang sedang berusaha tidur itupun merasakan suara-suara aneh masuk telinganya. Ia sedari tadi berusaha tidur karena lelah, namun karna memang ia susah tidur di dalam pesawat jadi ia membutuhkan effort lebih.
"Lis"
"Hm?" dehem Lisya masih dengan posisi tengkurapnya.
"Lo tadi keren banget"
"Dari dulu" ceplos Lisya asal
"Lucu banget sihh" gumam Arsa
"Ha?"
"Lo lucu" entah karena apa tapi jantung Lisya sekarang berdetak lebih cepat, namun lagi-lagi Lisya tak peduli.
"Kenapa sih?! Jedag jedug mulu"
"Jangan-jangan gue kena serangan jantung?! Haduhh gue bentar lagi mati oh my godd" batin Lisya sedikit gila.
Arsa dengan cepat menaruh telapak tangannya dibelakang kepala Lisya ketika istrinya dengan cepat bangun dari posisi tengkurap, takut kepala istrinya itu terkena dinding pesawat.
Arsa kembali menarik telapak tangannya ketika sudah dirasa aman "kenapa?"
"Gue penyakitan" ceplos Lisya sembari memegang jantungnya.
"Masa sih?" Arsa mendekatkan telinganya ke dada Lisya berusaha modus.
"Nggausah deket-deket!" Lisya memundurkan diri menjauh dari Arsa.
"Belum ya? Maaf" ujar Arsa dengan menundukkan kepalanya.
"Mau hadiah apa?" tanya Arsa berganti topik supaya Lisya merasa nyaman mengobrol dengannya.
"Pulau" ceplos Lisya singkat tanpa memikirkannya terlebih dahulu.
Arsa mengotak-atik ponselnya sebentar "udah dibeli"
"Ga lucu" tegas Lisya menanggapi lelucon garing Arsa.
"Gue serius" Arsa menunjukkan bukti pembayaran dan gambar 2 pulau bersebelahan yang terlihat sangat-sangat indah.
"Satu lagi buat partner lo"
Lisya memandang lama ponsel Arsa dan melihat gambar dua pulau yang terlihat sangat mengaggumkan, kedua pulau itu berstruktur hamparan pasir putih yang diselingi pepohonan rimbun ditengahnya.
"Lo beneran beli ini?" tanya Lisya antusias dan diangguki Arsa.
"Aaaa ini cantikk bangett" kagum Lisya memandang layar hp Arsa berbinar.
"Kaya yang punya" lanjut Arsa membuat sesuatu bergejolak di dalam tubuh Lisya, pria itu memang mampu menghipnotis siapapun dengan kata-kata singkat yang diucapkannya.
"Kiyi ying pinyii"
"Haha mau kesana?" tanya Arsa dan tentu diangguki Lisya.
"Nanti pergi bareng gue kalo lo menang Asian games" ujar Arsa membuat Lisya mengerutkan dahinya bingung.
"Kalo ga menang?" tanya Lisya
"Ga pergi. Jadi lo harus menang biar bisa pergi sama gue" ujar Arsa sembari mengedipkan satu matanya membuat Lisya berdecih.
"Dih"
▪︎▪︎▪︎
"LISYAAA" teriak Mela dan Nella ketika Lisya memasuki kelasnya, mereka berhambur ke pelukan Lisya dan mengucapkan selamat beberapa kali.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARSALAN
Novela JuvenilAurella Allisya Damaldrich, gadis berparas cantik dengan hidup yang bisa dikatakan hampir sempurna, keluarga yang harmonis dan sangat berkecukupan, teman yang asik dan prestasinya yang bukan main-main. namun semua harus hilang ketika sebuah insiden...