Arsa duduk di tepi kasur Lisya, ia masuk karna pintu kamar yang sepertinya lupa ditutup oleh istrinya. Arsa memandang istri cantiknya yang sedang tertidur, jika begini ia sama sekali tak terlihat galak.
"Susah banget ya Lis"
"Lo udah suka sama gue? Belum ya?"
Arsa merapikan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik istrinya "yaudah gapapa"
"Gue bakal nunggu lo pulih"
"Ini bukan hal yang bisa lo lupain gitu aja, tapi gue yakin lo pasti bisa"
"Lo udah berjuang buat kembali pulih dan gue akan nunggu lo senyum lebar kaya dulu lagi"
"Gue ga akan ninggalin lo meskipun lo yang minta itu"
"Lo tau kenapa gue maksa nikahin lo? Karna gue bahagia liat lo"
"Gue gamau sumber kebahagiaan gue direbut cowo lain"
"Gue emang egois"
"Lo sering anggep diri lo beban, tapi lo sumber warna dihidup gue"
"Tanpa diri lo ketahui, lo berharga buat gue. Mungkin sekarang gue nggak bisa idup tanpa lo"
"Tapi kalo di idup lo ga ada gue pasti idup lo lebih mudah"
"Satu hal lagi! sekarang lo atlet dan gue bangga punya istri seorang juara"
"Tidur nyenyak"
"Jangan mimpi aneh kaya biasanya"
"Mimpiin gue aja hehe" celeteuk Arsa geli mendengar ucapannya sendiri.
Setelah Arsa mengucapkan candaanya, Lisya justru bergerak gelisah, ia menggulingkan badannya kesana kemari seperti tindakan menghindari sesuatu. Arsa yang panik pun hanya bisa mengikuti pergerakan Lisya dan menjaga tepi kasur supaya gadis itu tak terjatuh.
Lisya meremas rambutnya dan sesekali memukul kepalanya, ia mengeluarkan ringisan dari mulutnya dengan badan yang terus bergerak gelisah. Arsa hanya bisa berpikir untuk menaiki kasur Lisya dan memeluk istrinya dari samping, ia juga menahan pergerakan Lisya sehingga kini gadis itu memejamkan mata dengan posisi terlentang, badan Lisya sudah berhenti bergerak namun kaki istrinya tak mau diam. Arsa akhirnya menindih kaki Lisya dengan kakinya yang berat
Arsa memiringkan badan Lisya kearahnya hingga kini mereka saling berhadapan, ia memindahkan tangan Lisya ke rambutnya supaya gadis itu tak menyakiti dirinya sendiri.
Lisya meremas kuat rambut Arsa diiringi desisan yang masih keluar dari mulutnya, Arsa hanya diam menikmati pemandangan cantik didepannya. Tangannya beralih membelai pelan rambut Lisya.
"Hustt" desisinya sembari terus membelai rambut Lisya hingga gadis itu kembali tenang.
Setelah Lisya sudah kembali tidur dengan nyenyak, Arsa hendak berdiri dan keluar dari kamar Lisya. Membiarkan gadisnya itu tidur dengan tenang, namun Lisya semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Arsa, ia juga mendusel-nduselkan kepalanya di dada bidang Arsa.
Arsa masih berusaha melepaskan dirinya dari Lisya, ia menggeser tubuhnya pelan supaya istrinya tak terbangun, namun lagi-lagi Lisya mencegah dengan menaikkan satu kakinya sehingga menimpa tubuh Arsa.
Arsa menghembuskan nafas pasrah dan kembali memebelai rambut halus Lisya pelan, ia juga perlahan memejamkan matanya, ia harus bersiap dengan apa yang terjadi besok pagi.
▪︎▪︎▪︎
"BANGSATT!!" Arsa berteriak ketika ia baru bangun tidur dan kakinya terasa nyeri karna sebuah gigitan, ia bangkit dari tidur dan disampingnya masih ada Lisya yang tertidir pulas, dan yap ia menemukan biang keroknya. Tepat di samping kakinya yang berdarah itu ada si belang yang sedang menampakkan taring tajamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSALAN
Teen FictionAurella Allisya Damaldrich, gadis berparas cantik dengan hidup yang bisa dikatakan hampir sempurna, keluarga yang harmonis dan sangat berkecukupan, teman yang asik dan prestasinya yang bukan main-main. namun semua harus hilang ketika sebuah insiden...