part 28 makanan warung

60 1 0
                                    


Sesuai hasil pertandingan nasional kemarin, Lisya dan Kalya bergabung menjadi anggota junior pelatnas. Ia dan Kalya memutuskan untuk tak tinggal di asrama karena kuotanya sudah penuh, sebenarnya masih tersisa 2 kamar namun kamar itu berada di asrama pria.

Beruntung rumah yang dibeli Arsa dan rumah Kalya sendiri tak jauh dari pusat pelatnas, mereka diizinkan untuk pulang asalkan gizi dan latihan mereka terkontrol. Mereka juga mendapat pelatih baru yang khusus menangani atlet womems double junior di pelatnas, Ia biasa dipanggil coach naga.

Lisya dalam perjalanan pulang dari pelatnas, ia tadi dijemput Arsa dengan sepeda motor vespa milik Lisya. Keduanya duduk manis diatas motor dengan helm hitam milik Arsa di kepala mereka berdua, jadi ia tak perlu khawatir jika akan ketahuan oleh murid sekolah maupun manusia kepo lainnya.

Arsa memberhentikan motor didepan warung tenda sederhana, ia melepas helmnya dan masuk meninggalkan Lisya yang berdiam diri diatas motor.

"Gue ga disuruh masuk? Dia makan nggak ajak gue?" Gerutu Lisya kesal sembari memandang Arsa yang sedang memesan menu itu penuh dendam.

Lisya membaca daftar menu yang dipajang tepat didepan warung sederhana tersebut "Gurame bakar, Lele penyet, ayam geprek, ayam bakar istimewa, nasi bebek, ayam penyet sambel ijo"

Sekarang Lisya hanya bisa berdiam diri diatas motor sembari menjilat bibirnya, meskipun ia tak diajak masuk tapi kali ini ia ingin mencicipi makanan dengan aroma kuat tersebut. Bodo amat! ia akan membelinya sendiri.

Lisya melepas helmnya dan memasuki warung tersebut, ia memandang sekitar yang tak terlalu ramai mungkin hanya ada 1 keluarga dan 2 pasangan yang sedang makan, Namun mereka semua memandang Lisya dari sejak memasuki warung hingga ia duduk di bangku yang terpisah dengan Arsa, ia tqk mau duduk sebqngku dengan pria itu.

Lisya memandang seluruh tubuhnya hingga meraba wajah maupun rambutnya, ia tak menemukan hal aneh yang membuat semua orang menatapnya, mungkin karna gue cantik kali ya, pikir gadis tersebut.

"Permisi kak, kakanya mau pesan apa?" tanya seorang remaja yang sepertinya duduk di bangku SMP.

"Saya beli semua menunya dek, masing-masing satu" ujar Lisya tanpa berpikir panjang.

"Beneran kak? Mau makan disini apa dibawa pulang?" tanya remaja itu antusias. Lisya sejenak menoleh kearah Arsa namun pria itu hanya tersenyum manis sembari memandang Lisya intens.

"Makan disini aja dek"

"Ee anu sebelumny makasih banyak kak, tapi karena warung tenda ibu saya kecil dan takut ganggu pengunjung lain. Kakak ga boleh bawa barang besar masuk ke dalam"

"Barang besar?"

"Itu tas raket yang kakak gendong"

Lisya meringis malu, ia lupa jika membawa tas raket sehabis pulang latihan. Ia memandang sekitar yang juga tersenyum bahakan tertawa kecil menanggapi tingkah laku Lisya, termasuk Arsa yang tertawa melihat ekspresi bingung dan panik istrinya, istrinya terlihat sangat lucu.

Lisya bergegas keluar, ia menendang kaki Arsa yang terus menertawainya, lagian kenapa lelaki itu tidak bilang dari awal. Sekarang kadar kebenciannya semakin bertambah.

Setelah menaruh tasnya di sepeda, Lisya kembali memasuki warung tenda tersebut, ia hendak duduk ditempat duduknya namun matanya menangkap sesuatu yang terlihat aneh. Arsa menerima dua kresek bening yang didalamnya terdapat banyak bungkusan kertas minyak.

Setelah membayar, Arsa menghampiri Lisya yang lagi-lagi terlihat bingung "ayo pulang" ajak Arsa lagi-lagi dengan wajah datarnya.

"Lo?"

ARSALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang