part 19 rumah sakit

112 3 0
                                    

Lisya menyodorkan ponsel Arsa ke pemiliknya, ia tak menemukan apapun didalamnya. Mencari instagram pun tak ada, ya memang kagak ada apa-apanya.

"Udah?" Tanya Arsa sebelum ia mengambilnya.

"Gak ada yang gue cari"

"Cari apa?"

"Nomer temen"

"Siapa?"

"Kalya 12 ips" Arsa yang mendengarpun hanya menganggukkan kepalanya dan kembali fokus ke laptopnya, mengabaikan Lisya yang sedari tadi menyodorkan ponsel miliknya.

"08145618923"

"Ha?" Loading Lisya

"Kalya" ujar Arsa namun justru dipandang remeh oleh Lisya, sok tau.

"Coba aja" sekali lagi Lisya memandang tak percaya. Arsa yang merasa gemas pun mengambil ponselnya dan menghubungi nomor tersebut.

"Hallo? Siapa sih? Kalo mau ngomong cepetann, Gue lagi hemat kuota! Gue itung sampe 3 kalo ga ngomong gue tutup" cerocos seseorang dari balik telepon.

Lisya yang mendengar suara gerutuan tersebut pun segera mengambil ponsel milik Arsa mengabaikan tatapan mengejek pria itu "Kay ini gue Lisya"

Arsa yang tak tak ingin kupingnya jebol karna sudah mendengar dua teriakan betina berbeda spesies pun menyudahi kegiatannya dan berlalu pergi entah kemana.

Kembali ke Lisya

"Lisya? Lo ganti nomer?"

"Nggak, ini nomer temen"

"Trus lo kenapa telpon gue?"

"Jadi hari ini kan ada latihan, tapi gue izin nggak bisa ikut"

"Kenapa?"

"Gue sakit,"

"Bisa sakit juga lo?"

"Menurut lo?!"

"Yaudah, gampang itu nanti gue izinin"

"Lo gapapa kan? Maafin gue ya"

"Santai aja kali, cuma sehari kan lo sakitnya?"

"Harus sehari" Pokonya harus hari ini aja, ia tidak mau jika besok harus terkurung disini lagi.

"Gue tutup ye Lis, kuota gue mau abis byy"

Setelah selesai, Lisya hendak mengembalikan ponselnya kepada Arsa namun pria jangkung itu hilang entah kemana.

Lisya yang merasa gabut pun menjelajahi ponsel Arsa yang ternyata tidak ada apa-apanya. hanya ada WA dan beberapa aplikasi seperti file, pengaturan, kamera, galeri, google, chrome, radio, kontak, pesan, telepon, jam, kalender, maps, email dll.

"Lis, sini" ujar Arsa sembari menepuk kursi roda yang dibawanya. Lisya pun menengok kearah samping dimana Arsa sedang berdiri dan membawa kursi roda bersamanya.

"Nggak" dipikir ia lumpuh

"Duduk sini" pinta Arsa sembari menepuk tempat dudukan pada kursi roda tersebut.

Lisya mengangkat sebelah alisnya bermaksud bertannya "kemana?"

"Situ" ujar Arsa sembari menunjuk meja  yang dimana sudah terdapat beberapa piring dan mangkok diatasnya.

Lisya yang mendengarpun memutar bola matanya malas, ia pun berlari menuju meja  tersebut dan menduduki sofa dengan tenang.

Sementara itu Arsa yang melihat hal tersebut pun merasa panik, ia berlari menghampiri Lisya dan berjongkok dihadapannya, kemudian Ia memeriksa seluruh inci kaki Lisya.

ARSALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang