part 20 drama taxi

123 2 0
                                        

Lisya mengusap dahinya yang berkeringat karena ia mimpi buruk lagi semalam, hal ini membuatnya sangat lelah, hampir setiap hari tidurnya tak pernah tenang. Begitupun dengan hidupnya yang terkurung didalam ketakutan.

Lisya membuka laci dan meminum obat penenang yang diberikan kepadanya.

"Begini lebih baik"

fyi, kemarin Lisya diizinkan pulang oleh dokter meskipun balutan perban ditangannya belum boleh dilepas.

Sekarang ia harus memberikan vitamin kepada Roly, mulai hari ini Lisya menugaskan satu pawang hewan untuk menjaga Roly tanpa sepengetahuan Arsa. Biarlah nanti juga tau sendiri.

Setelah selesai, Lisya memakai sweater oversize yang ia gunakan untuk menutupi perban ditangannya, ia tak mau jika nanti ia menjadi pusper dan banyak yang melihatnya dengan pandangan kasihan.

Disisi lain Arsa masih tertidur pulas diranjang, ia berdecak malas ketika mendengar suara alarm yang menganggu tidurnya. Ia pun membuka mata dan diam beberapa saat. Setelah merasa nyawanya mulai terkumpul Arsa segera merapikan kasurnya, ia kemudian berjalan keluar kamar dengan muka bantalnya yang membuat dirinya terlihat sangat imut.

"Kemana?" Tanya Arsa ketika matanya menangkap sosok Lisya yang berjalan keluar rumah dengan balutan seragam sekolah dibadannya. Ia pikir hari ini Lisya tidak sekolah mengingat luka ditangannya yang belum sembuh total, Arsa juga bangun siang karena ia berharap hari ini dirinya dirumah saja dengan istrinya.

Lisya sempat kaget ketika mendengar suara bariton yang menggema diseluruh rumah, ia menoleh kebelakang dan menemukan sosok pria jangkung dengan boxer dan kaos hitam polosnya.

Lisya menanggapi pertanyaan aneh Arsa dengan menunjuk seragam yang dikenakan dibadannya, udah tau pake seragam. Ya pasti sekolah

"Ga boleh" larang Arsa yang hanya diacuhkan oleh Lisya, ia tetap berjalan hingga kini sudah membuka pintu dan hendak keluar.

Arsa berlari hingga kini ia berada didepan Lisya dan merentangkan tangan seolah menghalangi gerak gerik Lisya "ga boleh" ujarnya dengan menggelengkan kepala.

"Ck minggir!" Kesal Lisya, Arsa dengan sengaja menekan luka Lisya cukup kencang.

"Aww" rintih Lisya, dan Arsa mengangkat sebelah alisnya seolah bertannya "masih mau sekolah?"

"Minggir!" Kesal Lisya yang dibalas gelengan kepala oleh Arsa. Lisya yang sudah terlampau kesal pun mencubiti seluruh tubuh Arsa, pria itu spontan memegangi beberapa spot tubuhnya yang kini terasa nyut-nyutan.

Lisya pun melanjutkan jalannya dengan gaya sok seolah memenangkan pertandingan besar, Arsa pun tak ingin kalah. Ia bangkit dari sakitnya dan kini ia berjalan tepat disamping Lisya.

"Gue izinin" ujar Arsa namun kembali ditanggapi cuek oleh Lisya, mau diizinin mau gk diizinin ia tetep pergi sekolah.

"Tapi Gue anter" menanggapi tawaran Arsa, Lisya menunjuk taxi yang sudah nangkring didepan halaman rumah.

"Harus sama gue!" Perintah Arsa datar. Kemudian ia menghampiri taxi tersebut dan mengetuk pintu kaca sopir yang ternyata seorang gadis muda, Arsa bersorak didalam hati, kali ini ia akan menang mudah.

"Lo pulang aja" ujar Arsa ketika sopir tersebut membuka kaca mobilnya.

"Masnya ini siapa ya kok enak banget ngusir-ngusur saya, saya mau kerja loh ini. Kok diusir, poin plus karna masnya ganteng tapi gabisa seenaknya gitu dong, kalo saya dipecat gimana? Masnya mau tanggung jawab?"

Arsa menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah sembari mengisyaratkan supaya taxi tersebut segera pergi.

"Beneran gajadi mas?" Tanya sopir tersebut yang dibalas anggukan oleh Arsa

ARSALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang