part 9 rumah sakit

136 4 0
                                    

Hari ini adalah hari minggu itu berarti saatnya bermalas malasan telah tiba. Namun tidak untuk Lisya, hari ini adalah jadwalnya untuk menjalani pengobatan di salah satu rumah yayasan yang menangani masalah kejiwaan.

"Ca mau ikut ga?" tanya Meisy kepada Cia

"Nggausah" larang Lisya, pasalnya jika Cia ikut maka ia tidak berguna. hanya membuat emosi ketika berada dalam perjalanan, ketika pulang juga selalu membawa 2 kresek berukuran sedang yang tentunya berisi makanan, masih mending jika Cia mau membaginya secara percuma. Ketika Lisya meminta maka remaja cerewet itu akan menjawab "satunya duapuluh rebu" padahal ia yakin jajanan kakilima tak mungkin semahal itu , ketika ia titip pun maka akan dikenakan ongkir 1 meter lima ribu rupiah.

"Ikutttt hehe" celetuk Cis

"Yaudah ayo cepetan, nggausah ganti baju" ujar Abian, pasalnya jika putrinya itu bersiap-siap bisa menghabiskan waktu 2 jam.

"yaudah ayoo"

▪︎▪︎▪︎

Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya mereka sampai di rumah sakit,  Abian memghampiri resepsionis sementara itu Meisy menemani Lisya duduk di bangku yang disediakan pihak yayasan, dan untuk Cia mungkin ia keliling rumah sakit sembari membeli beberapa jajanan.

"Ayo disuruh langsung masuk ke ruangan Dokter Lofra" ujar Abian diikuti Lisya dan Meisy yang mengekor dibelakang, tak mudah mencari psikiater yang cocok dengan Lisya, beberapa kali Abian mendatangkan psikiater profesional dari dalam maupun luar negeri namun sama sekali tidak cocok dengan pribadi Lisya, hingga Abian menemukan Dokter Lofra yang membuka yayasan sederhana, Abian beberapa kali mengajak Dokter Lofra melakukan kerjasama untuk menjadi psikiater pribadi Lisya dengan gaji yang bisa dibilang sangat tinggi, namun Dokter Lofra menolaknya dengan alasan ingin mempertahankan impiannya untuk mendirikan yayasan dan membantu orang orang yang mengalami gangguan kejiwaan baik yang mampu maupun kurang mampu.

Lisya bersyukur karna disaat saat terpuruk, keluarganya selalu menemani dan mensuport dirinya, Ia terkadang merasa hanya menjadi beban, Ia selalu berusaha untuk lekas sembuh dari penyakitnya namun itu bukan hal yang mudah ia harus melakukan berbagai terapi, mengkonsumsi obat obatan dan memperbanyak komunikasi dengan semua orang. Apalagi jika penyakit post traumatic stress disorder nya tak kunjung membaik maka akan beresiko menderita gangguan mental lain seperti depresi hingga gangguan kecemasan.

"Hai Lisyaa" sapa Dokter Lofra, Ia selalu berusaha menjadi teman untuk pasiennya meskipun usianya terbilang tak muda namun ia tetap melakukan yang terbaik untuk kesembuhan pasien.

Lisya membalasnya dengan anggukan dan sebuah senyuman manis.

"Ayo masuk" Dokter Lofra mempersilahkan Lisya masuk sementara itu Abian dan Meisy menunggu diluar ruangan.

"Saya akan meninjau kondisi Lisya lebih lanjut dan mencoba melakukan terapi eksposur untuk membantunya menghadapi keadaan dan ingatan yang memicu trauma secara efektif"

"Baiklah, tolong bantu Lisya untuk sembuh dok"ujar Abian

Dokter Lofra tersenyum "Lisya mempunyai semangat sembuh yang cukup tinggi, jadi saya yakin dia akan sembuh, saya mohon kepada kalian untuk mengajaknya terus berkomunikasi dan berhubungan sosial"

"Baiklah saya akan memulai terapi, permisi"

"Tenanglah kondisi Lisya cukup membaik belakangan ini, aku yakin dia pasti bisa melawan penyakit ini" ujar Meisy memberikan motivasi kepada suaminya karna Abian selalu menyalahkan dirinya sendiri ketika sesuatu terjadi kepada keluarga kecilnya.

Cukup lama menunggu akhirnya Lisya keluar ruangan dengan muka yang yerlihat biasa saja.

"Hallo semuanyaa" sapa Cia girang dengan membawa sosis bakar, takoyaki, pentol, seblak, baso gorenh,  kebab dan es teh pucat ditangannya.

ARSALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang