part 44 8 besar

56 1 0
                                        

Hari ini adalah hari keberangkatan Arsa ke Cina, ia berada di jet pribadi ditemani salah satu guru pembimbing olimpiade yang kebetulan adalah tantenya sendiri. Dari mulai ia memutuskan untuk mengikuti olimpiade ini kegiatannya hanya belajar dan belajar. Sebenarnya jika mau ke Cina ia tak perlu sampai mengikuti olimpiade, tapi ia ingin berprestasi supaya istrinya itu bangga kepadanya, seperti dirinya yang bangga memiliki Lisya.

Hari ini juga Lisya dan Kalya memulai pertandingan ketiganya. Arsa sengaja tak pernah mengabari Lisya karna ingin memberi kejutan, ia melihat tayangan siaran langsung pertandingan Lisya lewat laptop, terlihat skill  istrinya itu sangat mengaggumkan.

"YES!" Teriak Arsa ketika melihat set pertama berhasil dimenangkan oleh pasangan Indonesia dengan selisih poin 21-14.

Arsa menggigit jarinya tegang ketika Lisya memanggil tim medis untuk mengobati luka di kakinya. Arsa terus menyaksikan bagaiman tim medis itu menyemprot kaki Lisya dengan suatu cairan, hingga Lisya kembali memakai sepatunya dan memasuki lapangan.

Arsa mengambil ponselnya guna menelepon seseorang. Ia mengeluarkan suara ketika orang dibalik telepon menanyakan kenapa gerangan keponakannya itu menelpon dirinya.

"Om, Dokter Chen Xie. Alamat saya kirim"

"Oke chill, Dokter Chen Xie datang dalam 20 menit" balas sosok yang diketahui sebagai Om Arsa.

"Xie Xie" ujar Arsa kemudian menutup telepon dan kembali fokus kepada prioritas utamanya.

Arsa menatap istrinya dari layar kaca, kecantikannya bertambah 1000× lipat ketika Lisya bermain badminton, dengan wajah yang terlihat serius dan rambut yang dikuncir kuda membuat siapapun terpesona melihatnya. Betapa sempurna ciptaan tuhan yang satu ini.

Meskipun sempat mengalami cidera, Arsa melihat permainan Lisya tak jauh berbeda. Mungkin hanya cidera kecil, tapi Arsa akan mengetahui hal lebih lanjutnya setelah mendapat informas dari Dokter Chen Xie.

Ia memang tak seberapa tahu tentang Badminton, tapi permainan Lisya dan pasangannya begitu menganggumkan. Mereka mengandalakan power dan penempatan bola yang baik. Ciri khas permainan anak muda.

Pertandingan berakhir dengan bola pasangan Taipei yang keluar dari lapangan, kemenangan bagi pasangan indonesia 21-14 dan 21-17.

"YES! YES! YES!"

"Istri gue hebat bangett!" Senyum bahagia terpatri di wajah tampannya.

"Menang kan?! udah gue ramal sih " ujar Tante Zada ketika mendengar sorakan Arsa. Ia tadi menyiapkan latihan soal sebelum lomba diadakan besok, yang sebenarnya juga ia mengambil soal dari gugel. ayolah, matematika itu pelajaran yang sangat diluar nurul. Jadi dia menjadi guru pembimbing Arsa ini hanya karena ingin jalan-jalan ke negara tirai bambu tersebut.

Arsa menunjuk skor yang tertera di layar laptopnya, disana jelas terlihat bendera indonesia dengan nama Kalya Auristella dan Aurella Allisya. disamping nama tersebut  tertera angka 21 sebanyak 2 kali.

"KECE ANJAYY"

"Permisi tuan dan nyonya, sebentar lagi kita akan mendarat di bandara Kong guan. Mohon tuan dan nyonya mengenakan sabuk pengaman guna menjaga keselamatan" ujar seorang kopilot dari sambungan suara.

Setelah pesawat berhasil mendarat. Arsa dan tantenya bergegas ke arena lomba untuk melakukan registrasi dan pengambilan id card, setelah itu ia berlanjut dengan mengistirahatkan tubuhnya dihotel.

▪︎▪︎▪︎

Disisi lain Lisya sedang melakukan konser kecil-kecilan dikamarnya, suara Lisya yang indah itu membuat Kalya menggerutu sedari tadi.

ARSALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang