13

4K 418 2
                                    

Seketika Milkha membeku mendengar perkataan Dirga.

"Ya aku baik, kenapa tidak?" ucap Milkha dingin.

"Kau yakin? Kau tau sepupu mu sangat geram dengan tingkah Aurelia" ucap Dirga.

"Biarkan saja, jika dia melakukan itu lagi dia akan mati dengan sendirinya" ucap Milkha acuh, sedangkan Dirga hanya dapat terdiam mencermati perkataan Milkha.

"Minggir sana aku mau tidur" ucap Milkha galak sambil menarik Dirga turun dari kasurnya.

Setelah berhasil menarik Dirga turun, ia langsung melompat ke atas kasurnya, kemudian mencari posisi yang nyaman. Dirga yang melihat itu terpikirkan suatu ide.

"Mencari posisi nyaman heh? Mau ku bantu?" tanya Dirga licik.

"Hah pergilah dasar bodoh" ucap Milkha tanpa membuka matanya dengan tangannya yang di kibaskan seakan menyuruhnya pergi.

Tapi Dirga tidak pergi, ia menunggu Milkha tidur alias menemaninya dengan duduk di kursi dekat dengan kasurnya. Dirga hanya mengamati Milkha yang tertidur dengan damai. Tiba-tiba tidur Milkha tidak lagi damai, Dirga mencoba membangunkan Milkha, namun ia tak kunjung bangun.

Catie sedang melihat situasi, saat dirasa sudah lenggang raut wajahnya menjadi gelap "Lebih baik kau mati Kayla" bisik Catie.

Jleb...

Catie menusuk Kayla dengan pisaunya sangat dalam.

"Ini salah seharusnya bukan disini ia menusuk ku kenapa sangat berbeda dengan yang ku lihat akh..." batin Kayla.

"Kenapa Cat? Kenapa kau melakukan ini pa-padaku?" ucapnya lirih.

"Bagus jika alat mu hilang, akan lebih baik jika kau juga menghilang. Maka tak ada saingan bagiku lagi. Aku akan menjadi satu-satunya yang tercerdas" ucap Catie.

"Ku kira kau sahabat baik ku" lirih Kayla. Tapi suaranya kalah dengan teriakan Fedrick.

"Apa yang sudah ku lakukan? Aku menusuk sahabat ku sendiri? Atau membunuhnya? Tidak bukan ini maksud ku" batin Catie, ia menutup mulutnya yang terkejut yang melihat Kayla sekarat di depan matanya, dan di sampingnya ada Fedrick dan Felixleo.

"Milkha hei bangun!" sentak Dirga, akhirnya setelah usaha yang keras Milkha terbangun.

Milkha terbangun dengan posisi ia duduk di kasur dengan napas yang  terengah-engah, keringat membasahi tubuhnya. Dirga mencoba menenangkan Milkha.

"Mimpi ini? Kenapa aku harus memimpikan hal itu? Ada apa sebenarnya? Apa yang akan terjadi padaku lagi?" batin Milkha.

"Kau tak apa? Tenanglah aku disini bersamamu" ucap Dirga lembut, dengan muka yang nampak khawatir.

"Aku harus kembali, aku harus memastikannya, iya aku kembali sekarang" ucap Milkha panik.

Milkha turun dari kasurnya, lalu ia berteriak pada prajuritnya untuk mengambilkan kudanya.

"Ambilkan kuda ku!" perintah Milkha.

"Baik putri" ucap salah satu prajurit yang berjaga di depan tenda Milkha.

"Hei ada apa? Kenapa sangat panik? Kau mimpi apa?" tanya Dirga lagi.

Namun di abaikan oleh Milkha, ia bergegas keluar dari tenda, saat keluar kudanya sudah berada di depan tenda. Milkha segera menaiki kudanya dan bergegas menuju istana. Dirga juga mengikuti Milkha ke istana yang terburu-buru.

The Princess Technology (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang