"Perjalanan kita jauh juga panjang, pakai kereta saja perginya, dimana barang mu? Kau tidak membawa barang satu pun?" ucap Liberto.
"Aku sudah membawanya, tidak usah khawatirkan barang ku" ucapnya acuh.
Liberto hanya mengangguk sebagai jawaban. Selanjutnya mereka berpamitan pada keluarga lalu segera pergi dengan kereta kuda milik Liberto. Mereka pergi dengan 10 orang prajurit terlatih dan 2 orang prajurit milik Milkha.
Mereka akan pergi ke negeri seberang untuk melakukan bisnis sekaligus mencari kelemahan musuh. Kereta yang sederhana itu melesat begitu cepat. Interior dalam kereta sangat mewah dan elegan, dengan permata di langit-langitnya, tempat yang ia duduki sangat empuk membuatnya ingin tertidur.
"Kenapa harus kau yang kesana? Bukankah seharusnya kau menyuruh orang mu saja?"
"Tidak, aku harus mendapatkan informasi sendiri"
Jam tangan Milkha berkedip beberapa kali, yang menandakan ada panggilan masuk.
"Lapor jendral, ini saya Miguel. Saya ingin melaporkan bahwa dalam 2 minggu kedepan kakakku akan meluncurkan serangan"
"Baik, bisa beritahu apa rencana mereka?"
Miguel mulai menceritakan setiap strategi dan rencana yang sudah di susun kakaknya, semuanya tanpa terkecuali bahkan ia juga mengungkapkan rencana cadangan jika rencana awal gagal. Milkha tersenyum smirk saat mendengarkan strategi musuh. Setelah mendengarkan informasi dari Miguel dan panggilan berakhir ia segera menghubungi pemimpin pasukan di perbatasan Red Fire.
"Siapkan pasukan, dalam 2 minggu ke depan" ucapnya singkat. Pemimpin pasukan segera mengerti apa yang di maksud oleh Milkha.
"Apa? Mengapa Pangeran Miguel merencanakan pemberontakan dengan mu?"
"Tidak kah kau berpikir dia lebih cocok menjadi raja di bandingkan kakaknya?"
"Ya, ku rasa juga begitu. Miguel sangat lembut, baik hati tetapi juga begitu tegas dan bijaksana. Beberapa kali aku melihatnya secara tak sengaja berbaur dengan masyarakat dan bahkan membantu mereka" ucapnya kagum sikapnya sangat berbeda Raja Rangga.
"Lalu apa yang kau rencakan dengan Miguel? Mengapa dia memanggil mu jenderal? Dan bukannya Putri Milkha?" tanya Liberto penasaran.
Tapi Milkha hanya tersenyum miring dengan tatapan mata yang tajam. Sejenak Liberto merasa sedikit takut dengan tatapan mata sepupunya itu. Lalu perlahan tatapannya melembutkan saat mendengar suara raungan Xavier. Milkha membelai bulu Xavier lembut, sedikit demi sedikit ia mulai menyukai hewan kontrak itu.
"Kucing mu sangat lucu"
"Ini harimau emas legendaris"
"Ap-apa? Harimau emas? Bukan kah sangat sulit untuk mengkontraknya? Jangankan mengontrak untuk mencarinya saja sulit" ucap Liberto terkejut.
"Bisa kecilkan suara mu? Kau akan mengganggu tidurnya"
"Ah benar lebih baik kau juga tidur" ucap Liberto.
Lalu ia menekan tombol tersembunyi di kursi yang duduki Milkha. Lalu muncul kursi tambahan sehingga kursi milik Milkha melebar. Ia meletakkan Xavier di kursinya lalu ia juga merebahkan tubuhnya.
Matahari sudah memunculkan sinarnya, saat ini mereka sudah ada di pelabuhan bersiap untuk menyebrang. Mereka menaiki kapal besar untuk menyebrang ke negeri seberang. Waktu untuk menyebrang paling lambat setengah hari.
Liberto mengajak Milkha turun dari keretanya lalu berjalan menuju tempat makanan, di ikuti setengah prajurit. Nantinya mereka akan bergantian untuk makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Technology (END) ✅
FantasyTahap revisi tandai jika ada typo🙏🏻🥰 Budayakan follow sebelum membaca😊 jgn lupa tinggalkan jejak 😊 Kayla Agatha Aquila seorang jenius, ia adalah ilmuan dalam bidang teknologi. Berbagai macam alat modern berasal darinya. Hingga suatu ketika seor...