Saat tengah hari Milkha sampai di White Kingdom. Kedatangannya di sambut hangat oleh anggota kerajaan. Setelah turun dari mobil listrik Milkha berkumpul bersama di ruang makan, kebetulan Milkha tiba saat akan makan siang, sedangkan Rubby segera menyimpan barang milik Milkha dan juga punyanya sendiri.
Hidangan sudah tersaji di meja makan, dengan berbagai menu makanan. Mereka makan dengan tenang, hanya terdengar suara sendok garpu yang saling beradu. Setelah makan siang, makanan penutup di sajikan. Milkha mengambil kesempatan untuk mengutarakan kedatangannya.
"Bibi ajari aku sihir"
"Uhuk uhuk, apa? Coba bilang lagi sepertinya bibi salah dengar"
"Ah tidak bi, bibi tidak salah dengar. Kalian juga pasti tahu bukan, kabar tentang perang dengan Dark Kingdom?"
"Iya paman sudah dengar, tapi kenapa kau malah mau belajar sihir? Seharusnya kau mempersiapkan pasukan mu bukan?"
"Ah begini paman," ucapnya sambil meletakkan sendok puding. "Aku akan menggerakan tigapuluh ribu pasukan milikku juga pasukan milik ayah, tapi aku juga butuh pasukan milik paman sepuluh ribu pasukan. Karena ku dengar Dark Kingdom hanya menggerakkan duapuluh ribu pasukan" jelas Milkha serius dengan menghitung jarinya.
"Kenapa banyak sekali pasukan mu? Bukankah sudah lebih dari cukup?" tanya Elwin sambil mengayunkan sendok puding di udara dengan tangannya.
"Ya karena sepuluh ribu pasukannya adalah demon dan sisanya pasukannya khusus. Selain itu di waktu bersamaan Elkana akan menyerang Gold Kingdom" ucapnya santai sambil memakan kembali pudingnya hingga habis.
"APA?!" ucap mereka semua kompak kecuali Milkha.
"Kenapa mereka juga menyerang Gold Kingdom" tanya Callania yang menghentikan acara makannya dan memfokuskan pandangan pada sepupunya cantiknya itu.
"Cinta tak di restui" ucap Milkha santai dengan memandang Callania.
"Cinta? Maksud mu Pangeran Eltara? Dengan siapa?"
"Bukankah sudah jelas? Tentu saja dengan Celinera" ucap Elwin yang di hadiahi dua jempol oleh Milkha.
"Apa? Serius?"
"Ya aku tidak tahu pastinya, Julius bilang mereka sering bertemu untuk mengobrol di hari tertentu"
"Jadi itu alasan mu ingin belajar sihir?" tanya Velicia dengan memandang Milkha intens.
"Iya bibi, tapi karena di darah ku tidak ada darah penyihir, mungkin ada alat yang bisa membantuku? Alat yang tidak kalah kuat dengan kekuatan demon"
"Ada sayang, hanya satu alat. Mungkin ratu terdahulu Ratu Aurora sudah memperkirakan hal ini"
"Baiklah bibi terima kasih, paman bisakah pinjamkan pasukan mu padaku?"
"Tentu saja sayang" ucap Rafino dengan senyum manis terukir di wajah tampannya.
"Lalu strateginya bagaimana?"
"Ah pasukan White Kingdom hanya jadi kartu As saja kakak, jika pasukan milikku tidak dapat bertahan lebih lama lagi nanti aku akan kasih kode pada kakak"
"Kode? Kau mau aku mempimpin pasukan?"
"Iya tentu saja siapa lagi? Mana mungkin Callania dia seorang putri kerajaan bukan pendekar" ucap Milkha kesal pada Elwin yang di setujui oleh Callania.
"Hahaha sadarlah kau juga seorang putri adik kecil" ucap Elwin dengan tertawa terbahak-bahak, puas melihat muka masam milik adik sepupunya.
Milkha hanya dapat mendengus mendengar ucapan Elwin. Percuma saja jika lawan, tidak akan berakhir sampai salah satunya mengalah. Setelah perbincangan mendebarkan itu mereka kembali pada aktifitas masing-masing. Milkha kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Elwin segera menyiapkan pasukannya, sedangkan Callania kembali pada pembelajarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Technology (END) ✅
ФэнтезиTahap revisi tandai jika ada typo🙏🏻🥰 Budayakan follow sebelum membaca😊 jgn lupa tinggalkan jejak 😊 Kayla Agatha Aquila seorang jenius, ia adalah ilmuan dalam bidang teknologi. Berbagai macam alat modern berasal darinya. Hingga suatu ketika seor...