31

1.6K 180 0
                                    

Saat mereka sudah menyewa penginapan. Mereka menyewa dua kamar, Xavier dan Elwin satu kamar. Kamar mereka bersebelahan dengan Milkha. Saat ini mereka mereka sedang makan siang dan merencanakan cara untuk masuk istana.

"Bagaimana cara untuk masuk istana?" tanya Milkha. Mereka saling tatap, lalu tiba-tiba pelayan datang membawa makanan mereka.

"Nona, anda ingin masuk istana? Kebetulan istana membutuhkan pelayan baru, mungkin nona bisa bekerja disana" ucap pelayan itu sambil meletakan makanan mereka.

"Ah, terima kasih nona" ucap Milkha ramah dengan senyum manisnya.

Pelayan itu tersenyum namun saat melihat mata Milkha ia terkejut, karena di kerajaan ini hanya anggota kerajaan saja yang punya mata biru. Selain itu anggota kerajaan sudah lama meninggal. Tidak ada yang mewarisi mata biru ini. Pelayan itu segera pergi dari sana, setelah tersadar dari keterkejutannya.

Mereka semua saling pandang, lalu Milkha dan Elwin melirik pada Xavier. Xavier yang mengerti pun segera pergi dari sana untuk mencari informasi. Dengan enggan dia berdiri, sesekali ia mengambil makanannya lalu pergi dari sana dengan lesu.

"Permisi nona, apa kau tahu sesuatu tentang kerajaan ini?"

"Ah iya, apa tuan pendatang baru?"

"Iya saya pendatang baru, apa nona tahu sesuatu tentang anggota kerajaan?" pelayan yang ditanyai oleh Xavier terkejut.

"Saya dengar kalian punya ratu yang hebat" ucapnya membanggakan Milkha, pelayan itu kembali terkejut. Lalu ia perlahan mendekat pada Xavier dan berbisik.

"Tuan apa kau tidak tahu, sang ratu telah lama meninggal akibat perang? Kita tidak boleh membicarakan tentang anggota kerajaan semenjak hari itu"

Xavier pura-pura terkejut akan hal itu, "Ah maafkan aku, aku tidak tahu. Tapi kenapa tidak boleh di bicarakan?"

"Menurut rumor yang beredar saat itu keluarga jenderal berkhianat, sekarang putrinya sedang melarikan diri. Entah masih hidup atau tidak, karena masalah ini sang ratu terbunuh. Penatua menutup kasus ini, tapi secara diam-diam mereka masih mencari putri jenderal. Bahkan mereka sampai masuk portal di hutan sana tapi tidak pernah kembali, itu sebabnya semua orang di minta untuk tidak mencari tahu tentang kisah ratu"

"Tuan apa kau lihat wanita yang duduk disana itu, warna matanya mirip dengan mata ratu, anda harus hati-hati" ucap pelayan itu sambil menunjuk pada Milkha yang duduk di pojok ruangan.

"Ah begitu rupanya, tapi wanita itu teman ku, mungkin harus berhati-hati padanya, terima kasih nona"

Xavier kembali ke tempatnya, ia masih di perhatikan oleh pelayan wanita itu. Itu sebabnya dia hanya diam dan menikmati makanannya namun menurut orang diam tapi sebenarnya mereka sedang telepati. Milkha mengangguk paham, sebagai alibi dia memandang Elwin seolah sedang berbicara pada Elwin.

Setelah pelayan itu pergi akhirnya mereka bisa bernafas lega. Elwin bertanya pada Milkha dengan suara kecil. Namun Milkha memberi isyarat untuk kembali ke penginapan. Di jalan barulah Milkha memberi tahu Elwin. Kemudian Elwin membawa Milkha ketempat sepi.

"Kau bisa dalam bahaya, kau harus mengubah warna mata mu"

Elwin merapalkan mantra untuk Milkha lalu seketika warna matanya berubah menjadi hijau zambrut. Setelah memastikan semuanya tidak ada masalah mereka pergi dari sana. Namun tidak sengaja Milkha menabrak seorang pria, perasaan yang lama tiba-tiba meluap. Saat pria itu hendak pergi, Milkha memanggil namanya.

"Dean" ucapnya sambil membalikkan badannya. Orang yang di panggil pun menoleh pada Milkha.

Mata Milkha berkaca-kaca, Dean adalah kekasihnya dahulu. Tetapi melihatnya menggandeng seoarang anak kecil ia paham jika itu adalah anaknya. Penyihir disini tidak menua di kerajaan ini, mereka memiliki mantra untuk menunda penuaan.

The Princess Technology (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang