23

1.8K 212 0
                                    

Keesokan paginya istana mendapatkan undangan pergi ke acara penobatan Miguel. Karena Raja dan Ratu Spring Ice ada di disini, mereka mengirim putra mahkota untuk pergi, selain jarak yang dekat dengan Red Fire mereka juga harus segera kembali ke istananya. Akhirnya Dirga pergi dengan Milkha ke Red Fire, dengan Keith yang menyertir mobil listrik dan pendampingnya tentu saja Panglima Arsen, tangan kanan Dirga.

Di perjalanan mereka hanya membicarakan tentang politik, mereka harus menyatukan politik Kerajaan Techno dengan Spring Ice Kingdom. Biar bagaimana pun Techno masih yang terkuat dari kerajaan lain. Selain membicarakan tentang politik mereka juga membicarakan bisnis dan rakyat.

"Aku baru sadar kerajaan mu lebih dekat dengan kerajaan negeri sebrang"

"Lalu?"

"Aku mau memperluas bisnis ku, bukankah di kerajaan mu banyak bangsawan kaya?" tanya Milkha meyakinkan.

"Jadi jika aku memperluas bisnis dengan kerajaan mu cakupannya akan lebih besar dan aku bisa untung banyak" lanjut Milkha berangan-angan.

"Hah dasar, apa isi otak kepala mu hanya makanan dan uang saja?" ucap Dirga kesal.

"Tidak, isi kepala ku penuh penelitian, uang dan makanan" ucapnya sambil mengambil biskuit coklat, sedangkan Dirga tercengang mendengar itu, ia syok melihat Milkha yang sedari tadi tidak henti memakan camilan.

"Lalu untungnya buat ku apa?" ucapnya sambil mengambil persediaan camilan.

"Benar-benar pelayanan setia, bahkan dia mempersiapkan camilan yang banyak untuk satu hari ini. Ah tidak, camilan ini bisa untuk tiga hari" batinnya.

Milkha tampak berpikir, "Pajak akan ku kurangi dari jumlah seharusnya, bagaimana?" ucapnya yang mengambil cangkir teh, sedangkan Dirga hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Ah begini putra mahkota yang payah, mereka akan tetap bayar pajak dengan harga yang sama, namun bedanya kau akan membayar tiga puluh persen saja pada ku dengan begitu kau juga memiliki keuntungan bukan?" ucap Milkha dengan melipat tangannya di dada.

Dirga tampak berpikir sejenak dan kemudian mengangguk, Milkha yang melihat itu tersenyum senang.

"Itu berati dia setuju kan?" batin Milkha.

"Lima puluh persen, setengah-setengah aku akan setuju" ucap Dirga dengan menyesap tehnya.

Baru saja Milkha akan menolak tapi sudah di potong oleh Dirga, "Jika tak mau, maka jangan bermimpi aku akan berbisnis dengan mu" ucapnya dengan memasukkan biskuit coklat ke mulutnya.

"Huh menyebalkan, tapi kau kan tunangan ku sebentar lagi kita akan menikah, maka dari itu kau harus setuju dengan ku" ucapnya tak Terima, dengan raut wajah yang cemberut.

"Karena kau istri ku maka kau harus patuh pada suami mu" ucapnya mengusap kepala Milkha lalu turun dari mobil listrik.

Ternyata mereka sudah tiba di tujuan. Dirga mengulurkan tangannya untuk membantu Milkha turun. Namun Milkha yang kesal malah mengabaikan uluran tangan itu, akibatnya hampir terjatuh untungnya dengan sigap Dirga memegangnya erat.

"Makanya kalau di bilangin nurut. Ayo senyum nanti jika orang melihat wajah cemberut mu orang bisa menganggap kau tidak suka Miguel akan menjadi raja" ucapnya sambil merapikan pakaian dan rambut Milkha yang acak-acakan karena hampir jatuh tadi.

Milkha hanya mampu mendengus menanggapi perkataan Dirga. Dirga yang tak tahu malu mengulurkan lengan kirinya pada Milkha, jadi mau tak mau Milkha mengambil lengan itu dan menggandengnya karena tatapan mata semua tertuju pada mereka. Milkha tersenyum dengan paksa, walaupun dengan terpaksa tetap terlihat alami bahwa itu senyum tulus. Lalu mereka segera memasuki istana dan tiba di aula istana, penjaga pintu aula mengumumkan kedatangan mereka.

The Princess Technology (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang