[31] Kekhawatiran

1.8K 125 1
                                    

Selamat datang kembali di cerita MHIMS

I hope kalian nggak bosen yaa sama alur yang ngga jelas kaya gini hshhssh.

Typo bertebaran dimana mana maybe disetiap paragraf ataupun dari kata perkata.

Warn : Jangan terlalu dekat dan terlalu lama dalam menggunakan fonsel iya fonsell😂

*****

Enjoy your read💅

_
_
_

Reon berjalan gusar kala dirnya tidak menemukan Rasi. Sudah dua jam dirinya mencari dibantu teman temannya tetapi tetap saja tidak ketemu. Dirinya tambah cemas kala firasatnya mengatakan ada hal buruk yang menimpa istrinya.

Reon sudah mencari Rasi melalui jalan yang memang seharusnya dilewati oleh Rasi. Dan Reon hanya menemukan motor Rasi yang sudah diamankan warga setempat dipinggir jalan.

"Gimana ini?" tanya Zela khawatir.

"Kita udah cari kemana mana tapi Rasi tetep gak ada," lanjutnya.

"Kenapa Rasi bisa pulang sendiri?" tanya Algib pada Reon.

"Tadi gue-," Reon menceritakan kejadian yang tadi kepada semuanya.

"Gue ngebiarin dia pulang sendiri karena gue harus nemuin siapa dalang teror sama Rasi waktu itu," papar Reon dengan raut wajah menyesalnya.

"Lo kenapa gak ikutin dia dulu anjing?" sentak kasar Afzan. Afzan merasa cemas akan keadaan seseorang yang dianggap adik olehnya.

"Gue gatau kalau bakal kaya gini Zan."

"Ponsel? Udah coba buat nelfon?" ucap Zenal.

Membuat keempat orang tersebut menolehkan kepalanya pada Zenal.

"Ponsel?" beo Reon kebingungan mendapat anggukan dari Zenal.

"Iya ponsel."

"Gue udah hubungin dia berkali kali tetep gak dijawab Nal."

"Kalau terjadi apa apa sama Rasi gimana," sungguh Zela saat ini sangat merasa khawatir akan keadaan sahabatnya.

"Jangan pesimis, berdo'a supaya Rasi baik baik aja," ucap menenangkan Algib.

"Lo ada musuh?" pertanyaan Dehan membuat Reon menggelengkan kepalanya, seingat Reon dirinya tidak pernah memiliki musuh tapi sedetik kemudian dirinya teringat akan,

"Tapi bokap gue yang ada, apa jangan jangan-?"

Drttt drttt

Ponsel Reon bergetar pertanda ada nontifikasi masuk.

Whatsapp

+62822-xxx-xxxx

Gudang tua jalan cempaka.

Kening Reon menyerit tanda tak paham akan kalimat yang tersusun dari sebuah ketikan di dalam roomchat di ponselnya selagi itu nomornya tidak dikenal juga.

"Siapa?" kepo Zenal.

"Unknown," balasnya dengan mengendikan bahu.

Afzan merebut ponsel Reon dan segera membaca pesannya. Otak Afzan yang biasa lemot kini seperti mendapat pencerahan hanya karena pesan itu. Afzan segera berlari keluar rumah untuk menuju mobilnya.

My Husband Is My Star [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang