[29] Bereaksi

1.9K 115 8
                                    

Cause Delta nulis langsung maybe banyak typo dimana mana, harap maklum yaa.

Kalian bisa bantu koreksi dengan komentar di paragraf yang salah, kalau mau😈

Warn : Jangan terlalu lama mantengin hpnya nanti matanya pegel~

Enjoy you read💅

*****

Rasi melambaikan tangannya sembari terkikik geli melihat Zela yang memberontak karena Algib yang terkesan menyeretnya.

"Lucu anjir!" ceplosnya tanpa sadar membuat Reon mendelik.

"Apa bilang apa?!" sarkasnya.

Menepuk jidat Rasi tersadar lalu menyengir lebar, "Bercanda atuh."

Afzan berdiri menepuk celana bagian belakangnya, selalu senyum Rasi menjadi hal menarik untuk dirinya, Afzan sadar sangat sadar apa yang tengah dirasakannya saat ini, tapi Afzan menggelengkan kepalanya mengusir pikiran yang mulai bergerliya kemana mana.

"Kenapa lo?" tanya Dehan yang melihat Afzan memijat pelipisnya.

"Gue? Nggak papa njir emang kenapa?" jawab Afzan memberikan pertanyaan kembali.

"Pada sadar nggak sih? Dari pagi sampai sekarang Afzan beda banget woy!" cetus Zenal memberikan opini.

"Beda gimana?" heran Reon tidak paham.

"Yaa Afzan biasanya kan sinting lah ini diem diem bae dari tadi," ungkap Zenal.

"Sinting matamu!"

Dehan dan Zenal saling berpandangan bukan hal biasa Afzan berubah menjadi seperti sekarang menjadi lebih pendiam dan seperti sedang memikirkan banyak hal.

"Lo kenapa, Bang?" tanya Rasi.

"Bang?" beo mereka bersamaan.

Rasi mengangguk mengiyakan, "Apa salahnya? Gue manggil Afzan abang?" pertanyaan lolos dari mulut Rasi dengan entengnya.

"Yaa.. Enggak salah sih. Kenapa nggak gue aja yang dipanggil 'abang sama lo?" ucap Dehan tidak terima.

"Orang kita sepantaran! Selisih beberapa hari aja kok," jelas Rasi.

"Ya gue! Gue aja jadi abang lo!" sela Zenal mempertahankan senyumannya untuk menarik simpati Rasi.

"Lo lebih muda bego!" sungut Dehan dengan memberikan bogeman ke lengan Zenal.

"Gue nggak papa kali," balas Afzan menjawab pertanyaan Rasi dengan tenang.

Rasi menganggukan kepalanya mengerti, "Yaudah yuk kita pulang," ajak Rasi sembari mengaitkan tangannya dengan tangan Reon.

Reon tersenyum gemas tidak mempermasalahkan panggilan apapun dari Rasi untuk Afzan selagi itu nyaman buat Rasi.

"Gue duluan bro," Reon berpamitan lalu berbalik dengan menuntun tangan Rasi.

"Dadah Abang, Zenal, Dehan," Rasi melambaikan tangan saat tubuhnya menjauhi mereka bertiga.

"Enak banget lo dipanggil abang sama dedek gemes gue," sungut Dehan diangguki Zenal.

Afzan mengamati lantai yang dipijaknya lalu mendongak dengan tatapan kosngnya.

"Perasaan gue nggak enak dari tadi—,"

"Gue ngerasa akan ada sesuatu hal yang terjadi sama dia," Afzan mengungkapkan apa yang ia rasakan saat ini pada Zenal dan Afzan.

"Mungkin perasaan lo aja kali. Tapi gue jadi mikir ada hubungan apa lo sama Rasi sih? Kaya punya ikatan kuat gitu ketimbang sama Reon," curiga Zenal dengan menyipitkan matanya.

My Husband Is My Star [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang