[19] Perubahan

2.8K 184 1
                                    

Satu satu teman akan pergi dengan sendirinya kecuali yang benar benar ingin menetap itu baru sahabat.

_
_
_

Memasukan barang yang diperlukan kebagasi mobil karena tidak perlu akses bolak balik kembali setelah pulang dari sekolah.

Rasi mendudukan dirinya dikursi teras disusul Reon "Capek?" tanya Reon.

"Heem," dehem Rasi. Reon beranjak dari duduknya kembali memasuki rumah. Rasi menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

Reon keluar rumah dengan membawa segelas susu buatannya menyerahkan kepada Rasi "Makasih," ucap Rasi.

Semua keluarga yang berkumpul tadi malam sudah pulang saat adzan subuh tadi. Hasana yang hendak menyiram tanaman menghentikan langkahnya.

"Loh belum berangkat nak?" heran Bunda. Reon tersenyum kecil kala tangan Bunda mengelus pelan kepala Rasi.

"Belum Bunda, masih terlalu pagi. Lagian aku sama Reon baru selesai beres beres," balas Rasi.

Bunda menganggukan kepalanya, "Bunda mau nyiram tanaman dulu ya. Kalian kalau berangkat hati hati," Bunda memberi wejangan diangguki keduanya.

"Nanti gelasnya taruh situ aja ya, biar Bunda yang ngeberesin. Reon nyetirnya jangan ngebut ngebut ya nak," Bunda memang tipikel orang yang cerewet namun dibalik kecerewetannya itu karena perhatiannya yang diunjukan dengan perkataan.

"Iya siap Bunda," kata Reon dengan mengangguk.

Setelah susu yang digelas telah diteguk hingga tandas, Reon mengulurkan tangannya membantu Rasi berdiri.

"Berangkat ya udah jam setengah tujuh, biar gak kejebak macet," paparnya.

Rasi menerima uluran tangan Rasi menepuk pelan rok seragamnya yang kusut, berjalan beriringan menuju mobil. Membunyikan klakson saat mobil meninggalkan pekarangan rumah.

Entah perubahan dari mana Reon memegang tangan Rasi dengan tangan satunya, mengelusnya dengan lembut. Rasi mengigit bibir dalamnya menahan rasa sakit dipinggangnya, sekuat tenaga tidak mengeluarkan ringisan agar Reon tidak curiga.

Tapi salah Reon menangkap gerak gerik Rasi yang bergerak gelisah disampingnya.

"Kenapa?"

Rasi menghembuskan napasnya mengatur rasa sakitnya lalu menggelengkan kepalanya "Gak papa, emang kenapa?" tanya balik Rasi.

"Kamu kaya nahan sakit gitu?" tebak Reon tepat sasaran namun tidak diakui Rasi.

"Enggak orang enggak kok, tadi resletingnya ngeganjel," alibi Rasi. Reon percaya lalu kembali fokus menyetir.

Memarkirkan mobil khusus murid, kemudian mereka melangkahkan kaki menjuku XI IPS 1 ya kelas mereka.

Setibanya sudah terdapat banyak orang tengah melakukan kegiatannya masing masing. Bahu Rasi ditepuk dari belakang membuat Rasi menoleh dan mendapati Zela di belakangnya.

"Woy," sapanya kemudian, "Udah ngerjain tugas BuLat?"

"Jelas!" Rasi menganggukan kepalanya bangga. Zela tersenyum lebar "Izin copas ya beb," membuat Rasi menggerutu sebal.

My Husband Is My Star [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang