Haiii...Hallo
Terimakasih telah mampir ke sini yyaa, jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
Jika banyak kesalahan dalam penulisan maupun kalimat yang ada, karena saya hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Saya minta maaf bukan minta duit kok<3
Ohya one more, bantu aku memperbaiki tulisan maupun letak kesalahan aku dalam menulis di chapter ini yaaa.
*****
Enjoy you read(◡ ω ◡)
Santai, dalami dan resapi cerita ini.
Jangan lupa, vote, komen and follow akun authornya.
—
—
—Saat ini Reon tengah menyuapi Rasi yang dengan santai bersandar di ranjang, sebenarnya bukan kemauan Rasi melainkan paksaan Reon yang ingin menyuapinya padahal Rasi bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan Reon.
"Udah Reon." tolak Rasi menyingkirkan sendok berisi yang ada dihadapannya.
"Baru setengah loh, Yang."
Rasi menggeleng tidak mau menghabiskan makanannya. Definisi bubur di rumah sakit itu tidak enak, menyebalkan Rasi harus terpaksa memakannya untuk kesekian hari.
"Nggak enak ah!" Rasi menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya.
"Boleh jalan?" tanya Rasi penuh harap, Reon yang tengah menghabiskan sisa bubur Rasi menoleh.
"Aku belum tanya sama dokter, takutnya luka kamu kebuka lagi. Nanti aja ya?" Reon memberi peringatan dengan penuh perhatian.
Mengurungkan niatnya Rasi kembali menjatuhkan tubuhnya dengan kasar pada senderan, kesal! Rasi kesal tidak leluasa bergerak. Selalu dibatasi sekedar jalan saja apa itu masalah? Rasi bosan tidak melakukan apapun. Ia merasa kondisinya sudah membaik tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Tapi saat tubuhnya menghantam sandaran ternyata perutnya masih sedikit ngilu.
"Aww!" pekiknya reflek membuat Reon terlonjak.
Meletakan wadah yang dipegangnya dengan asal, "Sakit?!" Reon tau apa yang Rasi rasakan, tapi Reon tidak suka tindakan yang Rasi lakukan.
"Ya iyalah nanya lagi! Ngapa pake bentak bentak hah?" ucap Rasi nyolot.
Daripada memancing emosi Rasi, Reon mengalah. Mengatur rasa kesalnya pada Rasi, tidak ingin membuat masalah yang akan membuat Rasi kepikiran.
"Jangan sengaja kaya gitu, mending kamu luapin keselnya kamu ke aku daripada nyakitin diri sendiri, okey?" tutur Reon.
Rasi mengerucutkan bibirnya antara kesal dan merasa kasihan bersamaan, kesal memang dasarnya Rasi sedang kesal dan kasihan karena ternyata perbuatannya memang salah apalagi akan melukai dirinya pasti membuat Reon tambah menjaganya dengan ketat.
"Iya maaf."
Mengelus lembut rambut Rasi lalu mengecup dahinya, "Kamu tau seberapa khawatirnya aku kalau liat kamu nahan sakit kaya gitu?" Rasi menggeleng sebagai jawaban sedetik kemudian mengangguk, tingkah Rasi membuat Reon gemas dengan segera mencium Rasi tepat di bibirnya.
Bertahan hingga beberapa detik atau bisa dihitung menit baru ciuman mereka terlepas, merasa Rasi yang kesulitan menghirup pasokan oksigen lalu Reon mengusap bibir Rasi yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is My Star [Selesai]
Dla nastolatkówPerjodohan? Berawal dari perjodohan yang terpaksa membuat Rasi dan Reon harus merasakan apa itu arti ikatan yang sah dalam agama. Karena permintaan kakek dari Rasi yang mengharuskan mereka berdua menikah, mengawali semuanya dari awal. Namun tidak...